Dokter Adi menarik lengan jas kerjanya untuk melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Pukul 23:45. Ia melongok untuk melihat apakah Lia sudah tidur atau belum dan ternyata Lia sudah terlelap. Dengan perlahan-lahan dokter Adi berjalan keluar dari kamar nomor 208 itu, ia berusaha keras untuk tidak membuat suara sedikit pun.
Begitu dokter Adi berhasil keluar ruangan tanpa membuat suara berisik, ia langsung merogoh saku jas kerjanya untuk mengambil ponselnya. Ia mengutak-atik smartphone-nya itu untuk menghubungi seseorang.
"Rina!" serunya senang begitu orang yang dihubunginya itu menanggapi teleponnya. Ternyata orang yang dihubunginya adalah suster Rina.
"Maaf aku menghubungimu malam-malam begini. Dari tadi pagi aku coba menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif." ungkap dokter Adi.
"Emm... sepertinya kita harus membagi tugas." terang dokter Adi.
"Mulai besok kamu shift pagi saja terus, biar aku yang bertugas di malamnya." jelas dokter Adi.
"Sementara ini kita lakukan seperti ini dulu sampai ada perkembangan lagi pada pasien kita." perintah dokter Adi. Dokter Adi menutup panggilan teleponnya dan kembali ke dalam kamar nomor 208.
...
Suster Rina tampak terburu-buru memasuki kawasan rumah sakit karena ia datang sedikit lebih siang dari waktu biasanya dia datang jika masuk shift pagi.
"Pagi!" sapa suster Rina pada rekan-rekannya yang berada di dalam ruang perawat.
"Rina!" seru suster Indah. Suster Indah tampak sangat antusias melihat suster Rina datang.
"Kok kamu masuk pagi? Bukannya jadwalnya kamu shift malam?" tanya suster Indah.
"Iya! Dokter Adi memintaku untuk sementara waktu ini masuk shift pagi dulu." terang suster Rina. Suster Indah mendekati suster Rina.
"Ngomong-ngomong tentang dokter Adi, kamu sudah bertemunya pagi ini?" tanya suster Indah lagi. Suster Rina menggeleng pelan, ia tampak bingung.
"Dua hari kamu off terjadi peristiwa besar!" ucap suster Indah.
"Peristiwa apa?" tanya suster Rina.
"Dokter Adi berhasil membuat Lia berubah!" ungkap suster Indah.
"Berubah bagaimana?" tanya suster Rina lagi. Ia tampak sangat penasaran.
"Lia bisa bersikap tenang bersama dokter Adi. Mereka juga kemarin berkeliling lingkungan rumah sakit ini. Lia seperti orang normal!" Suster Indah tampak sangat antusias menceritakannya.
"Oh ya?!"
"Dan semalam kami melihat bagaimana sang 'dokter cinta' beraksi!" sambung suster Tia yang tiba-tiba bergabung dengan obrolan suster Rina dan suster Indah.
"Bagaimana cara beraksinya?" Terdengar seseorang bertanya dari belakang mereka. Secepat kilat mereka bertiga membalikan tubuh menghadap orang yang bertanya itu karena mereka mengenali suara orang itu.
"Dokter Adi!!" seru suster Indah dan suster Tia bersamaan. Sosok dokter Adi sudah berdiri di belakang tubuh mereka.
"Sebentar lagi waktunya kalian pulang, sana selesaikan pekerjaan kalian! Saya ingin berdiskusi dulu dengan suster Rina." ucap dokter Adi.
"I.. iya, dok!" seru suster Indah dan suster Tia. Suster Indah dan suster Tia meninggalkan dokter Adi bersama suster Rina untuk menyelesaikan tugas mereka sebelum mengakhiri shift.
"Aku ingin bicara." ucap dokter Adi lembut. Suster Rina mengangguk.
"Ayo ke ruanganku!" ajaknya.
Suster Rina mengikuti dokter Adi menuju ruangannya. Begitu sampai di ruangannya, dokter Adi langsung mendekap suster Rina dengan lembut. Suster Rina terkejut dengan perlakuan dokter Adi itu, ia segera melepaskan diri dari dekapan dokter Adi.
"Apa yang kamu lakukan!" seru suster Rina kesal.
"Aku merindukanmu!" ucap dokter Adi.
"Aku tidak suka kamu bersikap begitu padaku!" tukas suster Rina.
"Sampai kapan kamu akan begini, Rin?" tanya dokter Adi pelan. Suster Rina terdiam.
"Aku merindukanmu, Rin!" seru dokter Adi. Nada suaranya sedikit meninggi. Dokter Adi tampak sedikit kesal karena penolakan suster Rina.
"Kalau tidak ada hal penting yang mau kamu bicarakan, aku mau kembali ke ruangan. Banyak yang harus kukerjakan." Suster Rina beranjak dari tempatnya dan hendak keluar dari ruangan dokter Adi, tapi dokter Adi meraih tangannya sehingga langkahnya terhenti.
"Aku sudah hampir berhasil menyembuhkan Lia." ucap dokter Adi pelan. Suster Rina menatap dokter Adi seakan mencari kebenaran dari pernyataan dokter Adi barusan.
"Kalau dia berhasil sembuh dengan total, kamu harus menepati janjimu!" tukas dokter Adi. Suster Rina hanya terus memandangi dokter Adi.
"Maaf." Akhirnya suster Rina bersuara. Dokter Adi tersentak.
"Kenapa kamu meminta maaf?" tanyanya bingung. Suster Rina melepaskan tangannya perlahan dari genggaman tangan dokter Adi.
"Maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa memenuhi janjiku itu." jawab suster Rina pelan. Suaranya terdengar sangat pelan dan hampir saja tidak terdengar oleh dokter Adi.
"Maksudmu?" Dokter Adi tidak mengerti dengan apa yang didengarnya barusan. Suster Rina menatapnya dengan wajah serius.
"Kurasa aku tidak akan bisa menepati perjanjian itu." tegasnya.
"Kenapa?" Dokter Adi tampak tidak terima dengan pernyataan suster Rina. Suster Rina terdiam sejenak.
"Aku berjuang sekeras ini untuk bisa bersama denganmu, Rin!" aku dokter Adi.
"Aku tahu, Di!" tukas suster Rina. Suster Rina menghela nafas panjang.
"Kalau kamu mau berhenti untuk itu, berhentilah! Aku tidak akan bisa menepatinya sampai kapan pun." jelasnya. Dokter Adi tampak sangat shock mendengar perkataan suster Rina itu. Tak lama kemudian suster Rina meninggalkan dokter Adi sendiri di ruangannya.
...
"Hai Lia!" sapa suster Rina begitu ia melangkah memasuki kamar nomor 208. Ia sudah sangat penasaran melihat perubahan apa yang terjadi pada pasien yang sudah 7 tahun ia rawat itu.
Lia yang sedang duduk di atas ranjangnya langsung menoleh ke arah datangnya suster Rina. Suster Rina mendekatinya perlahan, ia tampak sangat takjub memandangi Lia, kini Lia tidak menatapnya dengan pandangan kosong lagi.
"Lia..." ucap suster Rina penuh haru. Lia hanya menatap wajah suster Rina tanpa bersuara sedikitpun.
"Kamu bisa mendengarku kan, Lia?" tanya suster Rina. Lia mengangguk pelan.
"Ya ampun Lia!!" seru suster Rina. Ia tampak sangat terharu dan langsung memeluk Lia dengan erat.
"Aku tidak menyangka perubahanmu sampai sejauh ini!" puji suster Rina. Suster Rina benar-benar takjub dengan hasil kerja dokter Adi.
"Katanya kemarin kamu jalan-jalan keliling rumah sakit, apa sekarang kamu mau berkeliling juga? Aku akan menemanimu!" seru suster Rina antusias. Lia memperhatikan tingkah laku suster Rina yang sedang bahagia itu, perlahan ia menggelengkan kepalanya.
"Tadi pagi-pagi sekali dokter sudah menemaniku berkeliling." ucap Lia pelan. Sekali lagi, suster Rina tampak takjub dengan apa yang baru saja terjadi. Ia takjub karena Lia sudah bisa berbincang-bincang dengannya.
"Apa kamu mau mandi sekarang?" tawar suster Rina. Lia mengangguk.
"Baiklah, aku akan menyiapkan peralatannya dulu!" seru suster Rina.
"Suster Rina." panggil Lia tiba-tiba.
"Ya?" sahut suster Rina.
"Bolehkah aku mandi sendiri?" pinta Lia pelan. Suster Rina menatapnya dengan pandangan penuh haru, perlahan sebuah senyum merekah di bibirnya dan ia mengangguk dengan cepat tanda kalau ia menyetujui permintaan pasien kesayangannya itu.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kim Yoona
udahlah dok sama lia aja.. entah kenpa aq leboh greget kamu sama lia
2021-09-07
1
Fiki Septiadi
haduuuuh tambah penasaran sama rina dan adi........
2020-11-11
1
Ruby Talabiu
smoga cepat sembuh
2020-10-21
0