Aku selalu berfikir hidupku sudah cukup, karena semua yang menyenangkan sudah berlalu. Waktu tak akan bisa berputar kembali dan aku tak akan bisa kembali ke masa lalu.
Bisa melakukan apapun yang ku suka, tak ada status yang harus di jaga, bahkan peraturan sudah tidak ada artinya lagi bagiku. Aku bahkan tak peduli lagi apa waktu masih berjalan atau sudah berhenti.
Aku mengatakan itu bukan karena aku takut mati, aku hanya takut hidupku tidak cukup untuk merasakan nya lagi. Memang tidak ada yang tau bagaimana takdir akan membawaku nanti nya.
Asal tak menyusahkan orang orang di sekitar ku, dan bisa terus tersenyum walau itu menyakitkan, aku gak masalah harus hidup seperti ini. Mati sekarang pun aku tak masalah. Ya, aku sering berpikiran begitu.
Menyedihkan bukan?
Di bawah langit biru, di balik bayangan gedung, seorang pemuda berbaring dengan tenang, menikmati kesunyian dan hembusan angin yang menyejukkan dirinya. Mata nya terpejam, membawa nya ke dalam alam mimpi yang setidaknya bisa menenangkan sejenak pikiran nya.
"Rupanya kau di sini. Sudah ku cari ke mana mana." Suara laki laki yang muncul tiba tiba membuat Taufan membuka mata nya, memperlihatkan warna iris mata yang senada dengan langit biru di atas sana.
"Kau mau mengomeli ku?" Masih khas dengan wajah bangun tidur nya, Taufan memandang pemuda berkacamata itu dengan tatapan datar.
"Tadi nya gitu, cuma sekarang aku mau bolos bersama mu saja." Arga mendudukkan dirinya di sebelah Taufan sambil mengulurkan sebungkus camilan pada pemuda itu.
Taufan yang mendengar nya menaikkan sebelah alis nya. "Kau sakit Ar?" Tanya Taufan tak percaya. Bagaikan tidak? Tan nya yang tergolong manusia rajin dan pintar itu ikut membolos bersama nya? Apa Arga salah makan?
"Kau yang sakit! Bagaimana bisa kau pingsan di lapangan dan sampai sempat sesak nafas gitu?" Sembur Arga saat itu juga. Sungguh, saat mengetahui sahabat nya pingsan di lapangan, ia tak bisa menutupi rasa khawatir nya.
"Huh. Kau juga yang memaksaku ikut olahraga."
"Kalo dari awal kau bilang tidak enak badan, aku tak akan maksa mu."
"Lupakan, aku malas berdebat dengan mu." Taufan mengambil camilan yang di bawa Arga dan langsung memakan nya, mengabaikan pemuda berkacamata itu yang menatapnya seolah berkata 'kesambet apa nih anak sampe gak mau debat?'
"Kau berantem sama kakak mu lagi?" Tebak Arga. Karena biasanya jika sikap Taufan seperti ini, pasti ada masalah dalam keluarga nya, atau ia yang baru saja berantem dengan kakak nya.
Helaan nafas berat terdengar dari pemuda bermanik biru itu. Mata nya menerawang jauh ke langit biru di atas sana.
"Apa aku salah kalo aku juga hidup di sini?"
Arga mengerenyitkan dahi nya, menunggu kelanjutan kalimat dari pemuda itu.
"Selama ini aku selalu mencari cari hal yang benar dalam hidup ku. Tapi setelah ku pikirkan, hanya ada kesalahan di sana." Taufan duduk memeluk kakinya sendiri.
"Apa kalo aku mati, aku bisa menghapus semua kesalahan itu?"
Sebuah tatapan tajam langsung di berikan Arga saat itu juga. "Kau pikir kematian lebih baik daripada hidup mu sekarang hah?"
"Aku pikir 'ya!' karena untuk apa lagi hidup jika bahkan sudah dianggap tidak ada oleh keluarga ku sendiri. Jadi lebih baik aku benar-benar pergi bukan? Dengan begitu aku tak akan menjadi beban mereka lagi."
Arga kalap, emosinya meluap begitu saja saat mendengar ucapan Taufan. Tangan nya mengepal kuat dan langsung menarik kerah baju seragam Taufan.
"Apa hidup saja masih belum cukup untuk mu? Kenapa kau masih pusing memikirkan itu?! Kalau tidak ada orang yang bisa menjadi alasan mu untuk hidup, setidaknya tetap hidup untuk dirimu sendiri!"
"...."
Iris di balik lensa kacamata itu melunak saat bertatapan dengan Iris biru yang terlihat kosong. Tangan nya melemas melepaskan kerah seragam sahabatnya itu. "Satu hal yang perlu kau ingat. Kau gak pernah sendiri. Hanya kau yang berpikiran 'merasa sendiri'. Coba untuk buka mata mu dan lihat orang orang di sekitar mu. Hey, aku bakal selalu care dengan mu. Kalo ada masalah jangan ragu buat cerita. Sebaik mungkin, aku bakal coba bantu selesein kok. Aku gak bakal biarin hidup mu kesepian. Jadi jangan pernah berpikir kalau kau cuma hidup sendiri di sini!" Kalimat terakhir Arga ia lontarkan dengan penuh penekanan, lalu berniat pergi dari sana.
"Ughh..."
Belum sempat ia melangkahkan kaki nya, tiba tiba Taufan mencengkram dada nya kuat. Tubuh nya tampak gemetar seakan menahan sakit.
"Hey kau kenapa Fan?"
Tidak ada respon. Sepertinya Taufan terlalu sibuk menahan rasa sakit dan sesak di dada nya yang seketika membuat Arga panik.
"Taufan kau kenapa?!"
"Khaaa... Haaahh.... Haha.. Hahahaha! BA! KENA TIPU!"
"...."
Krik krik...
"Bwahahahaha!! Lihat ekspresi mu! Andai saja aku bawa HP ku, ku foto bagus tuh!" Tawa Taufan pecah saat melihat ekspresi Arga yang masih bengong seperti orang bodoh.
BUG!
"WOY SAKIT!!"
Duk!
"Hey!"
"Sialan! Aku benar benar mencemaskan mu! Dasar menyebalkan!" Sembur Arga.
"Maaf maaf... Habisnya ekspresi mu benar-benar lucu tadi! Hahaha!"
"Terserah." Rajuk Arga yang muak dengan candaan Taufan. Sungguh, bagi Arga itu benar-benar tidak lucu!
"Tapi terimakasih." Tawa Taufan langsung berbeda saat itu. Senyuman sendu ia berikan. "Karena dah mau care dengan ku. Kukira dah gak ada lagi yang peduli."
Arga ikut tersenyum. "Sebenarnya aku juga bingung gimana bisa punya teman 'agak gila' kaya kamu."
"Dih jahat. Masa aku yang ganteng ini di bilang 'agak gila' menyebalkan!"
"Ih memang benar tau."
"Hahaha jangan gitu, kalo aku gak ada kamu juga bakal kangen kan?"
Arga mendengus kesal. Tapi dalam hati ia bersyukur memiliki teman seperti Taufan, yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa dengan segala tingkah nya itu.
Terkadang orang yang tak memiliki hubungan darah justru lebih bisa memahami daripada orang yang terikat tali merah dengan nya. Ia bersyukur, setidaknya bisa membantu sedikit mengurangi beban dan luka yang sahabat nya itu tanggung walau tidak benar-benar melenyapkan nya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani
Ini lah kata - kata yang mencerminkan insan yang merasa dunia hanyalah terasa seperti tidak ada hal yang menarik lagi, kosong tanpa adanya tujuan.
2023-04-21
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira
Kamu harus kuat Taufan, kamu gak boleh menyerah begitu aja. Semoga saja suatu hari nanti saudaramu bisa mengerti, andai meraka yang di posisimu mungkin mereka akan jauh lebih tersiksa karena tak bisa menahan diri. Percayalah kamu itu kuat dan istimewa
2023-04-21
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari
Takdir memang menjadi rahasia setiap makhluk yang masih bernapas di muka bumi ini, tak ada yang mampu mengindari garis takdir tanpa seizin-Nya.
2023-04-21
1