"Li.. Lia!" seru dokter Adi terkejut karena ketika matanya terbuka ia tidak menemukan pasiennya di ranjang. Dokter Adi beranjak dari tempat duduknya dan jantungnya terasa seperti berhenti berdetak sesaat begitu ia membalikkan badannya karena ia mendapatkan apa yang dicarinya.
Dokter Adi mendekati Lia yang sudah berada pada posisi kesukaannya dulu di pojok kamarnya. Sesaat dokter Adi hanya memandanginya saja, ia menghela nafas panjang. Dokter Adi duduk di sebelah Lia.
"Maafkan aku, Lia! Ayo kita berjuang lagi!" ucap dokter Adi dengan suara berbisik. Tak ada respon dari Lia. Lia kembali pada keadaannya semula.
"Kumohon maafkan aku. Aku tahu aku salah!" bujuk dokter Adi. Tetap tidak ada respon dari Lia.
Dokter Adi mencoba untuk menyentuh Lia, ia tampak ragu-ragu tapi akhirnya ia memaksakan diri untuk menyentuhnya. Lia mempererat dekapannya pada kedua kakinya, tak lama kemudian tubuhnya mulai bergetar. Sayup-sayup mulai terdengar suara Lia, ia seperti sedang bergumam.
"Lia!" seru dokter Adi. Ia menarik lengan Lia agar dekapannya terlepas dari kakinya.
"Aaaaaaaaaa!!!!" Lia menjerit sekeras-kerasnya. Spontan dokter Adi memeluknya, tapi Lia terus meronta-ronta untuk melepaskan diri dari pelukan dokter Adi.
"Sikapnya kembali seperti dulu!" batin dokter Adi.
Lia mendorong tubuh dokter Adi dengan sekuat tenaga tapi karena tubuh dokter Adi lebih kuat, dorongannya itu malah membuat tubuhnya terjatuh di lantai dan nyaris saja membuat kepalanya terantuk lantai. Dengan sigap dokter Adi menahan kedua tangan Lia di lantai agar Lia bisa dikendalikan.
"Lia..! Lia..! Lihat aku! Ini aku, dokter Adi!!" seru dokter Adi berusaha menyadarkan Lia. Lia terus meronta dan menjerit.
"Dok.. ter!! Lia!!" seru suster Rina yang baru saja masuk ke dalam kamar Lia dan terkejut dengan apa yang terjadi di hadapannya. Dalam pandangannya, dokter Adi tampak seperti seseorang yang akan melecehkan Lia karena tubuh dokter Adi berada di atas tubuh Lia dan kedua tangannya mencengkram kedua tangan Lia.
Suster Rina berlari ke arah dokter Adi dan dengan sekuat tenaga ia menarik tangan dokter Adi agar genggamannya pada tangan Lia terlepas, tapi dokter Adi menahannya.
"Apa yang kamu lakukan?!" seru dokter Adi kesal.
"Lepaskan Lia!!" jerit suster Rina.
"Diam!" bentak dokter Adi. Suster Rina tersentak mendengar bentakkan dokter Adi yang terdengar seperti sangat marah padanya.
"Diam kamu di sana!" seru dokter Adi. Wajahnya berubah menjadi sangat serius, bahkan ia menatap suster Rina dengan tatapan tajam. Suster Rina terdiam karena shock.
Dokter Adi kembali pada tanggung jawabnya, tangannya masih terus menahan kedua tangan Lia.
"Lia! Kumohon!" pinta dokter Adi. Nada suaranya berubah menjadi lebih lembut.
"Aku salah! Aku akui aku bersalah! Kumohon maafkan aku!" Dokter Adi membujuk Lia agar mau mendengarkannya lagi. Seketika tangis Lia pecah, air mata mulai mengucur deras dari mata bulatnya. Lia tidak meronta lagi namun tubuhnya bergetar.
Dokter Adi membimbing tubuh Lia agar dapat bangkit dari lantai dan ketika Lia sudah dapat duduk dengan baik, dokter Adi mendekapnya dengan lembut. Suster Rina terkejut melihat perlakuan dokter Adi pada Lia tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Perlahan tangan dokter Adi mengusap-usap punggung Lia dengan lembut untuk membuat Lia menjadi lebih tenang dan berhenti menangis.
"Maafkan aku, ya! Ini semua kesalahanku." bisik dokter Adi. Lia terus menangis dalam dekapan dokter Adi.
...
Dokter Adi kembali ke ruangannya untuk membereskan barang-barangnya agar bisa cepat pulang karena shift-nya sudah lama selesai. Suster Rina masuk ke dalam ruanganya dan menutup rapat pintu ruangan itu.
"Aku mau bicara denganmu." ucap suster Rina.
"Tentang?" tanya dokter Adi tanpa menatap suster Rina sedikit pun, ia terus saja sibuk membereskan perlengkapannya.
"Tentang Lia." jawab suster Rina.
"Kalau kamu mau menanyakan tentang Lia, kamu bisa melihatnya di catatan pemeriksaannya. Aku menulisnya lengkap di situ." terang dokter Adi. Ia terus mengabaikan suster Rina.
"Kenapa kamu hanya memberikannya obat dan tidak melakukan kunjungan?" tanya suster Rina lagi. Dokter Adi menatap suster Rina dengan tatapan tajam.
"Aku dokternya, aku berhak memberinya obat." serunya.
"Bukannya dari awal kamu yang menghentikan semua obat-obatannya?" tukas suster Rina.
"Kamu menyakan alasanku?" ucap dokter Adi balik bertanya. Suster Rina terdiam, ia hanya menatap dokter Adi. Dokter Adi berjalan mendekati suster Rina sambil membawa tas kerjanya.
"Kalau kamu tidak puas dengan kinerjaku, kamu bisa mengajukan dokter baru yang mau bertanggung jawab dengan pengobatan Lia kepada dokter Arief." saran dokter Adi.
"Karna akupun mungkin tidak akan lama lagi pergi dari sini." aku dokter Adi dengan suara berbisik. Suster Rina tersentak. Dokter Adi melewati suster Rina untuk membuka pintu dan keluar dari ruangannya.
"Apa kamu melakukan semua ini karena masalah denganku?" tanya suster Rina tepat sebelum tangan dokter Adi menyentuh handle pintu ruangannya. Dokter Adi berbalik dan menatap suster Rina.
"Aku hanya butuh satu alasan darimu." ungkapnya.
"Berikan satu alasan untuk meyakinkanku kalau kita memang benar tidak akan bisa bersatu." pinta dokter Adi. Suster Rina menatap kedua mata dokter Adi.
"Aku memiliki seorang anak." ungkap suster Rina akhirnya.
"Peristiwa lima belas tahun lalu menghasilkan seorang putri untukku." akunya. Dokter Adi sangat terkejut mendengar ucapan suster Rina barusan.
"Kamu serius?" tanya dokter Adi tak percaya. Mata suster Rina mulai berkaca-kaca. Dokter Adi tampak benar-benar shock. Jantungnya seperti akan meledak karena berdetak dengan sangat cepat.
"Putriku tidak menyukaimu." ucap suster Rina. Suaranya terdengar bergetar.
"Bagaimana mungkin dia tidak menyukaiku padahal kami belum pernah bertemu?" tukas dokter Adi.
"Dia pernah melihatmu mengantarku pulang dan kalian pernah bertemu." jelas suster Rina.
"Kapan?"
"Waktu kamu menanyakan padanya apa dia mengenalku atau tidak." terangnya. Dokter Adi mengerutkan keningnya, ia berusaha untuk mengingatnya.
"Ah! Dua siswi SMP itu??" seru dokter Adi begitu ia berhasil mengingatnya.
"Salah satunya adalah putriku." aku suster Rina.
"Kenapa kamu tidak menceritakannya dari awal?!" tukas dokter Adi. Suster Rina terdiam.
"Biarkan aku berusaha untuk membuatnya menyukaiku!" pinta dokter Adi. Suster Rina tersentak, ia tampak sangat terkejut mendengar permintaan dokter Adi barusan.
"Aku akan berusaha membuatnya menyukaiku!" tegas dokter Adi.
"Ka.. kamu serius?" Suster Rina tampak meragukan ucapan dokter Adi. Dokter Adi mengangguk, wajahnya tampak sangat serius.
"Aku yang membuatnya terlahir di dunia seperti ini, biarkan aku yang bertanggung jawab dengan hidupnya." tukas dokter Adi. Suster Rina menatap kedua mata dokter Adi seakan mencari kebenaran dari ucapan dokter Adi barusan.
"Kumohon, ijinkan aku untuk berusaha sekali ini saja!" pinta dokter Adi. Suster Rina terdiam terpaku.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kim Yoona
lahhh.. gimana terus sama lia.. udahlah thor biar adil hadirkan yg memperkosa rina.. buat dia tanggung jawab.. biar adi sama lia aja..🤭🤭🤭
2021-09-07
1
Zayhida
menurutQ dr.Adi sekarang cuma merasa bersalah sama kejadian masalalu suster Rina kekasihnya dulu bukan cinta lagi,
karna pelan² tanpa dr.Adi sadari mulai kesemsem sama Lia terbukti tiap kali dekat Lia selalu berdebar² jantungnya sampe kebawa mimpi padahal cuma sbatas pasien
2021-08-13
0
Zurriati Umar
ini...baru seru👍
2021-01-13
1