"K-kau baik baik saja?" Tanya Taufan. Tangan nya menyentuh tubuh gadis itu, yang membuatnya terkejut sekaligus semakin panik saat itu juga.
Dingin...
Perempuan itu nampak masih muda, mungkin seumuran dengannya. Pakaian yang dikenakannya setengah basah, tubuhnya dingin, bibirnya pucat dan nampak kesulitan bernafas. Satu hal yang terbesit di kepala Taufan. Perempuan itu terserang hipotermia.
Dengan cepat ia melepas jaket dan mengeluarkan selimut dari tasnya untuk membalut tubuh lemah gadis itu. Taufan mengumpat kecil bahwa usahanya belum cukup, Suhu sekitarnya masih terlalu dingin. ia harus mencari bantuan.
Entah ini beruntung atau hanya sebuah kebetulan, serombongan pendaki tampak dari kejauhan juga mengambil jalur yang sama. Taufan berseru memanggil, mencoba menarik perhatian mereka. Melihat kode yang diberikan Taufan, mereka bergegas menghampirinya.
"Apa yang terjadi?" Tanya salah seorang pemuda dari rombongan itu.
"Bantu aku! Aku menemukan gadis ini pingsan, tubuh nya sangat dingin, sepertinya dia mengalami hipotermia." Ucap Taufan mencoba menjelaskan situasinya.
Pemuda yang bertanya tadi memeriksa keadaan gadis itu, "Kau benar! Tubuhnya semakin dingin. Kita harus segera membawanya ke pos pendakian untuk mendapatkan perawatan. Butuh sekitar 30 menit untuk sampai ke pos lima."
"Aku akan menggendongnya." Ujar Taufan cepat.
Sebenarnya pemuda pemuda beriris emerald itu tengah berpikir untuk berjalan lebih dahulu dan memanggil petugas yang sedang berjaga untuk membawa gadis itu, tapi terlalu lama. Bahkan mungkin ketika kembali, ia sudah tak bisa di selamatkan.
"Kau yakin?" Ia memandang Taufan sedikit ragu.
Pemuda ber iris biru itu mengangguk. " Tentu saja."
Setelah itu perjalanan terasa lebih berat bagi Taufan. Tubuh nya lelah, udara dingin menusuk kulit membuatnya menggigil, tapi ia terus paksa untuk bergerak. Bebatuan dan jalanan yang curam cukup mempersulit nya, tapi ada nyawa yang harus ia selamatkan kala itu. Ia harus bertahan.
*****
Di bangunan kecil yang sengaja dibangun di tanah tak bertuan, ia meringkuk di pojokan sambil memeluk lutut. Wajahnya terbenam diantara lengannya, menyembunyikan ekspresi. Mungkin ia tengah beristirahat atau mungkin merenung.
Tiba-tiba sebuah kain tebal melayang ke arahnya, mengejutkan pemuda yang nyaris terlelap itu.
"Jangan sampai kau juga terkena hipotermia." Ujar lelaki yang membantunya tadi sembari menyodorkan segelas coklat panas.
Taufan tersenyum tipis, "makasih."
Walau kali ini mereka duduk bersebelahan, namun tak ada yang bersuara. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hanya suara pepohonan yang tertiup angin, serta serangga yang membuat suasana tidak benar benar sunyi.
Sambil meniup uap panas dari permukaan coklat itu, Taufan akhirnya membuka obrolan, "Bagaimana keadaan gadis itu?"
"Masih belum sadar, tapi suhu tubuhnya mulai menghangat." Jawab pemuda itu.
"Syukurlah."
Taufan merasa canggung. Mungkin karena mereka baru saja bertemu? Walau biasanya pemuda hyperactive itu akan mudah akrab dengan orang baru, tapi tidak untuk kali ini. Suasana nya berbeda, pikiran nya kacau yang membuat nya tidak bisa tenang.
"Kau sendirian?" tanya pemuda itu mengubah topik pembicaraan.
Taufan mengangguk singkat, "iya, aku sudah terbiasa naik gunung sendiri."
"Heee? Benarkah? Kau tidak takut tersesat? Tidak takut ketemu hantu atau binatang buas?" Balas pemuda itu dengan serentetan pertanyaan.
"Tidak juga, dan entah bagaimana caranya aku selalu bisa menemukan jalan pulang meski tersesat. Mungkin itu yang disebut keberuntungan. Selain itu, aku belum pernah bertemu hantu di gunung" Balas Taufan terkekeh kecil.
Pandangan pemuda itu merendah, "Kau ini hebat ya? Meskipun sendiri, kau tetap menolong orang lain meskipun itu merepotkan. Aku benar-benar kagum tadi saat kau memutuskan untuk menggedong gadis itu. Padahal jaraknya cukup jauh dari pos."
"Aku-" Taufan menggantungkan kalimatnya, memandang pantulan dirinya dalam gelas di genggamannya. "Kalau aku meninggalkan gadis itu di sana dengan keadaan seperti itu, rasanya seperti sama saja aku yang membunuhnya."
Selain itu, ia tak ingin melihat kematian lagi di hadapan nya.
Mereka memandang keluar jendela di mana cahaya matahari mulai terlihat dan mengusir kabut yang tadinya menyelimuti mereka.
"Mau bergabung dengan kelompokku?" tawar pemuda itu tiba-tiba.
Taufan langsung memandang dengan pandangan sulit diartikan, "Apa tidak apa-apa?"
"Tentu saja, daripada sendiri kan lebih seru kalo bareng-bareng. Capeknya jadi ngga bakal kerasa."
Taufan memasang pose berfikir, sepertinya bukan hal buruk juga bergabung dengannya. Toh juga bisa menambah teman kan? Pada akhirnya ia menerima tawaran orang itu.
Pemuda itu berdiri, menyiapkan peralatan untuk perjalanan nya selanjutnya, "Kita bakal langsung berangkat setelah gadis itu sadar. Oh ya, namaku Rehan."
"Namaku Taufan."
"Senang mengenalmu, Taufan." Rehan itu tersenyum cerah, menunjukan kepribadian yang supel dan ramah. Taufan yang melihat itu, ikut menunjukan senyuman khas dirinya.
"Rehan! Dia sudah sadar!" Seru seorang gadis bermata hazel memanggil dari ambang pintu. Dia salah satu teman Rehan yang ikut mendaki dan satu-satunya cewek di kelompok itu.
Mendengar nya, kedua pemuda itu langsung berdiri dan menghampiri sang gadis.
"Dia hanya hipotermia ringan. Hanya butuh istirahat sampai tubuhnya mampu menghangatkan dirinya sendiri, dia akan sehat kembali." Ujar petugas yang tengah berjaga usai memeriksa keadaannya.
Taufan bersimpuh di samping matras dimana gadis itu terbaring, tak mampu menyembunyikan ekspresi cemas.
"Dia orang yang sudah menyelamatkanmu." Rehan mendekati gadis itu, ikut menemani bersama Taufan.
Ia mencoba mendudukan diri, dan kembali memandang Taufan yang masih terdiam sambil mengelamkan wajah nya. "Menyelamatkanku? Tapi aku-" nafas gadis itu tercekat seolah teringat sesuatu.
Air mata tiba tiba mengalir dari balik kelopak mata gadis itu. Taufan yang melihat nya sedikit panik karena gadis itu menangis tiba tiba. Dia tidak kerasukan atau semacamnya bukan?
"H-hei, kau kenapa? Ada yang sakit?" Taufan panik ketika gadis itu memandangnya.
"Sepertinya dia trauma karena terpisah dengan rombongan nya. Biarkan para wanita yang menangani ini, kalian bisa keluar dulu.
Taufan yang sebenarnya ragu meninggalkannya akhirnya bangkit untuk memberi waktu padanya agar lebih tenang. Namun sebuah tangan menahannya untuk tidak menjauh, "Jangan pergi. Maaf, aku sudah tenang sekarang."
Taufan menghela nafas lega dan kembali duduk bersila disampingnya, "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyanya lembut.
Gadis itu menggeleng, Taufan sedikit menghela nafas. ia masih belum bisa memahami gadis itu sekarang.
"Siapa nama mu? Bagaimana bisa kau terpisah dengan rombongan mu?" Tanya Taufan dengan suara lembut.
"Stella. Namaku Stella. Aku terpisah karena-" Seakan mengingat sesuatu, ucapan Stella seketika berhenti. Hening beberapa saat sebelum akhirnya Stella menggelengkan kepala nya. "Bukan apa apa. "
Rehan menatap gadis itu curiga. Ia tau jelas masih ada yang Stella sembunyikan. Tapi sepertinya itu bukan waktu yang tepat untuk menanyakan nya.
"Baiklah, lebih baik kau istirahat dulu sekarang. Dan Taufan, jika begitu kami berangkat dulu. Aku takut kabut turun lagi nanti." Ujar Rehan.
Taufan mengangguk. "Baiklah, hati hati."
"Bawa aku bersama kalian! "
Mendengar ucapan itu, kedua pemuda itu menoleh. Dilihatnya wajah Stella yang seperti memohon.
"Tapi perhatikan juga kondisi mu jangan memaksakan diri" Ujar Taufan.
Gadis itu menggeleng. " Sungguh, aku baik baik saja.
Rehan menghela nafas. Ia ingin menolak nya, tapi ia juga tak tega meninggalkan gadis itu sendiri di sini.
"Baiklah, lebih baik kau bersiap dulu."
Stella mengangguk. Senyuman tercetak di wajah pucat nya.
"Kau yakin mengajak nya bersama kita di saat kondisinya seperti itu?" Tanya Taufan.
Rehan menoleh pada Taufan, menatap nya sekejap lalu kembali memandang keluar jendela.
"Kasihan juga kalo di tinggal di sini."
Taufan mengangguk mengerti. Ditambah dengan ekspresi dan apa yang gadis itu katakan tadi, sepertinya akan buruk meninggalkan nya sendiri di sini.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira
Nasibmu cukup beruntung dalam hal ini, tapi tidak untuk menyadarkan saudaraku agar lebih paham tentang kesalahan pahaman mereka saat ini.
2023-04-21
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari
Jiwa sosialisasi Taufan sangat tinggi, bahkan mau melawan sejuknya udara demi menyelamatkan gadis yang belum di kenalinya itu.
2023-04-21
1
AllKey😎
next~
2022-05-02
4