Dua minggu setelah kematian orang tuanya, masih di bulan September, Fiona sudah bangun di pagi buta untuk bersiap-siap di hari pernikahannya. Mereka memutuskan hanya pernikahan sederhana karena Fiona masih berkabung atas kematian kedua orang tuanya. Dia sudah ditunggu oleh make up artist ternama dan hair dresser ternama di kota ini. Fiona memutuskan untuk duduk di depan meja rias. Sembari menunggu orang-orang bekerja, pikirannya melayang kemana-mana.
Ya Tuhan, apakah ini benar-benar pilihan yang tepat. Salah satu alasanku untuk menikah hanya karena aku takut untuk hidup sendiri. Tapi bagaimana jika pernikahan ini tidak berjalan? Bagaimana kalau Dave selingkuh karena dia lelaki yang sangat ganteng dengan pekerjaan yang mapan? Bagaimana jika dia memutuskan untuk menceraikan aku? Aku sangat tidak siap untuk menjadi di usia yang bahkan belum 20 tahun.
"Nona, semua sudah selesai. Mari saya bantu untuk mengenakan gaun Anda. Anda kelihatan sangat cantik dan menawan sekali." ucap salah satu orang yang merias wajahnya. Mendengar ucapan itu, membuat Fiona tersadar dari imajinasinya.
"Baik, tunggu sebentar." jelasnya. Fiona melihat wajahnya sendiri di cermin. Dia sangat takjub akan pekerjaan orang yang betul-betul profesional. Dia hampir mengenali dirinya sendiri. Rambutnya di gelung cantik dengan hiasan mutiara cantik, di sampingnya, di sisakan rambut yang bergelombang di sisi kanan dan kiri. Untuk make up, wajahnya terlihat putih bersih dengan ulasan yang sangat simpel tapi membuatnya terlihat manis dan lembut.
Dia berdiri menghadap ke cermin besar di depannya, dengan dibantu dua orang untuk memakai gaun putih simpelnya dengan beberapa manik-manik mutiara senada dengan hiasan rambutnya. Dia kelihatan sangat cantik. Setelah selesai, dia pergi keluar dari kamar menuju mobil yang sudah menantinya untuk mengantarkan di gereja.
"Andaikan papa mama disini untuk melihatku berdiri di depan altar." gumamnya sedih.
Sesampainya di gereja, dia menunggu arahan untuk masuk ke dalam. Angie sudah menunggunya di depan pintu.
Angie juga kelihatan cantik dengan gaun berwarna hijau daun selutut yang mereka beli beberapa waktu lalu.
"Ini jangan lupa bungamu. Ayo aku bantu untuk menutup cadarmu. Aku sungguh bahagia melihatmu, sahabat kesayanganku. Aku sungguh berharap dan berdoa semoga kau betul-betul bahagia dengan pernikahan ini." isak Angie.
"Karena aku tau bagaimana awal sejarah kamu akan menikah hari ini. Jikalau terjadi apa-apa, ingat kamu masih memiliki aku." ucap Angie.
Setelah mendengar Angie berkata seperti itu, aku menahan isakan tangisku dan memeluk dia.
"Terima kasih. Aku beruntung memiliki sahabat yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri." bisikku ke Angie.
Ditutuplah cadarku oleh Angie, aku bersiap untuk berjalan menuju altar. Aku berjalan menuju lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Dave di lain pihak, terlihat gagah dengan kemeja putih dan balutan jas hitam dan dasi berwarna senada. Dia melihatku datang menghampirinya dengan perlahan. Dave tersenyum ringan.
Sesampainya di depan altar, pastur yang akan memimpin upacara pernikahan kami bertanya.
"Apakah kalian siap?"
"Siap!" jawab kami serentak.
"Kami semua disini berkumpul untuk menyaksikan hari bahagia atas ananda Dave Emanuel dan Fiona Wijaya. Mereka dipersatukan oleh Tuhan dan tidak dapat diceraikan oleh manusia. Apakah ananda Dave menerima Fiona sebagai istri sah dalam suka dan duka sampai maut memisahkan kalian?" tanya Pastur.
"Saya bersedia menerima Fiona sebagai istri saya dalam suka dan duka sampai maut memisahkan." ucap Dave dengan tenang.
Mendengar kata-kata Dave, aku menunggu giliranku untuk mengucapkan sumpah setiaku. Entah apa yang terjadi, akhirnya aku berhasil megucapkan sumpah yang diucapkan oleh Dave juga. Aku sangatlah gugup.
"Dengan kuasa oleh negara dan Tuhan, saya menyatakan kalian sah sebagai suami dan istri. Selamat menempuh hidup baru. Kalian boleh berciuman kalau mau." ucap pastur itu tersenyum.
Bagaimana ini, apakah Dave akan menciumku? Tapi aku sudah menjadi istri sahnya. Apakah aku harus menolak? Aku kebingungan dan sangat gugup. Tiba-Tiba Dave menyapukan bibir tipisnya di bibir tipisku. Aku bisa merasakan bibir hangatnya. Aku bisa merasakan bagaimana kami sama-sama menahan nafas kami. Bibirnya terasa manis. Entah kenapa setelah dia melepaskan ciumannya di bibirku, aku seperti merasa kehilangan.
Dave menggandengku ke arah mobil dimana tamu-tamu sudah menunggu kami. Kami berjalan dengan tersenyum kepada mereka. Aku melihat Om Johan dan Tante Julia yang sekarang sudah resmi menjadi mertuaku, tersenyum dan menahan isak tangis.
"Ayo, segeralah kau melempar buket bungamu. Supaya kita dapat bebas dari acara ini." gumam Dave lirih
Aku melempar buket bungaku dan ternyata Angie yang menangkapnya, tetapi ada satu orang lagi yang juga mau merebutnya. Dia adalah Peter, rekan kerja Dave. Angie dan Peter saling melihat dan tersenyum. Peter akhirnya mengalah.
Di dalam mobil, kami hanya diam. Melihat arah perjalanan ini bukan ke rumahku, aku bertanya "Lho kita mau kemana, kok arahnya bukan ke arah rumahku?"
"Bulan Madu" jawab Dave sambil mengedipkan matanya.
Ya Tuhan, apalagi ini?
Fiona yang masih lugu berpikir keras apakah yang dilakukan pasangan di saat bulan madu mereka. Dave hanya tersenyum puas. Sungguh lugu dan lucu kau, Fio, istriku. Kita lihat nanti bagaimana kita melewati seminggu di pulau yang sangat terkenal akan keindahannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Eka Sulistiyowati
nect
2020-12-23
2
pembaca dalam hati
authornya kristen kah?
2020-11-10
2
Wha Ziip
bagus thor suka cz bahasany Sederhana
2020-06-03
0