15. Kehangatan Dalam Api

Langit senja mengakhiri perjalanan mereka hari itu. Jingga menyingsing, gelap hadir bersama bulan di hamparan kilau bintang bercahaya. Waktu begitu cepat bergulir, kini penat menggerogoti urat saraf. Kantuk langsung menyerang begitu langit berubah.

Angin dingin menggoyangkan rerumputan dan menggigilkan tubuh, namun tak memadamkan api yang tengah dijaga seorang pemuda yang mencoba mencari kehangatan lain.

Yah, dia Taufan. Putra kedua dari sebuah keluarga bermarga Ravael. Fisik yang bisa dikatakan sempurna, dengan wajah yang cukup untuk membuat sebagian kaum hawa jatuh hati tak bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan batiniah.

Dia bukti nyata, jika orang lain tau virus yang bersemayam di tubuhnya, jangankan perempuan, semua orang pun akan jijik kepadanya. Pikiran itu selalu menghantuinya. Pandangannya kosong menatap kobaran api yang perlahan membakar ranting kayu.

Seperti tubuhnya yang kehilangan daya...

Seperti jiwanya yang rapuh termakan emosi...

Seperti dirinya, yang akan menjadi abu di masa depan...

Pikirannya terus berkabut, sebelum gadis itu menyapanya hangat, menarik paksa dirinya dari imajinasinya. Sayang mereka mencapai puncak ketika hari nyaris gelap. Rehan menyarankan Stella untuk ikut berkemah malam itu dan mencari temannya ketika sudah terang.

"Kau ngga tidur?" Gadis itu ikut menjaga api yang terus berkobar.

"Belum ngantuk sih, kau sendiri?" Taufan menoleh, memperhatikan paras gadis itu dari samping.

Stella menggeleng, "Sama sepertimu, Hana malah udah tidur duluan." Ucap nya sambil melihat seorang gadis yang tengah terlelap.

Asap putih mengepul setiap kali nafas terbuang, karbondioksida menguap bersama udara yang membeku. Tak satupun membuka suara, mungkin sesekali terlintas dibenak mereka untuk membunuh keheningan.

Namun tak kunjung sirna...

Sebelum...

"Kau-kenapa kau menyelamatkanku?" Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Stella meski diselimuti keraguan.

Taufan bergeming, "Memangnya harus ada alasan ya untuk kemanusiaan?"

Gadis itu hanya mampu membuat senyum tipis, setuju dengan jawaban Taufan.

Namun kemudian Taufan beralasan lain

"Sebenarnya aku sudah tak mau kehilangan lagi, bahkan untuk orang yang belum ku kenal sepertimu." Suaranya terdengar parau meski terdengar lirih namun dalam, seolah menyuratkan kesedihan yang mendalam kata itu.

"Kau pasti pernah kehilangan seseorang yang sangat kau sayangi ya?" Stella menebak.

Ujung bibir Taufan terangkat, ia hanya mampu tersenyum pahit setiap kali teringat, "Bukan hanya seseorang, bahkan dua orang yang ku sayangi hilang dalam sekejap mata. Kau tau? Kau mengingatkanku dengan seseorang aku rindukan. Suaramu sangat mirip dengannya, mengobrol seperti ini rasanya seperti kembali ke masa lalu."

Stella mengerenyitkan dahi nya. "Memangnya siapa?"

"Ibuku, sayangnya ia sudah meninggal. Ah aku jadi sangat merindukannya." Taufan membuang nafas berat sambil bernostalgia.

Stella terdiam, terlintas dipikirannya sebuah pertanyaan yang seharusnya ia jawab sendiri, "Kalau semisal kita pergi duluan dari orang-orang disekitar kita, apa orang terdekat kita juga akan merindukan kita?"

Pandangan Taufan menengadah, menerawang jauh pada kegelapan tanpa akhir di atas sana. Senyuman yang ditunjukkannya pun nampak begitu penuh kebohongan. Stella yakin jika saja Taufan menunduk, air mata akan jatuh.

"Tergantung, kalau orang sepertimu, pasti banyak terdekat yang akan merindukan mu. Tapi kalau aku yang sudah tidak punya apa-apa lagi di dunia ini. Kalaupun aku mati sekarangpun, ngga akan ada yang merasa kehilangan. Jangankan merindukan, aku bahkan tak yakin ada seseorang yang mau membuang air matanya untukku."

"Pasti ada!"

"Eh!?"

Kilat manik mata Stella binar. Apa lelaki disampingnya itu benar-benar putus asa? Rasanya menyebalkan mendengar hal seperti itu dari seseorang yang masih hidup.

"Pasti ada! Kau itu orang baik, entah di belahan dunia mana, pasti ada seseorang yang menangisi kepergian mu. Kalau orang seperti itu tidak ada, biarkan aku yang akan menangis untukmu." Stella membuktikan bahwa ucapan Taufan adalah omong kosong.

Sesaat Taufan terpana, sungguh ia berharap itu bukanlah ucapan yang hanya manis di dengar, bahwa ia tak benar-benar sendiri di dunia.

Tangan itu terangkat, membelai lembut pucuk kepala gadis itu, "Eum, terima kasih."

Stella merona, namun usai sekian detik berlalu, ketika ia mencuri pandang, perasaan senang bercampur sedih menyelimutinya.

Andai saja lelaki yang baru dikenalnya itu tahu, dihadapannya saat ini hanyalah kehampaan.

Andai saja mereka bertemu lebih awal

Andai saja...

Andai saja hanyalah ungkapan kosong tanpa arti jika takdir yang mendahului. Hanya keegoisan manusia yang hanya bisa menyalahkan kehidupan yang mereka anggap tidak adil.

Stella memeluk dirinya sendiri, "Seharusnya kau tidak bicara seperti itu. Padahal hidup ini terlalu berharga untuk ditinggalkan begitu saja. Ngga peduli seberat apapun cobaannya, pasti ada hal indah yang menanti setelahnya." Ucapnya tanpa sadar.

"Aku juga ingin terus mempercayai hal itu, tapi semakin aku mempercayainya ternyata semakin berat hal yang aku rasakan."

Taufan menghela nafas panjang, "Kedua orang tuaku meninggal 6 tahun lalu dan saudaraku membenciku. Tinggal di rumah terasa seperti tinggal di kuburan, ngga pernah dianggap meskipun ada. Mereka mengabaikan ku, terkadang juga menatapku dingin, seolah keberadaan ku merupakan sesuatu yang gak pantas. Perasaan itu menjadi semakin berat dari hari ke hari. Mungkin sebaiknya aku memang tidak pernah dilahirkan ke dunia. Begitu yang aku pikirkan. Tapi di satu sisi, aku yakin pasti ada alasan mengapa seseorang terlahir di dunia. selain kematian. Setidaknya aku ingin mempercayai hal itu."

Stella hanya mampu terdiam menatap intens sepasang manik dark sky Taufan yang diselimuti sendu, "Kalau kau tidak bisa hidup untuk orang lain, hiduplah untuk dirimu sendiri. Apapun itu, teruslah hidup. Terkadang saja orang yang sudah mati ingin hidup kembali, tapi mereka tidak bisa. Sedangkan orang yang masih hidup dan masih bisa memperbaiki kehidupan mereka, justru ingin membuang kesempatan itu. Sedikit apapun waktu yang kau miliki di dunia ini, tetaplah jalani hidup semaksimal mungkin agar kau tidak menyesal ketika mati nanti."

Tubuh Taufan gemetar, tangannya membekap mulutnya sendiri menahan tawa yang sukses membuatnya menerima imbalan berupa tamparan manja dari gadis di sampingnya.

"Apa yang lucu?" Omel Stella bersungut. Padahal ia ingin memberi semangat hidup yang menyentuh, justru dibalas tawa dari lelaki yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Tapi sejujurnya sedikit rasa senang menyelinap ketika melihat senyum yang mengembang di bibir Taufan.

"Tidak, hanya saja baru pertama ini aku diceramahi panjang lebar sama seorang cewek. Ibuku itu orang yang lembut, ia pun tak pernah memarahiku meskipun aku ini bandel. Justru kakakku yang sering ngomel sampe berbusa, dan biasanya adikku juga sering ikut menceramahi." Taufan tertawa kecil teringat masa lalunya.

"Yah, meskipun sikap mereka dingin seperti itu, aku juga ngga benci mereka sih karena mereka saudaraku dan aku akan menanggung kebencian mereka, sampai tak ada lagi kebencian yang bisa mereka berikan padaku. Meski berat, tapi aku tak akan melarikan diri. Aku belum mau mati sebelum mereka berhenti membenciku dan selama itu juga aku akan bersenang-senang sebisaku. Ah, kalau aku mati nanti, aku berharap aku dikelilingi orang yang aku sayangi."

Stella tersenyum simpul, ikut menyemangati kehidupan Taufan, "Yah, kau pasti mendapatkannya."

"Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana bisa kau terpisah dengan kelompok mu?" Taufan mengubah alur pembicaraan.

"Ah itu," keraguan menjawab nampak ketika Stella menyentuh tengkuk lehernya, "Sebenarnya aku sendiri juga tidak begitu ingat. Yang ku ingat waktu itu hanya kabut yang mulai turun, dan entah bagaimana bisa teman-temanku yang awalnya berjalan di depanku menghilang diantara rerimbunan. Aku yang pertama kali mendaki ini hanya bisa berjalan tanpa tentu arah."

Stella semakin mempererat pelukan pada lututnya, mengangguk meski nampak samar, "Kau tau rasanya berada di kegelapan dimana tak setitik cahaya pun bisa mencapai mu dan didalamnya hanya ada suara aneh yang entah dari mana asalnya yang bisa kau dengar? Berjalan dan terus berjalan, namun sebenarnya tidak pernah pergi kemanapun."

"Nyaris aku tenggelam bersama suara itu, namun kemudian sebuah tangan hangat menyentuhku dan itu kau. Terima kasih sudah menyelamatkanku. Kau sudah menyelamatkan impian terbesarku, menapakkan kaki di puncak ini. Meskipun hanya dengan kesadaran ku, aku benar-benar senang."

Taufan terhenyak, ia tak paham pasti apa yang gadis itu katakan, juga alasan mengapa air mata jatuh dari pelupuk matanya. Meski begitu, senyum di bibir merah itu tak kunjung luntur. "Ah, maaf! Aku jadi ngomong ngelantur begini." Buru-buru Stella menghapus jejak tangisannya, padahal tidak seharusnya kelepasan seperti ini.

Sebuah belaian lembut menenangkan dirinya, ketika tangan Taufan mengelus pucuk kepalanya sambil tersenyum lembut. Sosok Taufan malam itu sepeti seorang kakak di mata Stella.

"Ngga papa, aku paham kok. Pasti menakutkan ya sendirian di tempat asing, tak tahu arah dan ngga tau harus kemana. Sebaiknya kau tidur sekarang, kau pasti lelah setelah melewati semua itu." Taufan berkata lembut, mencoba memahami kondisi gadis disampingnya.

"Eum, kau sendiri?"

"Setelah ini aku juga mau tidur, karena besok harus bangun pagi. Makasih ya udah nemenin ngobrol." Tanpa sadar Taufan meremas dadanya.

"Harusnya aku yang makasih."

"Kalau begitu, selamat malam."

"Eum, malam."

Perapian yang menerangi gelap padam. Tak seorangpun tahu, bahwa malam itu adalah malam terakhir bagi Taufan bertemu Stella.

TBC

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Tidak juga, akan ada nantinya orang yang betul - betul mencintaimu dengan tulis bahkan sampai membantumu untuk sembuh dari penyakit yang kamu anggap menjijikan itu.

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Taufan sebenarnya sudah di landa rasa tertekan, namun ia cukup pintar menyembunyikan rasa sakit yang ia simpan sendirian tanpa banyak di ketahui orang lain.

2023-04-21

1

AkhsRyou🐈🐻

AkhsRyou🐈🐻

bingung tapi keren... jadi Stella itu udah mati? hantu gitu? tapi bisa disentuh? bisa dilihat banyak orang? karena ada hal yang belum terselesaikan jadi gak tenang? terus kok bisa kepisah? terus pas diperiksa kok bisa? suhunya jg. eh tapi kalo suhu dingin buat hantu normal sih...tapi pas digendong kok kerasa berat? hmh................ gak paham. tapi keren. Li jahat! bikin penasaran!

2022-05-04

11

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Sakit
3 2. Yasha
4 3. Menyembunyikan
5 4. kau tidak sendirian
6 5. Blue
7 6. Musik
8 7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9 8. Keberuntungan
10 9. Panti Asuhan
11 10. Bunga Dan Musik
12 11. Veitch!
13 12. Batas
14 13. Pelarian
15 14. Gadis Dalam Kabut
16 15. Kehangatan Dalam Api
17 16. Kehilangan
18 17. Beradu Dengan Sakit
19 18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20 19. Kenangan
21 20. Preman
22 21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23 22. Di malam itu
24 23. Kepergian si keping salju
25 24. Putus Asa
26 25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27 26. Daijoubu
28 27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29 28. Tak bisa memaafkan
30 29. Tak Akan Bisa
31 30. Hati Yang Keras
32 31. Sakit Hati
33 32. Perayaan kecil
34 33. Pilihan
35 34. Tak Membedakan
36 35. Setitik harapan
37 36. Membangunkan
38 37. Perpustakaan
39 38. Ancaman
40 39. Fakta yang terbongkar
41 40. Mengorbankan
42 41. Perjuangan
43 42. Perjuangan (part 2)
44 43. Perjuangan (part 3)
45 44. Pertolongan
46 45. Penyesalan
47 46. Memilih untuk tetap bertahan
48 47. Rapuhnya
49 48. Emosi
50 49. Harapan yang di berikan
51 50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52 51. Melepas rindu
53 52. Emosi yang tak tertahan
54 53. Rapuhnya
55 54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56 55. Guna Nya Seorang Teman
57 56. Janji Untuk Terus Bersama
58 57. Ethan
59 58. Sesal Yang Di Rasa
60 59. Suatu Kebetulan
61 60. Bertaruh Dengan Waktu
62 61. Kembali
63 62. Terimakasih
64 63. Menjenguk
65 64. Drama
66 65. Demi kebaikan
67 66. Sedikit Permainan
68 67. Makna keberadaan
69 68. Bagimu, aku ini apa?
70 69. Bertemu Denganmu
71 70. Bertemu Denganmu (part 2)
72 71. Rumah!
73 72. Rumah! (part 2)
74 73. Perayaan
75 74. Kisah dari pertengkaran
76 75. Apa tersampaikan?
77 76. EPILOG: Perpisahan
78 !PENGUMUMAN!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
1. Sakit
3
2. Yasha
4
3. Menyembunyikan
5
4. kau tidak sendirian
6
5. Blue
7
6. Musik
8
7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9
8. Keberuntungan
10
9. Panti Asuhan
11
10. Bunga Dan Musik
12
11. Veitch!
13
12. Batas
14
13. Pelarian
15
14. Gadis Dalam Kabut
16
15. Kehangatan Dalam Api
17
16. Kehilangan
18
17. Beradu Dengan Sakit
19
18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20
19. Kenangan
21
20. Preman
22
21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23
22. Di malam itu
24
23. Kepergian si keping salju
25
24. Putus Asa
26
25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27
26. Daijoubu
28
27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29
28. Tak bisa memaafkan
30
29. Tak Akan Bisa
31
30. Hati Yang Keras
32
31. Sakit Hati
33
32. Perayaan kecil
34
33. Pilihan
35
34. Tak Membedakan
36
35. Setitik harapan
37
36. Membangunkan
38
37. Perpustakaan
39
38. Ancaman
40
39. Fakta yang terbongkar
41
40. Mengorbankan
42
41. Perjuangan
43
42. Perjuangan (part 2)
44
43. Perjuangan (part 3)
45
44. Pertolongan
46
45. Penyesalan
47
46. Memilih untuk tetap bertahan
48
47. Rapuhnya
49
48. Emosi
50
49. Harapan yang di berikan
51
50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52
51. Melepas rindu
53
52. Emosi yang tak tertahan
54
53. Rapuhnya
55
54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56
55. Guna Nya Seorang Teman
57
56. Janji Untuk Terus Bersama
58
57. Ethan
59
58. Sesal Yang Di Rasa
60
59. Suatu Kebetulan
61
60. Bertaruh Dengan Waktu
62
61. Kembali
63
62. Terimakasih
64
63. Menjenguk
65
64. Drama
66
65. Demi kebaikan
67
66. Sedikit Permainan
68
67. Makna keberadaan
69
68. Bagimu, aku ini apa?
70
69. Bertemu Denganmu
71
70. Bertemu Denganmu (part 2)
72
71. Rumah!
73
72. Rumah! (part 2)
74
73. Perayaan
75
74. Kisah dari pertengkaran
76
75. Apa tersampaikan?
77
76. EPILOG: Perpisahan
78
!PENGUMUMAN!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!