"Hmm.. memang seharusnya aku pulang naik angkutan umum saja!" gerutu suster Rina. Dokter Adi tertawa.
"Sudahlah, temani aku makan sebentar!" bujuk dokter Adi. Sekali lagi dengan terpaksa suster Rina menuruti keinginan dokter Adi.
"Kamu mau makan apa?" tanya dokter Adi.
"Kan aku hanya menemani kamu saja." tukas suster Rina.
"Maksudku kamu menemani aku tuh ikut makan juga." terang dokter Adi. Suster Rina menggeleng.
"Ga mau!" tolaknya.
"Kalau gitu aku ga mau mengantar kamu pulang!" seru dokter Adi.
"Ya sudah aku pulang sendiri!" tukas suster Rina sambil beranjak dari kursinya tapi segera dokter Adi meraih tangannya.
"Kumohon..! Kamu kan tahu, dari dulu aku tidak bisa makan sendirian. Di rumah hanya ada aku sendiri. Please..!" pinta dokter Adi. Ia memasang wajah memelas. Suster Rina menghela nafas panjang.
"Dari dulu selalu begini!" gumam suster Rina.
"Aku kan sudah bilang, aku masih Adi yang sama." Suster Rina menatap kedua bola mata dokter Adi.
"Kalau kamu masih Adi yang sama, aku tidak akan mau bekerja sama denganmu!" tukas suster Rina. Perlahan ia melepaskan tangannya dari genggaman dokter Adi dan kembali duduk di kursinya.
"Jadi aku harus bagaimana?" tanya dokter Adi. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius. Sesaat mereka hanya saling menatap.
"Lakukan apa yang menurutmu baik, kamu sudah dewasa pasti kamu sudah tahu apa yang seharusnya kamu lakukan." ucap suster Rina pelan. Dokter Adi menundukkan kepalanya sesaat lalu ia kembali menatap suster Rina dengan seksama.
"Ijinkan aku menebus semua kesalahanku dulu, Rin!" pinta dokter Adi. Ucapan dokter Adi itu membuat suster Rina tersentak.
"Kesalahan apa?" tanyanya.
"Rin..!" Dokter Adi meraih kedua tangan suster Rina dan menggenggamnya erat.
"Aku selalu dihantui oleh mimpi tentang peristiwa waktu itu, Rin." ungkap dokter Adi.
"Aku tidak bisa melupakannya, Rin. Aku tidak bisa melupakanmu!" lanjutnya.
"Kau pikir aku bisa melupakannya?" ucap suster Rina. Sejenak suasana di antara mereka menjadi sangat hening, mereka hanya saling memandang satu sama lain.
"Biarkan aku menebus kesalahanku, Rin." ucap dokter Adi dengan suara berbisik. Suaranya terdengar bergetar.
"Dengan cara?" tanya suster Rina.
"Menikahlah denganku!" pinta dokter Adi. Suster Rina tampak terkejut mendengar ucapan dokter Adi barusan, jantungnya berdegup kencang. Ia menatap dokter Adi dengan seksama seolah mencari tahu keseriusan dari ucapan dokter Adi.
"Baiklah!" ucap suster Rina pelan. Sontak dokter Adi terkejut mendengar ucapan suster Rina barusan.
"Aku akan bersedia menikah denganmu kalau kamu berhasil menyembuhkan Lia." lanjut suster Rina.
"Kamu serius?" tanya dokter Adi tidak percaya. Suster Rina mengangguk. Dokter Adi menatap kedua bola mata suster Rina, perlahan senyumnya terkembang.
"Aku pasti menyembuhkannya!" serunya yakin.
...
Dokter Adi meminggirkan mobilnya dan berhenti tepat di pinggir sebuah persimpangan jalan.
"Di mana rumahmu, biar aku antarkan sampai depan pintu." ucap dokter Adi. Suster Rina menggeleng.
"Di sini saja." ucapnya pelan.
"Masa calon suamimu tidak boleh mengetahui di mana calon istrinya tinggal." rengek dokter Adi.
"Kita belum punya hubungan apa-apa! Semuanya baru akan dimulai kalau kamu sudah berhasil menyambuhkan Lia!" seru suster Rina.
"Baiklah!" ucap dokter Adi dengan suara lirih.
Suster Rina menunggu mobil dokter Adi meninggalkan tempat itu baru ia berjalan menuju rumahnya. Ia tidak mau dokter Adi mengetahui tempat tinggalnya.
"Mama pulang!" serunya begitu masuk ke dalam rumah sederhananya.
Sesaat kemudian muncul seorang gadis remaja berumur 15 tahun dari balik sebuah pintu kamar.
"Mama pulang lama sekali!" gerutu gadis berambut ikal itu. Ia mengambil tas yang di bawa suster Rina lalu menaruhnya di kamar.
"Mama tadi bertemu dengan teman lama mama, lalu mama menemaninya makan dulu." terang suster Rina.
"Kamu sudah makan Din?" tanya suster Rina.
"Sudah ma, tadi Dina masak mie instan."
"Kamu ini makan mie instan terus." omel suster Rina.
...
Dokter Adi memeriksa berkas-berkas yang berkaitan dengan Lia. Ia mempelajari setiap reaksi yang diberikan oleh Lia kepada setiap dokter yang pernah menanganinya. Ia tampak sangat bersemangat mencari cara untuk menyembuhkan Lia karena tawaran suster Rina.
"Cantik!" gumam dokter Adi. Ia memandangi foto Lia sebelum keadaanya seperti sekarang ini. Lia memang gadis yang cantik, kulitnya bersih, rambut lurusnya berwarna hitam pekat, dan bibir mungilnya berwarna merah muda, ia tampak sangat sempurna.
Tanpa disadarinya, dokter Adi sudah memandangi foto itu lama sekali. Ia berpikir keras bagaimana cara agar Lia mau didekatinya, trauma yang dialami Lia sangat berat.
...
Dokter Adi sudah bersiap di depan pintu kamar 208. Dari pagi-pagi sekali ia sudah berada di sana untuk memperhatikan perilaku Lia. Ketika terbangun dari tidurnya Lia langsung beranjak dari ranjangnya lalu duduk di pojok kamar seperti biasanya dan tidak berpindah lagi.
"Dok!" sapa suster Rina yang baru saja tiba di depan kamar 208. Dokter Adi membalas sapaan suster Rina hanya dengan senyuman dan kembali mengamati Lia dengan seksama.
"Dia akan terus seperti itu sampai aku membujuknya untuk melakukan hal lain." ungkap suster Rina.
"Hmm.." gumam dokter Adi. Suster Rina menatap dokter Adi. Pagi ini dokter Adi terlihat berbeda sekali, ia tampak sangat tampan dengan wajah seriusnya itu. Sedang asyik menatap wajah tampan dokter Adi pagi itu, tiba-tiba dokter Adi menoleh pada suster Rina membuat suster Rina salah tingkah.
"Dari tadi kamu menatapku?" tanya dokter Adi.
"Tidak!" bantah suster Rina. Dokter Adi mendekatkan wajahnya pada wajah suster Rina.
"Aku bisa merasakannya!" bisik dokter Adi.
"Sudahlah!" seru suster Rina, ia menggeser tubuhnya beberapa langkah dari dokter Adi.
"Heeeiiii!! Kenapa kamu menjauh seperti itu?" seru dokter Adi kesal.
"Kamu menakutkan!" ucap suster Rina. Dokter Adi tertawa terbahak-bahak.
Dokter Adi kembali memperhatikan Lia dari luar kamarnya dan suster Rina pun mengikutinya.
"Aku ingin mulai mendekatinya secara personal." ucap dokter Adi tiba-tiba.
"Biarkan aku berinteraksi berdua saja dengannya." tambahnya.
"Apa kamu tidak takut dengan reaksinya?" tanya suster Rina. Dokter Adi menggeleng.
"Apa pun yang terjadi padaku atau Lia, kamu jangan membantu kami sebelum aku minta." perintah dokter Adi. Suster Rina tersentak mendengar ucapan dokter Adi barusan.
"Ka.. kamu yakin?" tanya suster Rina. Dokter Adi menatap suster Rina, wajahnya tampak sangat serius.
"Kamu berharap aku bisa menyembuhkannya kan?!" ucap dokter Adi. Suster Rina mengangguk pelan.
"Biarkan aku mengobatinya dengan menggunakan caraku sendiri." Suster Rina terdiam, sesaat ia tampak seperti bukan Adi yang dikenalnya dulu. Dengan wajah serius serta tekat kuatnya itu, ia tampak sangat berbeda dengan Adi yang menjadi kekasihnya saat SMA. Sesaat mereka hanya saling berpandangan.
"Tenang saja, cintaku padamu tidak akan berkurang untukmu walaupun aku menghabiskan waktu dengannya!" seru dokter Adi. Seketika wajahnya berubah menjadi konyol dan merusak penilaian baik suster Rina barusan.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
💞🌹fikadiani🌹💞
wah yg diperkosa trnyta Rina ya,smpaj punya anak usia 15thn😥
kyknya seru nich😍
2020-11-09
0
Ruby Talabiu
lanjut thor
2020-10-20
0
Ami Usrekk
lanjut roman romannya kaya lucu hehheiii
2020-09-02
0