19. Kenangan

Iklim tropis membuat musim panas menjadi lebih lama dibanding negara-negara di Eropa. Sinar mentari yang terlampau terik menelusup melewati celah celah jendela. Di luar sana, angin bertiup pelan membuat suhu terasa semakin panas. Daun daun di pohon yang sudah mulai mengering pun berjatuhan.

Permukaan air yang ditumbuhi teratai dan gulma nampak berkilau tiap kali seekor katak menceburkan diri ke dalam kolam. Rasanya kali ini musim panas datang lebih cepat dari biasanya.

Dengkuran halus terdengar dari salah satu sudut rumah. Seorang anak kecil terlelap di sofa, ia menutupi wajahnya dengan sebuah buku yang mengantarkannya pada kantuk. Bisingnya cicadas di siang hari sepertinya tak mengganggu tidurnya.

Yah, tak ada gangguan yang berarti. Kecuali...

Brukk..

"Aduhh...!"

"Kak Hali, ayo main!"

Ya, tak ada gangguan yang berarti bagi si sulung selain putra kedua dari pasangan Rano dan Ahsya. Taufan Ravael. Baru saja ia terbangun karena ulah adik nya yang menghempaskan diri dan menindih tubuh nya. Bocah berumur 6 tahun itu hanya tersenyum lebar tanpa dosa sambil memamerkan giginya yang beberapa tanggal.

"Singkirkan tubuhmu dariku, dasar setan kecil!" Seru Hali kesal.

Anak bermata langit itu memang sangat suka menggoda kakak nya. Tak tanggung tanggung, berbagai cara ia lakukan untuk mengganggu kakak nya yang tempramen itu. Meski selalu berujung dengan perkelahian kecil atau adu mulut, hal itu baru akan berakhir jika orang tua mereka yang turun tangan. Namun tak pernah habis tingkah Taufan untuk menjahili Hali. Seakan harinya tak akan lengkap jika tidak menjahili kakak nya itu.

"Taufan, kakak mu kan sedang tidur, kenapa diganggu?" tegur wanita paruh baya yang muncul dari dapur sambil menentang beberapa paper bag.

"Habisnya kak Hali kalo tidur udah kaya kebo. Padahal dari tadi udah aku panggil, tapi ngga bangun bangun. Hibernasi kali ya? "

Ahsya yang mendengar itu mencoba menahan tawa. Memangnya kerbau hibernasi ya?

"Memangnya Taufan mau ngapain pake bangunin kak Hali?" tanya ibu lembut.

"Taufan mau ngajak kak Hali main di luar."

"Panas-panas gini kau mau keluar? Hadeh, pulang-pulang kau jadi bebek panggang. Minggir! Aku mau tidur, awas kalau diganggu! Kugantung kau di tali jemuran!" ancam Hali. Dengan terkantuk kantuk, ia masuk ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.

"Huh, kak Hali ngga seru!" Taufan menggembungkan pipi nya, ekspresi kesal khas anak kecil.

"Kak Hali benar, mending kamu juga tidur siang sana gih. Taufan pasti cape kan abis pindahan rumah kemarin? Nanti sore ibu temani Taufan, tapi sekarang ibu mau menyapa tetangga dulu, sekalian ngasih kue. Taufan baik-baik ya di rumah. Bibi, nitip jagain rumah ya!"

"Iya, Bu." Seorang wanita tua muncul dari dapur. Ia sudah cukup lama mengabdikan diri untuk keluarga Ravael, bahkan sejak Hali masih bayi. Sehingga sudah dianggap bagian dari keluarga kecil itu.

"Nah ibu pergi dulu ya." Pamit sang ibu membelai pucuk kepala putra keduanya.

Sepeninggalan wanita itu, si asisten rumah hendak kembali mengerjakan tugasnya, sementara Taufan hanya tinggal sendirian di ruang keluarga.

"Tck, kenapa harus ada yang nemenin? Aku kan juga bisa pergi sendiri, aku kan udah besar."

Waktu telah menunjuk pukul 5 sore, hari belumlah larut tapi awan kelabu yang menggulung membuat sore itu seperti petang. Kala itu Hali terbangun karena mendengar ribut ribut dari lantai bawah. Penasaran dengan apa yang terjadi, ia beranjak dari kasur dan membawa langkah menuju lantai bawah.

"Kenapa ribut sekali? Ibu kenapa? Ada apa?" serentetan pertanyaan Hali lontarkan saat melihat suasana yang tak bisa dipahaminya.

"Taufan hilang!" seru Ibu nyaris histeris.

"Ha!?"

"Ibu pergi ke rumah tetangga dan menyuruh Taufan untuk tidur siang karena dari tadi dia rewel, sedangkan bibi sibuk di dapur. Dan saat ibu kembali Taufan sudah tidak ada"

"Ibu sudah mencarinya ke setiap ruangan?" tanya Hali.

"Ibu sudah memeriksa setiap ruangan, bahkan sampai ke kolong kolongnya. Hali, bagaimana kalau terjadi hal buruk pada Taufan? Kita baru pindah kemarin, dia pasti belum tahu tempat ini. Bagaimana kalau dia diculik?" Suasana saat itu pecah, air mata mulai mengalir dari pelupuk mata wanita itu.

Lelaki yang baru menginjak umur 10 tahun itu memeluk sang bunda, "Taufan pasti baik-baik saja, dia pasti tak jauh dari rumah. Hali akan berusaha mencarinya, jadi ibu jangan cemas ya?" Tangannya menangkup wajah ibundanya, menatap legam sepasang netra itu mencoba menenangkannya.

"Aku akan segera kembali, bibi tolong jaga ibu ya."

*****

Di luar, gerimis mulai turun cukup deras, jalanan mulai becek dan air mulai menggenang. Perubahan cuaca yang ekstrim, padahal siang tadi matahari bersinar tanpa ampun. Dan sekarang hujan disertai petir mulai menyambar.

Seorang anak terisak seorang diri. Penyesalan menguasai dirinya, harusnya ia mengikuti kata ibu untuk tinggal di rumah dan tidur siang. Bukannya nekat keluar rumah seorang diri apalagi di lingkungan baru.

Ia meringkuk memeluk dirinya sendiri di bawah pohon. Ia ketakutan. Entah karena menjelang malam atau karena hujan, hari mulai gelap. Sekarang ia tak tahu jalan pulang, petir membuatnya takut untuk beranjak, volume air kian meninggi dan angin pun kian kencang bertiup.

JDEEEERRR...

"Hiii! Hiks.. Hiks.. Kak Hali, tolong aku. Huhuhu.."

Wajahnya tenggelam di antara lutut. Ia sudah lelah menangis, suaranya hampir habis karena memanggil nama orang-orang terdekatnya, tapi tak seorangpun mendengar suaranya akibat terhalang hujan lebat. Layaknya seorang anak kecil, ia hanya bisa mengharapakan keajaiban sebelum ia pingsan karena kelelahan dan kedinginan.

"Di sini kau rupanya ya, anak bandel. Aku mencari mu kemana-mana."

Anak itu mendongak, seseorang berdiri di sampingnya bernaungkan sebuah payung merah. Matanya kembali berkaca-kaca, ia tak menyangka begitu cepat datangnya...

Harapan itu..

"Huweee! Kak Hali! Aku takut!" Di peluk nya erat tubuh sang kakak, menyalurkan rasa takut yang menguasai sosok kecil. Ia menangis begitu keras sampai sampai Hali kewalahan menenangkan adik pertamanya.

"Sudah tidak apa-apa. Kakak di sini." Dengan lembut tangannya mengusap punggung Taufan. Kemudian ia melepas Hoodie nya dan membalut tubuh adiknya yang sedari tadi menggigil kedinginan.

Hali menghela nafas panjang. Ia lupa. Dibalik perangai ceria dan nakal Taufan, adiknya itu tetap seorang anak kecil yang juga membutuhkan perlindungan dan memiliki sisi lemah. Semenjengkelkan apapun tingkah adiknya satu itu, ia tak pernah benar-benar bisa membenci sosok yang selalu menebar tawa itu.

"Bisa jalan?"

Taufan hanya terdiam, baru Hali tersadar bahwa adiknya terlalu lemah untuk berjalan sendiri. Ia berbalik, berjongkok menyamakan tinggi dengan Taufan, "Kemari, kakak gendong, dasar bocah nakal!"

"Bagaimana bisa kak Hali menemukanku?" tanya Taufan yang kini berada di gendongan hangat kakak nya.

"Hmm, entahlah. Mungkin naluri seorang kakak."

****

Taufan membuka matanya, mengerjap beberapa kali dengan pandangan kosong. Wajahnya tampak murung. Jelas sekali kalau kenangan masa kecilnya mengganggu tidurnya. Ia melirik ke arah jendela yang telah menyajikan pemandangan gelap setelah ia terlelap 8 jam lamanya. Waktu yang cukup lama baginya tak sadarkan diri dibawah pengaruh obat.

Ia menyandarkan punggungnya yang terasa pegal di kepala ranjang. Tubuhnya menggigil diterpa angin yang akhirnya membuat ia bangkit untuk menutup jendela dan menyalakan lampu.

Kepalanya masih terasa berat dan tubuhnya juga lemas. Ia bahkan belum makan sesuap nasi sekalipun, hanya sepotong roti dan sebotol air mineral untuk mengganjal rasa laparnya pagi tadi.

Ia memutuskan untuk turun ke dapur, mencari asupan bagi tubuhnya meski sebenarnya ia tak berselera makan. Langkahnya gontai dan sedikit terhuyung hingga ia harus berpegangan pada benda disekitarnya agar tidak jatuh. Umpatan kecil terdengar dari bibirnya, mulai menggerutu entah pada siapa. Dia benci keadaannya yang menyedihkan seperti ini.

Segelas air diteguk nya begitu ia mencapai dapur. Sungguh mengenaskan nasibnya, ia tak berhasil menemukan makanan di meja makan. Di kulkas hanya ada sayuran hijau, selai kacang dan beberapa minuman dingin. Ia bahkan tak bisa menemukan telur atau mie instan yang bisa ia sajikan dengan cepat.

Ruang utama di lantai 1 masih gelap, Ken dan Hali belum pulang yang artinya tidak ada yang memasak makan malam. Ingin sekali ia mengumpat pada keadaan, tapi ia sadar itu tak akan merubah apapun. Dengan berat hati, ia mengambil jaketnya dan pergi keluar untuk membeli makanan.

Namun langkah nya mendadak terhenti. Dalam pikiran ia sempat bertanya tanya, kenapa mendadak ia memimpikan masa lalu nya dengan sang kakak?

TBC

Terpopuler

Comments

diliat doang kagak di baca

diliat doang kagak di baca

ku kira hali itu cewek

2023-07-05

0

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Hahahah mantap! tinggal di santap aja itu kan ya tanpa bumbu? alamat rasa sinar matahari aja, lucu sekali ucapkan Kakanya ini. Meski dalam keadaan tak sepenuhnya sadar hehe

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Kalau orang yang udah benar - benar nyenyak apa lagi usai pekerjaan berat, saking lelahnya ia sampai tak mendengar apa yang terjadi ketika ia tertidur.

2023-04-21

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Sakit
3 2. Yasha
4 3. Menyembunyikan
5 4. kau tidak sendirian
6 5. Blue
7 6. Musik
8 7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9 8. Keberuntungan
10 9. Panti Asuhan
11 10. Bunga Dan Musik
12 11. Veitch!
13 12. Batas
14 13. Pelarian
15 14. Gadis Dalam Kabut
16 15. Kehangatan Dalam Api
17 16. Kehilangan
18 17. Beradu Dengan Sakit
19 18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20 19. Kenangan
21 20. Preman
22 21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23 22. Di malam itu
24 23. Kepergian si keping salju
25 24. Putus Asa
26 25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27 26. Daijoubu
28 27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29 28. Tak bisa memaafkan
30 29. Tak Akan Bisa
31 30. Hati Yang Keras
32 31. Sakit Hati
33 32. Perayaan kecil
34 33. Pilihan
35 34. Tak Membedakan
36 35. Setitik harapan
37 36. Membangunkan
38 37. Perpustakaan
39 38. Ancaman
40 39. Fakta yang terbongkar
41 40. Mengorbankan
42 41. Perjuangan
43 42. Perjuangan (part 2)
44 43. Perjuangan (part 3)
45 44. Pertolongan
46 45. Penyesalan
47 46. Memilih untuk tetap bertahan
48 47. Rapuhnya
49 48. Emosi
50 49. Harapan yang di berikan
51 50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52 51. Melepas rindu
53 52. Emosi yang tak tertahan
54 53. Rapuhnya
55 54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56 55. Guna Nya Seorang Teman
57 56. Janji Untuk Terus Bersama
58 57. Ethan
59 58. Sesal Yang Di Rasa
60 59. Suatu Kebetulan
61 60. Bertaruh Dengan Waktu
62 61. Kembali
63 62. Terimakasih
64 63. Menjenguk
65 64. Drama
66 65. Demi kebaikan
67 66. Sedikit Permainan
68 67. Makna keberadaan
69 68. Bagimu, aku ini apa?
70 69. Bertemu Denganmu
71 70. Bertemu Denganmu (part 2)
72 71. Rumah!
73 72. Rumah! (part 2)
74 73. Perayaan
75 74. Kisah dari pertengkaran
76 75. Apa tersampaikan?
77 76. EPILOG: Perpisahan
78 !PENGUMUMAN!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
1. Sakit
3
2. Yasha
4
3. Menyembunyikan
5
4. kau tidak sendirian
6
5. Blue
7
6. Musik
8
7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9
8. Keberuntungan
10
9. Panti Asuhan
11
10. Bunga Dan Musik
12
11. Veitch!
13
12. Batas
14
13. Pelarian
15
14. Gadis Dalam Kabut
16
15. Kehangatan Dalam Api
17
16. Kehilangan
18
17. Beradu Dengan Sakit
19
18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20
19. Kenangan
21
20. Preman
22
21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23
22. Di malam itu
24
23. Kepergian si keping salju
25
24. Putus Asa
26
25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27
26. Daijoubu
28
27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29
28. Tak bisa memaafkan
30
29. Tak Akan Bisa
31
30. Hati Yang Keras
32
31. Sakit Hati
33
32. Perayaan kecil
34
33. Pilihan
35
34. Tak Membedakan
36
35. Setitik harapan
37
36. Membangunkan
38
37. Perpustakaan
39
38. Ancaman
40
39. Fakta yang terbongkar
41
40. Mengorbankan
42
41. Perjuangan
43
42. Perjuangan (part 2)
44
43. Perjuangan (part 3)
45
44. Pertolongan
46
45. Penyesalan
47
46. Memilih untuk tetap bertahan
48
47. Rapuhnya
49
48. Emosi
50
49. Harapan yang di berikan
51
50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52
51. Melepas rindu
53
52. Emosi yang tak tertahan
54
53. Rapuhnya
55
54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56
55. Guna Nya Seorang Teman
57
56. Janji Untuk Terus Bersama
58
57. Ethan
59
58. Sesal Yang Di Rasa
60
59. Suatu Kebetulan
61
60. Bertaruh Dengan Waktu
62
61. Kembali
63
62. Terimakasih
64
63. Menjenguk
65
64. Drama
66
65. Demi kebaikan
67
66. Sedikit Permainan
68
67. Makna keberadaan
69
68. Bagimu, aku ini apa?
70
69. Bertemu Denganmu
71
70. Bertemu Denganmu (part 2)
72
71. Rumah!
73
72. Rumah! (part 2)
74
73. Perayaan
75
74. Kisah dari pertengkaran
76
75. Apa tersampaikan?
77
76. EPILOG: Perpisahan
78
!PENGUMUMAN!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!