3. Menyembunyikan

Matahari telah turun dari singgasana nya, langit biru yang cerah kini di gantikan dengan langit hitam yang bertabur bintang dan sang luna di sana. Angin berhembus dingin menusuk kulit dan binatang malam memulai aktivitas mereka.

Suara motor terdengar memasuki halaman rumah, terparkir rapi di bagasi. Seorang pemuda ber manik merah melepas helm nya. Terlihat jelas rambutnya yang agak lepek dan raut wajah nya yang terlihat kelelahan.

Hembusan nafas lelah di lepaskan nya. Rumah ber catkan jingga itu terlihat begitu gelap sekarang. Hanya lampu jalan yang menerangi nya.

Ia adalah Hali Ravael, penghuni tertua di rumah itu. Kini ia telah menduduki bangku kuliah dan bekerja part-time untuk membiayai hidup nya dan adik adik nya.

Sungguh berat menjadi kakak tertua, tapi apa daya? Setelah kedua orang tua nya meninggal, hanya dialah yang menjadi tulang punggung keluarga nya.

Tangan Hali terulur membuka kenop pintu yang tak terkunci. Kondisi rumah yang gelap seperti ini, dengan pintu yang tak terkunci jelas akan mengundang perampok atau pencuri untuk masuk bukan? apa Ken masih belum pulang? "Aku pulang... " Ucapnya nyaris seperti bisikan.

"Selamat datang..."

Di hadapan nya, sosok pemuda ber iris gold yang terlihat lebih muda dari nya menyambutnya dengan senyuman manis. Dia adalah Ken, anak bungsu di keluarga itu.

Ceklek

lampu di nyalakan dan cahaya menerangi rumah itu. ya, ini lebih baik daripada gelap gelapan bukan?

Namun, pandangan Hali teralih pada sang adik yang masih memakai seragam sekolah nya. "Apa kau baru pulang?"

Ken mengangguk pelan. " Ya. Ada cukup banyak tugas OSIS di sekolah tadi. Pake sempat debat segala lagi. Pusing tau harus lari ke sana-sini minta tanda tangan kepsek!" Seru Ken mengutarakan kekesalan nya.

"Baiklah, cepat kau mandi dulu. Aku sempat membeli makanan di perjalanan pulang tadi, jadi kau tidak perlu masak." Ujar Hali sambil mengusap lembut adik bungsu nya.

Ken tersenyum dan mengangguk cepat. "Baik kak!" Sudah lama ia tak merasakan kelembutan dari sang kakak. Biasanya kakak nya itu akan bersikap datar se datar dinding, tegas, atau jika tidak selalu membuat nya kesal karena memperlakukan nya seperti anak kecil. Ketahuilah, Ken sudah berusia 15 tahun sekarang.

Hali berjalan ke dapur, menaruh bungkusan makanan yang ia beli di atas meja. Langkah nya menuju ke arah wastafel untuk mencuci tangan nya. Namun, ia sedikit terkejut saat melihat cairan merah kental yang sedikit tercecer di sisi wastafel. Seketika pikiran pikiran buruk mulai memasuki otak nya.

Hali ingin menyingkirkan pikiran pikiran buruk yang memasuki otak nya, namun setelah mengecek cairan itu, sepertinya memang tidak salah lagi. Satu kalimat yang terlintas di pikiran Hali. 'Darah siapa ini?'

"Kak Hali kenapa?" Tanya Ken tiba tiba membuat pemuda itu terkejut. Dengan segera ia langsung membersihkan bekas darah yang menempel di wastafel.

"Tidak apa apa, ayo cepat makan." Bohong nya.

Suasana ruang makan kali ini begitu sunyi tanpa kehadiran pembuat bising yang biasanya ada di antara mereka. Sudah lama mereka tidak merasakan ini.

Ken memandang kakak nya, ia ingin membuka pembicaraan, namun entah mengapa situasi seperti ini membuat nya merasa canggung. Ia ingin memberitahu jika ia mendengar dari pembicaraan di ruang OSIS bahwa Taufan sempat pingsan saat pelajaran olahraga tadi. Tapi seperti nya itu bukanlah topik yang tepat untuk saat ini.

Sementara Hali sendiri masih memikirkan darah siapa yang ia lihat di wastafel saat itu. Jika dirinya dan Ken baru pulang, lalu siapa?

"Ken." Panggil Hali.

"Ada apa kak?" Sahut sang adik mandang Hali.

"Kau benar baru nyampe rumah tadi? Kau sudah sempat ke dapur belum?"

Ken menggeleng. "Kan kita bertemu di depan pintu tadi. Aku baru saja masuk dan kak Hali menyuruhku mandi. Jadi aku belum sempat ke dapur. Ada apa kak?" Tanya Ken. Terlihat jelas raut wajah sang kakak yang kelelahan dan seakan menyembunyikan sesuatu. Pasti berat, menjadi kakak tertua dan tulang punggung keluarga sekaligus. Ditambah tugas tugas kuliah nya.

"Tidak, aku cuma tanya aja." Bohong Hali. Jika bukan Ken, berarti memang orang itu.

Helaan nafas terdengar, membuat Hali menoleh memandang sang bungsu. "Kalo kak Hali ada masalah, cerita aja. Jangan di tanggung sendiri. Mungkin aku juga bisa bantu. jangan memaksakan diri.

Senyuman kecil terbentuk di wajah Hali. Tangan nya terulur mengusap kepala Ken yang ada di depan nya. "Masalahku biar aku saja yang menyelesaikan nya. Kau juga sudah sibuk dengan tugas OSIS kan? Tidak apa kok."

Ken hanya menggembungkan pipi nya. Lagi lagi ia merasa di perlakukan seperti anak kecil. "Kakak hentikan! Aku bukan anak kecil tau!" Ujar nya kesal.

Hali hanya tertawa kecil melihat tingkah adik nya itu. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa sedikit bercanda dengan Ken tanpa kehadiran sosok yang selalu mereka benci.

"Aku ke kamar dulu, masih banyak kerjaan soalnya. Belum lagi harus ngoding segala." Ujar Hali yang langsung pergi begitu saja.

"Dih! Beresin dulu kali!"

"Tugas mu lah~"

Ken hanya bisa berdecak kesal. Jadi anak bungsu itu memang menyebalkan ya?

Hali melangkahkan kaki nya menaiki tangga menuju lantai dua. Ia sedikit teringat raut wajah Ken yang seperti begitu mengkhawatirkan nya.

" Apa aku terlalu memaksakan diri?" Hali memijat pelipis nya yang terasa berdenyut.

Namun, langkah nya terhenti saat berada di depan ruangan bercat kan blue sky. Pintu ruangan itu sedikit terbuka, membuat Hali dapat melihat apa yang ada di dalam nya.

Seorang pemuda sedang tertidur berbalut selimut di dalam ruangan yang gelap gulita. Tidak ada sedikitpun cahaya di ruangan itu. Hanya sorot lampu dari lorong yang membuat nya dapat melihat sosok itu.

'Apa anak itu sudah makan? Apa dia baik baik saja?' apa pernah pertanyaan itu terlontar dari bibir nya? Sebisa mungkin Hali mencoba untuk tidak memikirkan anak itu. Karena setiap ia memikirkan nya, ingatan buruk tentang masa lalu ikut mengalir di dalam nya. Membuat rasa kesal dan benci kembali ia rasakan.

Ia berbalik menuju kamar di sebrang kamar Taufan. Padahal jarak fisik di antara mereka begitu dekat, namun seakan ada dinding tebal tak kasat mata yang menghalangi batin mereka.

Tak ada satu pun yang tau rintihan rasa sakit yang sedikit demi sedikit mengikis tekat pemuda dalam ruangan itu untuk hidup. Dengan gelap ia berbagi, dengan dingin ia bercurah, dengan sunyi ia terus ada, menyembunyikan rasa sakit yang di simpan nya selama ini.

TBC

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

Benar sekali, sama sekali tidak mudah menjadi anak pertama yang memang bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup ya dan adiknya.

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Ya itu pasti karena keringat yang cukup panas, tentu saja menjadi rambutnya sampai lepek bahkan wajah pun tak bisa terlihat kering.

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Suasana yang sungguh menenangkan, hewan yang biasanya tidur di pagi dan siang tentunya akan bangun saat malam untuk mencari makanan mereka.

2023-04-21

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Sakit
3 2. Yasha
4 3. Menyembunyikan
5 4. kau tidak sendirian
6 5. Blue
7 6. Musik
8 7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9 8. Keberuntungan
10 9. Panti Asuhan
11 10. Bunga Dan Musik
12 11. Veitch!
13 12. Batas
14 13. Pelarian
15 14. Gadis Dalam Kabut
16 15. Kehangatan Dalam Api
17 16. Kehilangan
18 17. Beradu Dengan Sakit
19 18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20 19. Kenangan
21 20. Preman
22 21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23 22. Di malam itu
24 23. Kepergian si keping salju
25 24. Putus Asa
26 25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27 26. Daijoubu
28 27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29 28. Tak bisa memaafkan
30 29. Tak Akan Bisa
31 30. Hati Yang Keras
32 31. Sakit Hati
33 32. Perayaan kecil
34 33. Pilihan
35 34. Tak Membedakan
36 35. Setitik harapan
37 36. Membangunkan
38 37. Perpustakaan
39 38. Ancaman
40 39. Fakta yang terbongkar
41 40. Mengorbankan
42 41. Perjuangan
43 42. Perjuangan (part 2)
44 43. Perjuangan (part 3)
45 44. Pertolongan
46 45. Penyesalan
47 46. Memilih untuk tetap bertahan
48 47. Rapuhnya
49 48. Emosi
50 49. Harapan yang di berikan
51 50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52 51. Melepas rindu
53 52. Emosi yang tak tertahan
54 53. Rapuhnya
55 54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56 55. Guna Nya Seorang Teman
57 56. Janji Untuk Terus Bersama
58 57. Ethan
59 58. Sesal Yang Di Rasa
60 59. Suatu Kebetulan
61 60. Bertaruh Dengan Waktu
62 61. Kembali
63 62. Terimakasih
64 63. Menjenguk
65 64. Drama
66 65. Demi kebaikan
67 66. Sedikit Permainan
68 67. Makna keberadaan
69 68. Bagimu, aku ini apa?
70 69. Bertemu Denganmu
71 70. Bertemu Denganmu (part 2)
72 71. Rumah!
73 72. Rumah! (part 2)
74 73. Perayaan
75 74. Kisah dari pertengkaran
76 75. Apa tersampaikan?
77 76. EPILOG: Perpisahan
78 !PENGUMUMAN!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
1. Sakit
3
2. Yasha
4
3. Menyembunyikan
5
4. kau tidak sendirian
6
5. Blue
7
6. Musik
8
7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9
8. Keberuntungan
10
9. Panti Asuhan
11
10. Bunga Dan Musik
12
11. Veitch!
13
12. Batas
14
13. Pelarian
15
14. Gadis Dalam Kabut
16
15. Kehangatan Dalam Api
17
16. Kehilangan
18
17. Beradu Dengan Sakit
19
18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20
19. Kenangan
21
20. Preman
22
21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23
22. Di malam itu
24
23. Kepergian si keping salju
25
24. Putus Asa
26
25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27
26. Daijoubu
28
27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29
28. Tak bisa memaafkan
30
29. Tak Akan Bisa
31
30. Hati Yang Keras
32
31. Sakit Hati
33
32. Perayaan kecil
34
33. Pilihan
35
34. Tak Membedakan
36
35. Setitik harapan
37
36. Membangunkan
38
37. Perpustakaan
39
38. Ancaman
40
39. Fakta yang terbongkar
41
40. Mengorbankan
42
41. Perjuangan
43
42. Perjuangan (part 2)
44
43. Perjuangan (part 3)
45
44. Pertolongan
46
45. Penyesalan
47
46. Memilih untuk tetap bertahan
48
47. Rapuhnya
49
48. Emosi
50
49. Harapan yang di berikan
51
50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52
51. Melepas rindu
53
52. Emosi yang tak tertahan
54
53. Rapuhnya
55
54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56
55. Guna Nya Seorang Teman
57
56. Janji Untuk Terus Bersama
58
57. Ethan
59
58. Sesal Yang Di Rasa
60
59. Suatu Kebetulan
61
60. Bertaruh Dengan Waktu
62
61. Kembali
63
62. Terimakasih
64
63. Menjenguk
65
64. Drama
66
65. Demi kebaikan
67
66. Sedikit Permainan
68
67. Makna keberadaan
69
68. Bagimu, aku ini apa?
70
69. Bertemu Denganmu
71
70. Bertemu Denganmu (part 2)
72
71. Rumah!
73
72. Rumah! (part 2)
74
73. Perayaan
75
74. Kisah dari pertengkaran
76
75. Apa tersampaikan?
77
76. EPILOG: Perpisahan
78
!PENGUMUMAN!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!