5. Blue

"Hey Ar, nongkrong yuk." Ajak Taufan setelah mengambil tas nya di kelas. Ia bersandar di dekat jendela, membiarkan rambut nya tertiup angin sambil menunggu sahabat nya itu.

"Hm... Di mana?"

"Di rumah mu."

Perempatan imajiner langsung muncul di dahi Arga saat itu juga. " Kau pikir rumah ku cafe apa?"

Taufan tersenyum sambil menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal. "Habisnya... Ibu mu sering membuatkan kue dan puding yang enak. Sama seperti buatan ibu ku dulu."

"Tak ada kue di rumah ku. Orang tua ku sedang keluar kota, mungkin baru balik 2 minggu lagi. Aku di rumah cuma berdua dengan kakak ku." Ujar Arga dan berjalan keluar mendahului Taufan.

Taufan mendengus kecewa. Tangan nya ia masukkan ke dalam saku jaket nya dan melangkah mengikuti Arga. "Jika begitu aku ingin bertemu Ciko dan blue."

"Jadi kau cuma mau bermain dengan kucing dan gitar ku?"

" Haha tepat sekali! Lagian aku males pulang ke rumah. Sendirian itu membosankan."

Mulai dari keluar kelas sampai ke halaman di lantai satu, Taufan tidak henti henti nya mengoceh tentang hal hal yang bagi nya menarik. Mulai dari Arga yang terlalu mengkhawatirkan nya, cuaca, bahkan semut yang berjalan di dinding pun ia oceh kan. Sepertinya Arga salah mengkhawatirkan orang yang selalu memasang image ceria itu. Walau sikapnya yang hyperactive dan kadang kekanak kanakan cukup menguji kesabaran nya.

"Arga!" Dari kejauhan, terdengar seorang gadis memanggil nama pemuda berkaca mata itu, membuat nya menoleh dan berhenti melangkah.

"Ini, aku mau balikin-" Belum selesai Yasha berkata, pandangan nya beralih pada pemuda ber iris biru di samping Arga. "Taufan kau sudah sembuh? Harusnya kau istirahat dulu! Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kalo sakit lagi gimana?"

Taufan sedikit terkekeh mendengar itu. "Aku baik baik saja kok! Aku kan kuat." Ujar Taufan sambil sedikit bergaya.

"Dia bolos hampir di semua mata pelajaran, artinya dia dah sehat." Desis Arga yang merasa di abaikan. Sungguh, Arga merasa seperti nyamuk sekarang.

Beberapa detik berlalu dengan hening, sampai sebuah sikutan maut mendarat tepat di ulu hati Arga.

"Anj-" Pekik nya, berusaha untuk tidak menggampar Taufan saat itu juga.

Sedangkan Yasha hanya menatap datar melihat tingkah dua sejoli yang lebih seperti kucing dan tikus mencoba akur itu.

"Aku mau mengembalikan buku catatan yang ku pinjam. Catatan mu lengkap juga dan mudah di pahami. Makasih ya." Ujar Yasha sambil menyerahkan buku catatan dengan sampul berwarna ungu pada Arga. "Sekali lagi terimakasih. Aku masih ada urusan di ruang OSIS, sampai jumpa lagi!" Lanjut Yasha sebelum gadis itu berlari menuju ruang OSIS.

"....."

Bletak!

"Aduh!! Bisa kau berhenti memukul ku tiba tiba? Kalo aku mati karena di aniaya ?!" Pekik Taufan sambil mengelus kepala nya yang di pukul.

"Kau gak bakal mati secepat ini juga. Kalo kau mati sekarang, nih novel juga bakal tamat. Dan nanti author nya pasti bakal di hajar readers karena lo mati konyol." Jawab Arga.

"Jadi aku harus mati tragis dulu gituh biar reader puas?"

Mengabaikan pertanyaan Taufan seperti angin yang lewat begitu saja, ia terus berjalan di depan.

"Oi!"

"Lupakan itu, gimana bisa kamu kenal Yasha?" Tanya Arga menatap Taufan serius.

"Baru kemarin sih... Waktu aku sadar, dia dah ada di sebelah ku aja. Yasha juga yang mengantar ku pulang. Dah cantik, baik pula, pake ngerawat segala. Kapan ya, terakhir kalo aku di perhatiin gitu?"

"Dasar kau ini. Makanya punya pacar biar ada yang perhatiin!" Ujar Arga.

"Ye... Kau sendiri juga jomblo." Balas Taufan.

"Walau aku tau aku populer, tapi jarang ada yang mau dekat dengan ku. Kalau ada pun, setelah tau kebenaran nya pasti langsung pergi sambil mencibir." Kalimat yang terlontar dadi bibir sahabat nya itu cukup menusuk bagi Taufan.

"Belum tentu Yasha juga gitu kan." Taufan menjeda ucapan nya. "Yasha itu baik, manis, kalo aku dengan nya, dia mau gak ya?"

Arga menaikkan sebelah alis nya. " Kau suka dengan nya?"

Senyuman kecil terbentuk, namun Taufan langsung menyembunyikan nya dan mempercepat langkahnya di depan Arga. "Entahlah."

"Jangan cuma menilai dari luarnya. Kau tidak tau banyak tentang nya. Dia itu populer, bintang sekolah. Kalo di bandingin dengan mu yang tukang bolos, langganan guru BK, jauh kali."

Seakan panah tak kasat mata menembus dada nya setelah mendengar itu dari sahabat nya sendiri.

"Kau ini. Bukannya mendoakan malah mengatai. Kau itu teman ku atau teman ku sih?" Taufan menggembungkan pipi nya sambil melipat tangan nya di depan dada. "Tapi ada benarnya sih... Mungkin memang bukan jodoh. Tapi siapa tau kan?"

"Ya... Siapa tau dia bisa ngelepasin status jones mu."

"Kau memang teman terkampret ku Ar."

*******

Sore itu langit sepenuhnya biru. Suhu udara terasa lebih dingin walau awan tak menghalangi cahaya matahari untuk sampai ke bumi. Terhitung dua blok rumah Arga dari halte bus tempat mereka turun. Sesekali gelak tawa mengisi obrolan di antara mereka.

Sesampainya di rumah Arga, seekor kucing berbulu abu abu menyambut mereka begitu pintu rumah di buka.

"Hai Ciko! Lama tak berjumpa... Kau jadi makin gendut aja deh!" Ucap Taufan sambil mengelus dan sedikit menggelitik leher makhluk berbulu itu. Senyuman simpul tercetak di wajah Arga, mengingat Ciko gak biasanya mudah akrab dengan orang lain. Tapi jika dengan makhluk hyperactive yang selalu mengumbar senyum itu, sepertinya wajar saja.

"Kau langsung ke kamar ku saja, aku mau buat minuman dulu." Ujar Arga. Dengan cepat Taufan mengangguk.

"Jangan cuma minuman, camilan juga."

Perempatan imajiner muncul di dahi Arga. "Kau kesini mau main atau numpang makan sih? "

Taufan terkekeh. "Kalo perlu seisi kulkas mu ku bawa balik."

"Dih!"

Pemilik marga Ravael itu hanya tertawa renyah. Ia memang suka menggoda sahabat nya itu. Bahkan sampai tak terhitung berapa kita kan yang ia dapat sejak kenal dengan Arga, dirinya tak akan pernah kapok.

Sambil menggendong Ciko, Taufan melangkahkan kaki nya menaiki tangga menuju kamar Arga di lantai dua. Jauh berbeda dengan kamar nya yang seperti kapal pecah, kamar Arga begitu tersusun rapi. Buku buku yang tertata rapi di rak nya, beberapa foto dan lukisan di dinding, dan yang menarik perhatian nya, sebuah gitar berwarna biru hitam di sisi meja belajar Arga.

Dengan segera Taufan mengambil gitar itu. Matanya terpejam, hembusan nafas berat ia lepaskan. Tangan nya mulai memetik senar gitar, memainkan nada yang indah.

Jreng..

Tanpa sadar mata nya sedikit memanas. Ia teringat terakhir kali dirinya dengan saudara saudara nya mendengarkan sang ayah yang memainkan gitar dengan merdu sambil bernyanyi.

Itu juga alasan Taufan menyukai gitar milik sahabat nya itu. Walau kenangan itu tidak bisa ia rasakan lagi, tapi setidaknya ia masih bisa terus mengingat nya.

Jreng..

"Ukh..." Tangan nya berhenti bermain saat secara tiba tiba nyeri kembali terasa di dada nya. Secara perlahan Taufan mencoba untuk mengontrol nafas nya agar lebih teratur.

'Kenapa di saat seperti ini...'

"Fan?"

Mendengar Arga memanggil nama nya, dengan cepat Taufan mencoba untuk menyembunyikan sakit nya, memasang kembali topeng tersenyum untuk menutupi sakit nya. Tentu, ia tak ingin membuat sahabat nya itu khawatir.

TBC

Terpopuler

Comments

diliat doang kagak di baca

diliat doang kagak di baca

lidah arga sungguh fasih ya

2023-07-04

0

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

Ternyata karena alasan itu, wajar saja sih ia sendiri juga sempat merasa rindu pada sosok yang sudah melahirkannya itu tewas dengan ayah saat kebakaran terjadi.

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Benar sekali, itu hanya akan membuat kita jenuh. Belum lagi ekspresi yang tidak bersahabat dari saudaranya itu, benar - hebat membuat suasana hatinya makin kacau saja.

2023-04-21

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Sakit
3 2. Yasha
4 3. Menyembunyikan
5 4. kau tidak sendirian
6 5. Blue
7 6. Musik
8 7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9 8. Keberuntungan
10 9. Panti Asuhan
11 10. Bunga Dan Musik
12 11. Veitch!
13 12. Batas
14 13. Pelarian
15 14. Gadis Dalam Kabut
16 15. Kehangatan Dalam Api
17 16. Kehilangan
18 17. Beradu Dengan Sakit
19 18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20 19. Kenangan
21 20. Preman
22 21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23 22. Di malam itu
24 23. Kepergian si keping salju
25 24. Putus Asa
26 25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27 26. Daijoubu
28 27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29 28. Tak bisa memaafkan
30 29. Tak Akan Bisa
31 30. Hati Yang Keras
32 31. Sakit Hati
33 32. Perayaan kecil
34 33. Pilihan
35 34. Tak Membedakan
36 35. Setitik harapan
37 36. Membangunkan
38 37. Perpustakaan
39 38. Ancaman
40 39. Fakta yang terbongkar
41 40. Mengorbankan
42 41. Perjuangan
43 42. Perjuangan (part 2)
44 43. Perjuangan (part 3)
45 44. Pertolongan
46 45. Penyesalan
47 46. Memilih untuk tetap bertahan
48 47. Rapuhnya
49 48. Emosi
50 49. Harapan yang di berikan
51 50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52 51. Melepas rindu
53 52. Emosi yang tak tertahan
54 53. Rapuhnya
55 54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56 55. Guna Nya Seorang Teman
57 56. Janji Untuk Terus Bersama
58 57. Ethan
59 58. Sesal Yang Di Rasa
60 59. Suatu Kebetulan
61 60. Bertaruh Dengan Waktu
62 61. Kembali
63 62. Terimakasih
64 63. Menjenguk
65 64. Drama
66 65. Demi kebaikan
67 66. Sedikit Permainan
68 67. Makna keberadaan
69 68. Bagimu, aku ini apa?
70 69. Bertemu Denganmu
71 70. Bertemu Denganmu (part 2)
72 71. Rumah!
73 72. Rumah! (part 2)
74 73. Perayaan
75 74. Kisah dari pertengkaran
76 75. Apa tersampaikan?
77 76. EPILOG: Perpisahan
78 !PENGUMUMAN!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
1. Sakit
3
2. Yasha
4
3. Menyembunyikan
5
4. kau tidak sendirian
6
5. Blue
7
6. Musik
8
7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9
8. Keberuntungan
10
9. Panti Asuhan
11
10. Bunga Dan Musik
12
11. Veitch!
13
12. Batas
14
13. Pelarian
15
14. Gadis Dalam Kabut
16
15. Kehangatan Dalam Api
17
16. Kehilangan
18
17. Beradu Dengan Sakit
19
18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20
19. Kenangan
21
20. Preman
22
21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23
22. Di malam itu
24
23. Kepergian si keping salju
25
24. Putus Asa
26
25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27
26. Daijoubu
28
27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29
28. Tak bisa memaafkan
30
29. Tak Akan Bisa
31
30. Hati Yang Keras
32
31. Sakit Hati
33
32. Perayaan kecil
34
33. Pilihan
35
34. Tak Membedakan
36
35. Setitik harapan
37
36. Membangunkan
38
37. Perpustakaan
39
38. Ancaman
40
39. Fakta yang terbongkar
41
40. Mengorbankan
42
41. Perjuangan
43
42. Perjuangan (part 2)
44
43. Perjuangan (part 3)
45
44. Pertolongan
46
45. Penyesalan
47
46. Memilih untuk tetap bertahan
48
47. Rapuhnya
49
48. Emosi
50
49. Harapan yang di berikan
51
50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52
51. Melepas rindu
53
52. Emosi yang tak tertahan
54
53. Rapuhnya
55
54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56
55. Guna Nya Seorang Teman
57
56. Janji Untuk Terus Bersama
58
57. Ethan
59
58. Sesal Yang Di Rasa
60
59. Suatu Kebetulan
61
60. Bertaruh Dengan Waktu
62
61. Kembali
63
62. Terimakasih
64
63. Menjenguk
65
64. Drama
66
65. Demi kebaikan
67
66. Sedikit Permainan
68
67. Makna keberadaan
69
68. Bagimu, aku ini apa?
70
69. Bertemu Denganmu
71
70. Bertemu Denganmu (part 2)
72
71. Rumah!
73
72. Rumah! (part 2)
74
73. Perayaan
75
74. Kisah dari pertengkaran
76
75. Apa tersampaikan?
77
76. EPILOG: Perpisahan
78
!PENGUMUMAN!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!