Fragmen 20 : Tolong Jangan Pergi
Bagaikan pengantin yang sedang mencari tempat untuk berbulan madu kami duduk berdampingan sambil mendengarkan penjelasan dari Mbak resepsionis.
Setelah menimbang dan memperhitungkan, akhirnya Kai memutuskan untuk memesan kamar yang cukup mewah walaupun bukan yang paling mahal. Harga sewanya lebih dari sepuluh ribu Haipur per malam. Sangat luas dan juga berfasilitas lengkap.
...— x —...
Tit tit
Jeglek.
Pintu kamar kubuka.
Brug!
Kai langsung mendorong tubuh seksiku hingga bersandar pada dinding di dekat pintu.
"Hmph!"
Kuterkesiap saat Kai beraksi menciumi leher dan bibirku sambil mendekap erat tak ingin melepaskan.
Lelah diperlakukan searah. Kucoba untuk membalas Kai dengan mengerahkan seluruh pengalamanku sebagai wanita penghibur. Membuat pertempuran ini menjadi lebih seru.
Beberapa menit tanpa terasa terlewati. Kami sudah berpindah lokasi hingga beberapa kali. Dan kini kami saling tindih di atas sofabed mewah yang tengah menjadi arena pertempuran kami.
Dengus nafas kami berdua terdengar laksana musik terindah. Menemani kami yang mulai gerah hingga peluh bercucuran membuat pakaian kami basah.
Sedikit demi sedikit pakaian kami jatuh berserakan di lantai kamar. Hingga pada akhirnya tubuh kami tak tertutupi apapun lagi.
Kai dengan lembut membaringkan tubuhku di atas permukaan ranjang. Dia kecup lembut bibirku. Membelai rambutku. Lalu bergerak menindihku guna menuju ke menu utama.
...— x —...
Suara tubrukan kulit terdengar nyaring namun bertempo tetap. Selaras dengan lengking suaraku yang meluncur tanpa bisa kukendalikan.
Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam. Menandakan bahwa pertempuran ini telah berlangsung selama lebih dari empat jam.
Walaupun Kai memberikanku kenikmatan yang hakiki. Namun tubuhku ini tidak terbuat dari besi. Aku lemas tak berdaya. Hanya bisa pasrah saat Kai terus meningkatkan kecepatan genjotannya.
"Sedikit lagi Yang..." bisik Kai memberikan tanda.
"Aku juga Kai... Keluarin aja di dalem..." jawabku mempersilahkan.
Tanpa pengaman. Tanpa obat-obatan. Aku hanya merasa siap bila harus mengandung para calon bintang masa depan.
Kai menegang dan menggeram tak lama kemudian. Menyambut puncak kenyamanan yang sedari tadi dia kejar. Dino pun bergetar. Memuntahkan cairan hangat kental dalam belasan kali semprotan.
Kuterima benih Kai dengan suka cita bersama dengan gelombang nikmat yang juga kurasa. Menandakan bila aku pun tengah berada di bagian akhir dari perjalanan nafsu.
Stamina Kai memang luar biasa. Di saat aku telah menggapai puncak kenikmatan hingga puluhan kali. Kai baru mencapai puncaknya dua kali.
Tapi tampaknya Kai tidak masalah dengan hal itu. Karena dari apa yang kutangkap selama pergumulan. Kai ingin berperan sebagai pemberi dan bukan pencari.
"Terima kasih Kai..." ucapku seiring dengan kesadaranku yang perlahan mulai menghilang. Staminaku sudah benar-benar habis. Aku pingsan tak sadarkan diri.
...— x —...
Jam sembilan pagi aku terbangun. Berbaring tanpa busana di atas ranjang sendirian. Sedih kurasa saat kusadar bila Kai sudah pergi menghilang.
Tapi aku sadar tentang peran kedudukanku semalaman tadi. Kami bukan suami istri. Bukan pula sepasang kekasih. Hubungan kami tak lebih daripada hubungan antara pemerkosa dan juga korbannya.
'Hahaha... Laela... Laela. Hanya dalam semalam ini saja kamu udah kena ghosting hingga dua kali,' ujarku mentertawakan diri sendiri.
...— x —...
Berniat untuk membersihkan diri. Aku pun bangkit berdiri meninggalkan ranjang dalam ketelanjangan.
'Eh. Apa ini?' bisikku saat kulihat dua ikat uang yang terletak di atas meja rias. Bersebelahan dengan tas mahalku.
'Du... Dua ratus ribu Haipur?' ujarku saat melihat keterangan yang tertulis di kertas pengikat uang.
'Ah... Kai... Ini kan...' aku terbengong. Kai tidak hanya meninggalkanku uang. Dia pun meninggalkan sebuah tas belanjaan dengan logo fashion kenamaan.
Di dalam tas itu aku temukan sebuah gaun wanita seksi berwarna merah terang. Selain itu juga terdapat satu set dalaman yang cukup mahal.
Aku memang tidak pernah membawa baju ganti ketika bekerja. Dan tidak ada satupun pelangganku yang membelikanku baju kalau hanya dikontrak untuk bermain satu malam saja.
Adapun mereka akan membelikanku baju bila mereka menyewa jasaku untuk beberapa malam. Itupun tidak pernah yang semahal dan juga semewah ini.
Kai memang sungguh dermawan sekali. Dan sejujurnya aku tak habis pikir bagaimana caranya dia bisa menyiapkan ini semua pagi-pagi begini.
...— x —...
'Ah... Badanku ngilu semua,' bisikku dalam hati sambil memijat pundakku. Seluruh kenikmatan semalam tiba-tiba terlintas di dalam pikiran.
Hah...
Malam ini akan menjadi malam yang tidak mungkin kulupakan seumur hidupku. Setiap sentuhan, setiap ciuman, dan setiap sodokan. Semuanya membuatku begitu mabuk kepayang.
Sial! Walaupun badanku sudah terasa ngilu dan pegal. Tapi anehnya sisi diriku yang lain malah ingin merasakan rentet kenikmatan semalam tadi kembali.
"Ah Kai... Dapatkah aku merasakan sensasi itu bersamamu lagi?" lirihku sendu.
'Laela! Kau bego! Kau belum mendapatkan nomor teleponnya!' aku mencaci habis diriku sendiri.
Kalau begini, maka kemungkinan besar aku tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan Kai untuk selamanya.
Aku pun langsung panik. Kukenakan pakaian mahal pemberian Kai dengan sangat tergesa.
...— x —...
Selesai berkemas dan berpakaian. Aku langsung keluar kamar setengah berlari. Peduli amat bila aku belum mandi apalagi berdandan. Kalau memang kami harus berpisah saat ini, minimal aku harus mendapatkan nomor telepon Kai agar bisa menghubunginya kembali.
'Tolong Kai... Please... Kamu jangan pergi dulu,' ujarku sambil berlari menuju lift. Aku tak siap kehilangan sosok sang pemerkosa itu untuk selamanya.
...— x —...
Beberapa menit kemudian aku hampir sampai di lobi hotel. Dengan jelas Aku melihat sebuah mobil Honda Civic putih yang baru saja meninggalkan pintu utama.
"Tung... Tunggu... Stop!" teriakku pada petugas vallet.
Mendengar teriakanku. Petugas yang berada di gerbang utama sempat terlihat memanggil-manggil mobil tersebut. Tapi terlambat. Mobil Honda Civic itu sudah keburu pergi dan menghilang.
Tidak mau hilang harapan, aku langsung menuju meja resepsionis untuk sekalian menyerahkan kunci kamar.
"Bill nya sudah dilunasi semua oleh Tuan muda ya Mbak..." ujar resepsionis sambil melihatku yang terengah-engah dengan ekspresi heran.
Ya iyalah aku tahu pasti udah dibayar. Lagian kalau aku harus bayar kamar semahal itu. Duitnya dari mana?
"Aku butuh taksi dong! Cepat!" aku setengah membentak petugas resepsionis dikarenakan panik.
"Cari siapa?" tanya suara pria dari belakang punggungku.
Aku berbalik dan melihat pria kurus berkulit legam dengan setelan jas yang sangat rapi.
"Kai!" jeritku sambil memeluk Kai erat.
"Jahat! Kamu jahat!" pekikku sambil memukul dada Kai kuat-kuat.
Melihatku histeris. Kai tidak marah. Dia malah membelai kepalaku dengan lemah lembut.
"Aku tadi cuman ada keperluan sebentar kok..." Kai menjelaskan.
Melihat kami yang berpelukan secara dramatis bagai di drama Korea, membuat Mbak resepsionis cekikikan ikutan malu.
"Mbak... Bisa kuambil kembali kunci kamar kami?" kata Kai pada Mbak Resepsionis.
"Oh ya Tuan..."
"Dan aku sepertinya akan extend semalam lagi."
"Baik Tuan."
Kai lalu menggandeng tanganku menuju ke dalam lift kembali.
"Eh... Kai... Mau ngapain?"
"Kayak kamu gak tahu aja!" jawab Kai datar.
Ah... Untung saja kepanikanku barusan tanpa dasar. Untung saja Kai masih belum pergi meninggalkanku.
Tapi...
Kepanikanku barusan adalah bukti kalau aku sangat mendambakan Kai. Tidak peduli apakah dia adalah pemerkosaku. Ataukah baru semalam saja beradu nafsu.
Pokoknya...
Aku tidak boleh kehilangan Kai. Aku harus segera mendapatkan nomor telepon Kai. Bagaimanapun caranya!
...— Bersambung —...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Aa
dan akhirnya mereka pun wiwik
2023-02-06
0
Sutardi Sutardi
enak banget kai
2022-08-06
1
Harman LokeST
mulai berhasil
2022-07-12
1