9. Panti Asuhan

Matahari bersinar cerah sudah hampir mencapai puncak singgasana nya di atas sana. Taufan keluar dari cafe itu dengan wajah berseri.

"Aku harus cepat cepat kasih tau Arga tentang ini!" Taufan hendak langsung menelfon Arga, namun ia langsung membatalkan niat nya. "Eh, tapi kan aku tadi bilang kalo aku sakit. Kalo ketahuan keluyuran gini jelas bakal marah tuh orang. Besok aja lah ku kasih tau." Gumam nya kemudian.

Taufan memandang layar handphone nya yang menunjukkan pukul 11.48. "Masih jam segini. Apa aku pulang aja ya?"

Taufan mengedarkan pandangan nya ke sekitar. Tidak begitu banyak orang yang berjalan jalan di taman itu. Ah, ya. Sekarang hari rabu. Jika ada pun, tidak akan sebanyak hari libur, dan pasti akan lebih memilih mencari tempat yang nyaman untuk berteduh dari sinar matahari terik yang membakar kulit.

"Hei!!"

Lantas Taufan terlonjak kaget saat secara tiba tiba ada orang yang menepuk bahu nya. Beruntung Taufan tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Di lihatnya seorang pemuda seusia nya dengan iris jingga mengenakan jaket berwarna jingga hitam dan membawa sebuah gitar di punggung nya. Dilihat lihat anak ini bukan dari sekolah nya dan Taufan belum pernah melihat nya sebelumnya.

"Kau yang menyanyi di cafe tadi kan?" Tanya pemuda itu dengan pandangan penuh tanya tanya. " Kenalin, namaku Leon."

"A-aku Taufan." Jawab nya kikuk sambil menjabat tangan Orang yang baru di kenal nya itu.

"Permainan gitar mu tadi benar benar keren!! Aku terkejut kau bisa memainkan gitar 12 senar tanpa membuat suara fals. Suara mu juga tak kalah bagus. " Puji Leon.

"Eum.. Kau harus lebih menekan senarnya agar suaranya tidak sumbang. Eh bentar! Kau tau musik?" Tanya Taufan sedikit terkejut.

Leon tersenyum lebar. "Tentu saja! Aku seorang bassis!" Ujar Leon sambil menunjukkan gitar di punggung nya. "Eh bentar, apa gitar mu juga 12 senar?" Menunjuk gitar yang Taufan bawa.

"Tidak, hanya gitar akustik biasa."

Begitulah laki laki. Mereka dengan mudah saling mengenal dan akrab hanya dalam hitungan menit. Ditambah dengan sikap Leon yang juga hyperactive dan sangat bersemangat ditambah dengan sikap Taufan yang 11-12 jadi tentu tidak butuh waktu lama untuk mereka menjadi teman.

Sambil duduk bersila di atas rerumputan taman, di bawah pohon yang diundang, kedua pemuda itu berbincang asik tentang musik sampai akhirnya Leon memberikan tawaran yang sepertinya tidak bisa Taufan tolak.

"Hey, kau mau kolaborasi dengan ku?" Tanya Leon dengan tatapan mata seakan menantang.

"Kolaborasi?" Alis Taufan terangkat.

Leon mengangguk. "Aku tau skill permainan gitar mu tidak bisa di ragukan lagi." Ujar nya dan mengeluarkan gitar milik nya.

"Boleh juga." Taufan tersenyum lebar.

Alunan musik terdengar, denting tangan yang memetik senar gitar dipadukan dengan lagu yang mereka nyanyikan menarik perhatian beberapa orang di sekitar tempat itu.

Dengan lihai Taufan memainkan gitar nya, tak kalah dengan Leon yang juga terlihat semakin bersemangat.

Waktu terus berjalan, tanpa mereka sadari matahari kini sudah semakin turun, langit biru pun mulai di padukan dengan semburat jingga di sana.

Cahaya kekuningan menerpa kedua pemuda yang masih berbincang di bawah pohon sambil meminum softdrink.

"Fuuh tadi kau benar benar keren. Permainan mu bahkan lebih bagus dari yang ku bayangkan." Puji Leon.

"Permainan mu juga tak kalah bagus! Bagaimana jika lain kali kita kolab lagi?" Tawar Taufan yang tentu saja langsung di tanggapi anggukan semangat dari sang pemilik netra jingga itu.

"Tentu!" Namun ekspresi Leon seketika berubah ia memandang jam tangan berwarna hitam yang ia kenakan.

Taufan yang menyadari perubahan itu mengerenyitkan dahi nya. "Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Taufan.

Leon menggeleng. "Um... Kau mau datang ke rumah ku? Kebetulan rumah ku tak jauh dari sini."

Taufan tampan sedikit ragu. "Apa tidak apa apa?"

"Tentu saja! Rumah ku terbuka untuk semua orang!"

Taufan mengangguk setuju. Keduanya bangkit dan beranjak dari tempat itu. Mereka berjalan melewati beberapa pertokoan, beberapa gang sempit dan mereka sampai hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.

Di waktu yang sama, Taufan di buat tercengang dengan tempat yang mereka tuju. "Leon, kau... Tinggal di sini?"

Bagaimana tidak terkejut jika tempat yang mereka tuju itu adalah panti asuhan.

Tanpa menunjukkan rasa malu, canggung atau sedih, tapi malah sebuah cengiran seakan dia bangga tinggal di sana.

"Aku pulang!!"

"...."

Drap... Drap... Drap...

"Kak Leon!!!!"

Bruk!

Secara tiba tiba seorang anak lelaki berumur sekitar 8 atau 9 tahun berlari ke arah nya dan langsung memeluk nya dengan erat begitu saja.

Tak lama, anak anak lain ikut menghampiri nya dengan senyum ceria di wajah mereka.

"Hey yo! Aru kau tidak tidur siang?" Tanya Leon pada Aru, anak yang memeluknya tadi.

"Dia menunggu mu dari tadi. " Ujar seorang wanita yang baru datang.

Mendengar itu, Aru hanya menunjukkan senyuman lebar nya pada Leon.

"Kakak, dia siapa?"

"Apa dia teman kakak?"

"Dia bawa gitar juga!"

"Kakak kakak, mainin gitar nya dong!

" Hey hey, jangan mengganggu nya, cepat kalian masuk ke kamar kalian dulu, kerjakan PR dan Leon, ajak teman mu masuk." Titah wanita itu. Leon memasang posisi hormat pada wanita itu.

Leon terkekeh melihat itu. "Maaf di sini cukup ramai. Dan kenalkan, itu ibu panti asuhan yang menjaga ku sejak kecil.'

'Sejak kecil?'

" Ah, kenalkan, nama ku Taufan."

Wanita itu tersenyum. "Kau bisa memanggilku Aisyah." Ujar wanita itu tersenyum lembut. Bahkan dari senyuman nya saja dapat terlihat jika wanita itu penuh dengan kasih sayang. "Jika begitu, saya masuk dulu. Anggap saja seperti rumah sendiri." Ujar Aisyah. Taufan hanya tersenyum sambil mengangguk.

Ruang tamu yang tak begitu luas tapi terkesan cukup nyaman. Terlihat beberapa anak mengintip dengan malu malu.

"Ku tinggal bentar ya, mau nidurin Aru dulu." Ujar Leon yang sambil menggendong Aru yang terlihat mulai mengantuk.

Taufan hanya menganggukkan kepala nya. Ia masih tak percaya dengan tempat yang di kunjungi nya. Semua anak di tempat ini yatim piatu? Bahkan mereka masih terlalu kecil dan polos.

Taufan langsung menoleh ketika seorang anak tiba tiba menarik baju nya. Anak seumuran Aru dengan iris mata berwarna biru muda menatap nya polos. Mata bulat nya dipadukan dengan rambut hitam anak itu membuat nya terlihat begitu menggemaskan.

"Kakak bisa main gitar?" Tanya anak itu sambil menunjuk gitar yang Taufan bawa.

"Tentu. Aku Taufan, siapa nama mu?" Tanya Taufan pada anak itu.

"Hika. Kakak, boleh aku di ajari main gitar?"

"Tentu saja, mari duduklah." Sambil mengangkat Hika ke sofa di sebelah nya, Taufan mulai mengajari teknik bermain gitar pada anak itu.

"Nah, kita mulai dari kunci A." Ucap Taufan sambil mengarahkan jari anak itu.

"Lah, kalo itu sih aku tau. Kak Leon juga mengajarkan itu dulu." Ucap Hika sambil memasang mimik songong. Ia melanjutkan. "Kukira kak Taufan lebih jago dari kak Leon, tapi ternyata sama saja."

JLEB...

'Sama saja'

'Sama saja'

'Sama saja'

Sepertinya baru saja ada tombak yang menohok hatinya bersamaan dengan burung gagak yang lewat dan mengulang kata kata itu di kepala nya.

Taufan hanya bisa terdiam sambil menangis batin karena kata kata anak kecil itu tidak ada unsur kebohongan.

"Hika jangan main main dengan gitar kak Taufan!" Ucap Aisyah yang baru keluar dari dapur sambil membawa beberapa camilan.

"Enggak apa apa kok tante. Aku juga lagi ngajarin dia main gitar" Ucap Taufan.

"Iya, tapi ternyata sama seperti yang diajarkan kak Leon. Standar." Ujar Hika sambil tersenyum.

JLEB (2)

'Standar.'

'Standar..'

'Standar...'

Apa pengetahuan nya tentang musik begitu rendah?

Seperti apa musik di pandangan anak itu?

"Stt, Hika! Jangan berkata seperti itu. Cepat minta maaf." Tak menghiraukan ucapan Aisyah, anak itu justru menjulurkan lidah nya sambil tersenyum.

"Maafkan Hika ya, Taufan."

"Tidak apa apa kok tante. Namanya juga anak kecil. Aku juga harus belajar lagi." Kata nya meski dalam hati ia terus merapalkan kata kata yang menguatkan hati nya.

"Nah, silahkan mencicipi cookies buatan bunda sendiri loo..."

Baru saja Taufan hendak mencicipi cookies itu, beberapa anak tampak hendak menyerobot nya lebih dulu, membuat drama antara ibu dan anak yang membuat Taufan tertawa kecil.

Rasanya seperti bernostalgia. Saat ia masih kecil dan ibu nya yang baru saja memanggang cookies, ia langsung mencoba mengambilnya walau selalu berhasil di cegah.

Ia berani bertaruh masa kecil nya jauh lebih bandel daripada itu sampai Hali, kakak nya di buat terus terpancing emosi dengan segala tingkah nya saat itu. Semua memori itu membuat hati Taufan sedikit terenyuh.

Hanya hal kecil yang mengundang senyum dan keceriaan di wajah polos anak anak itu.

"Maaf ya nak Taufan. Jadi merepotkan. Yah, maklum lah, mereka tumbuh di tempat yang sederhana seperti ini."

"Tidak apa apa, meski sederhana, mereka akan tumbuh menjadi anak anak yang hebat dengan kasih sayang yang Anda berikan. Meski hidup di gubuk yang reot sekalipun, aku yakin masih ada kehangatan selama ada kasih sayang di dalam nya."

Taufan mengatakan semua itu sebenarnya untuk dirinya sendiri. Pandangan nya kosong tanpa sadar. Senyuman yang ia tunjukkan hanya untuk menutupi hati nya yang menangis kala itu.

"Ah, kau benar. Kau bisa datang ke sini kapan pun. Tempat ini akan selalu terbuka untuk mu, lagipula anak anak di sini juga sepertinya menyukai mu." Tunjuk bunda Aisyah melihat respon anak anak itu.

"Ano... Aku mungkin tak pantas menanyakan hal ini tapi bagaimana bisa mereka tinggal di sini?" Ingatan jua sedikit berputar pada apa yang Leon katakan tadi. "Dan Leon juga?"

Ekspresi bunda Aisyah berubah kurung menunjukkan kesedihan.

"Ayah Leon orang yang suka mabuk mabukan, suatu hari mereka sempat cekcok dan karena suatu insiden, ibu Leon meninggal akibat terkena pecahan botol. Warga yang mendengar itu langsung melaporkan nya pada polisi. Ayah Leon di penjara dan sejak saat itu Leon tinggal di panti asuhan. Jika saja dia tidak ke sini, mungkin Leon pun akan ikut di bunuh. Saat itu Leon mengalami trauma berat, bahkan sampai tantrum saat bertemu orang lain. Suatu keajaiban dia bisa hyperactive seperti sekarang."

Bunda Aisyah tak menjelaskan detail, tapi Taufan tau jelas kronologi nya.Semoat terpikir dalam pikiran nya ia begitu beruntung memiliki keluarga yang saling menyayangi walau tak berlangsung lama.

Taufan menghela nafas frustasi. Ternyata hidup itu memang sulit, entah itu untuk nya atau orang lain, bantasnya ia bersyukur karena setiap tarikan nafas di tiap detik nya, walau masalah terus mengekor di belakang nya.

TBC

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

Nampaknya ia begitu mudah Care dengan orang lain, dan Taufan terlihat cukup mudah percaya dengan orang yang tipikel sepertinya.

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Hahaha gak hanya berasa copot jantungnya, tapi juga bisa pingsan saking terkejutnya. Ni orang yang nyala benar - benar gak ada selo - selonya sama sekali ya 😅

2023-04-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Udah jelas dong, apa lagi kalau pura - pura sakit. Alamat siap - siap kena pukulan ples ceramah yang cukup panjang dari teman, bukanya membuat diri jadi sadar malah makin pusing.

2023-04-21

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Sakit
3 2. Yasha
4 3. Menyembunyikan
5 4. kau tidak sendirian
6 5. Blue
7 6. Musik
8 7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9 8. Keberuntungan
10 9. Panti Asuhan
11 10. Bunga Dan Musik
12 11. Veitch!
13 12. Batas
14 13. Pelarian
15 14. Gadis Dalam Kabut
16 15. Kehangatan Dalam Api
17 16. Kehilangan
18 17. Beradu Dengan Sakit
19 18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20 19. Kenangan
21 20. Preman
22 21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23 22. Di malam itu
24 23. Kepergian si keping salju
25 24. Putus Asa
26 25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27 26. Daijoubu
28 27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29 28. Tak bisa memaafkan
30 29. Tak Akan Bisa
31 30. Hati Yang Keras
32 31. Sakit Hati
33 32. Perayaan kecil
34 33. Pilihan
35 34. Tak Membedakan
36 35. Setitik harapan
37 36. Membangunkan
38 37. Perpustakaan
39 38. Ancaman
40 39. Fakta yang terbongkar
41 40. Mengorbankan
42 41. Perjuangan
43 42. Perjuangan (part 2)
44 43. Perjuangan (part 3)
45 44. Pertolongan
46 45. Penyesalan
47 46. Memilih untuk tetap bertahan
48 47. Rapuhnya
49 48. Emosi
50 49. Harapan yang di berikan
51 50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52 51. Melepas rindu
53 52. Emosi yang tak tertahan
54 53. Rapuhnya
55 54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56 55. Guna Nya Seorang Teman
57 56. Janji Untuk Terus Bersama
58 57. Ethan
59 58. Sesal Yang Di Rasa
60 59. Suatu Kebetulan
61 60. Bertaruh Dengan Waktu
62 61. Kembali
63 62. Terimakasih
64 63. Menjenguk
65 64. Drama
66 65. Demi kebaikan
67 66. Sedikit Permainan
68 67. Makna keberadaan
69 68. Bagimu, aku ini apa?
70 69. Bertemu Denganmu
71 70. Bertemu Denganmu (part 2)
72 71. Rumah!
73 72. Rumah! (part 2)
74 73. Perayaan
75 74. Kisah dari pertengkaran
76 75. Apa tersampaikan?
77 76. EPILOG: Perpisahan
78 !PENGUMUMAN!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
1. Sakit
3
2. Yasha
4
3. Menyembunyikan
5
4. kau tidak sendirian
6
5. Blue
7
6. Musik
8
7. Sakit Yang Di Sembunyikan
9
8. Keberuntungan
10
9. Panti Asuhan
11
10. Bunga Dan Musik
12
11. Veitch!
13
12. Batas
14
13. Pelarian
15
14. Gadis Dalam Kabut
16
15. Kehangatan Dalam Api
17
16. Kehilangan
18
17. Beradu Dengan Sakit
19
18. Benarkah aku hanya menganggapnya beban?
20
19. Kenangan
21
20. Preman
22
21. 'Apa aku benar-benar membenci nya?'
23
22. Di malam itu
24
23. Kepergian si keping salju
25
24. Putus Asa
26
25. Rapuhnya Sang Pengumbar Tawa
27
26. Daijoubu
28
27. Bertahan Untuk Orang Orang Yang Ku Sayang
29
28. Tak bisa memaafkan
30
29. Tak Akan Bisa
31
30. Hati Yang Keras
32
31. Sakit Hati
33
32. Perayaan kecil
34
33. Pilihan
35
34. Tak Membedakan
36
35. Setitik harapan
37
36. Membangunkan
38
37. Perpustakaan
39
38. Ancaman
40
39. Fakta yang terbongkar
41
40. Mengorbankan
42
41. Perjuangan
43
42. Perjuangan (part 2)
44
43. Perjuangan (part 3)
45
44. Pertolongan
46
45. Penyesalan
47
46. Memilih untuk tetap bertahan
48
47. Rapuhnya
49
48. Emosi
50
49. Harapan yang di berikan
51
50. Rindu dan alasan untuk bertahan
52
51. Melepas rindu
53
52. Emosi yang tak tertahan
54
53. Rapuhnya
55
54. Perginya Sang Pengumbar Tawa
56
55. Guna Nya Seorang Teman
57
56. Janji Untuk Terus Bersama
58
57. Ethan
59
58. Sesal Yang Di Rasa
60
59. Suatu Kebetulan
61
60. Bertaruh Dengan Waktu
62
61. Kembali
63
62. Terimakasih
64
63. Menjenguk
65
64. Drama
66
65. Demi kebaikan
67
66. Sedikit Permainan
68
67. Makna keberadaan
69
68. Bagimu, aku ini apa?
70
69. Bertemu Denganmu
71
70. Bertemu Denganmu (part 2)
72
71. Rumah!
73
72. Rumah! (part 2)
74
73. Perayaan
75
74. Kisah dari pertengkaran
76
75. Apa tersampaikan?
77
76. EPILOG: Perpisahan
78
!PENGUMUMAN!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!