Sesampainya kami di bandara, kami melewati pengecekan keamanan awal dan harus mengantri untuk memberikan koper kami dan mendapatkan tiket pesawat kami. Ini adalah perjalanan pertama bagi Fiona ke pulau BB. Selama ini, Fiona sangat mengidam-idamkan untuk pergi tapi dia paham bahwa papa dan mama sudah berjuang keras untuk membiayainya di sekolah favorit. Maka dari itu, dia tidak pernah mengeluh jika dia tidak pernah mendapatkan barang-barang yang mahal atau jika tidak pernah pergi ke luar negeri. Jika liburan datang, orang tuanya akan mengajak liburan di kota yang dekat atau ke rumah paman yang tidak jauh dari kotanya. Pergi ke paman karena papa dan mama tidak usah untuk membayar penginapan atau hotel. Hemat.
Jadi dari awal pengecekan, Fiona hanya mengikuti Dave karena tidak tau bagaimana langkah-langkah pengecekan di bandara. Ini juga akan menjadi pertama kali untuk Fiona bepergian dengan pesawat. Fiona merasa cemas dan juga bersemangat.
Melewati pengecekan terakhir, mereka berjalan menuju ke ruang tunggu karena pesawatnya belum datang. TIba-tiba perut Fiona berbunyi.
Ugh kenapa harus berbunyi sekarang, batin Fiona sangat malu. Dave tertawa mendengar suara perut Fiona.
"Mau makan apa,Fi? Aku juga sudah lapar. Kamu suka makan apa?" tanya Dave.
"Apa aja, aku tidak pernah pilih-pilih makanan. Maaf ya, kamu sampai dengar suara perut aku. Aku belum makan apa-apa sejak kemarin malam. Takut gaunku tidak cukup." sela Fiona sambil nyengir.
"Yuk, kita makan ayam goreng." ajak Dave sambil jalan masuk ke restauran ayam yang terkenal.
"Ingat ya, makanan favoritku itu ayam goreng. Kalau makanan favoritmu apa? tanya Dave.
"Segala macam mie. Aku suka banget mie. Aku bisa makan banyak banget kalau mie." jelas Fiona.
Mereka memilih duduk di meja yang paling pojok agar tidak terganggu oleh orang lain. Pelayan segera datang untuk memberikan menu makanannya.
"Boleh aku pesan dua porsi? Aku sangat lapar." tanya Fiona.
"Kamu boleh memesan apapun yang kamu mau. Tapi apa kamu tidak takut menjadi gendut? lirik Dave.
"Hahaha. Aku bisa makan banyak tanpa takut menjadi gendut. Metabolisme sangat cepat, jadi setelah makan, makanannya langsung dibakar menjadi kalori." ucap Fiona cepat sambil melihat daftar menu.
Fiona dengan segera memesan dua paket ayam goreng dengan saus khas restauran ini. Satu paket terdiri dari 7 potong sayap ayam dan paket lainnya terdiri dari tiga potong paha atas ayam. Tidak lupa, Fiona memesan nasi dan juga es teh manis. Di lain pihak, Dave terkejut dengan apa yang dipesan Fiona. Bagaimana gadis semungil ini bisa makan sebanyak ini? batin Dave.
"Jadinya kamu pesan apa? Jangan harap aku akan berbagi apa yang sudah aku pesan ya?" Fiona berkata sambil tersenyum puas atas pesanannya.
"Aku pesan sama." ucap Dave ke pelayan restauran itu.
Pelayannya sampai tercengang atas pesanan mereka berdua, segera berbalik ke rekan kerjanya agar segera membuat makanannya.
Sambil menunggu makanan mereka, Dave merasa semakin dia mengenal Fiona lebih jauh, semakin dibuatnya terkejut. Gadis ini sungguh menarik. Biasanya, seorang gadis akan malu-malu dan hanya makan sedikit di depan pasangannya. Tetapi Fiona melakukan sebaliknya.
"Karena kita sudah menikah, bisakah kamu memanggilku sayang atau suamiku? Dave menggoda Fiona.
Pertanyaan Dave membuat Fiona tidak merasa nyaman. apakah pasangan yang sudah menikah selalu memiliki panggilan? Fiona mencoba mengingat-ingat bagaimana papa mama mereka saling memanggil. Papa mama Fiona selalu memanggil satu sama lain sayang walaupun mereka sudah menikah bertahun-tahun.
Tapi papa mama mereka kan menikah bukan karena dijodohkan. Mereka menikah atas dasar cinta. Mereka juga berpacaran selama enam tahun sebelum memutuskan untuk menikah. Sedangkan aku dan Dave hanya mengenal dua minggu.
"Boleh aku memanggilmu mas?
"Memangnya aku pelayan?" sergah Dave.
"Tapi kita kan baru mengenal!" keluh Fiona.
"Siapa bilang? Kamu dulu sering mengikutiku ketika orang tuaku dan aku berkunjung ke rumahmu. Kamu dulu sering menangis kalau aku tidak mau menunggumu dan meninggalkanmu ke sungai."
Fiona mengernyitkan dahi. Oh ya Tuhan, apakah dia anak lelaki yang aku taksir ketika aku kecil? Aku selalu mengikutinya kemanapun tapi dia selalu menganggapku seperti anak kecil. Aku pernah berkata kalau kelak aku akan menikah dengan anak lelaki itu. Tetapi anak lelaki itu selalu bilang kalau aku masih kecil dan tidak menarik karena badanku yang kurus kerempeng. Juga karena perbedaan usia kami yang terpaut sembilan tahun. Takdir seolah-olah sedang mempermainkan mereka. Dulu dia merengek untuk menikah dengan Dave, sekarang dia sudah menjadi istri sahnya.
"Pokoknya, aku tetap akan memanggilmu mas atau Dave."
"Oke, tapi aku akan memanggilmu sayang." Dave semakin ingin menggoda Fiona.
"Jangan!" sergah Fiona.
"Kenapa? Bukankah kita harus mencoba untuk menjadi lebih dekat?"
Kedatangan makanannya, menyelamatkan Fiona yang gak bisa menjawab pertanyaannya Dave.
"Baiklah, aku gak akan memaksamu untuk saat ini. Mari makan dan bergegas untuk ke ruang tunggu supaya kita gak ketinggalan pesawat."
Semua makanannya datang hingga meja mereka penuh. Mereka berhenti berbicara dan memulai untuk makan. Mereka sama-sama lapar sehingga tidak sadar kalau makanan mereka sudah habis.
"Kenyangnya." sahut Fiona bahagia.
"Hebat. Aku pikir kamu tidak akan menghabiskannya. Tunggulah di depan, aku akan membayar makanannya."
"Biarkan aku membayar bagianku."
"Hush, apaan sih. Sana tunggu di depan. Suamimu ini yang akan membayar!"
Fiona menurut dan segera menuju pintu depan. Selang beberapa menit setelah Dave muncul, panggilan untuk penerbangan mereka diumumkan. Akhirnya, mereka langsung menuju ke pesawat dan terbang ke pulau yang ingin dikunjungi Fiona dari kecil. Terima kasih ayah dan ibu mertua sudah membiayai perjalanan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments