Lima hari sudah berlalu, Dokter Adi tidak pernah berbincang-bincang atau mengajak Lia berkeliling rumah sakit lagi sejak saat itu, Lia hanya terus-terusan di beri obat yang bisa membuatnya terlelap di malam harinya.
Lia duduk di atas ranjangnya, matanya menatap lurus ke jendela besar di kamarnya yang sudah ditutup karena hari sudah malam. Ia tampak kembali seperti dulu, ekspresi wajahnya terasa sangat dingin. Ia menarik ikat rambut yang dikenakan suster Rina pada rambutnya dan ia membiarkan rambutnya terurai begitu saja. Perlahan ia beranjak dari ranjangnya, sesaat ia hanya berdiri mematung namun kemudian ia berjalan menuju pojok kamarnya, tempat favoritnya dulu.
Lia kembali pada kesukaannya dulu, ia duduk di pojok kamar, mendekap erat kedua kakinya dan membenamkan kepalanya di antara kedua kakinya itu, tak lama kemudian karena pengaruh obat yang diminumnya, ia kembali terlelap seperti malam-malam sebelumnya.
...
Dokter Adi memandangi catatan pemeriksaan atas nama Lia yang sudah beberapa hari ini tidak ditulisnya, ia hanya mencatat daftar obat-obatan yang diresepkannya untuk Lia.
"Tuuuuttt.. tuuuuttt..." Tiba-tiba telepon yang ada di meja kerjanya itu berbunyi.
"Halo." sapanya pelan. Sesaat kemudian ekspresi wajah dokter Adi berubah, ia segera menutup telepon itu dan beranjak dari ruangannya.
Dokter Adi berlari sekencang-kencangnya menyusuri lorong kamar para pasien dan langkahnya berhenti tepat di depan kamar 208. Ia mencoba mengintip ke dalam ruangan itu melalui kaca yang ada di pintunya sambil membuka kunci kamar itu. Karena dalam keadaan kalut, dokter Adi tampak kesulitan membuka pintu yang biasanya sangat mudah dibukanya itu.
Ia segera masuk begitu pintu kamar 208 berhasil dibukanya. Dokter Adi tampak sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, tangannya terkepal. Ia tak percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat hingga membuat dadanya terasa sesak.
"Li.. Liaa.." panggilnya pelan. Tidak ada respon sama sekali dari pasien spesialnya itu. Dokter Adi mencoba menyentuh lengan Lia untuk melihat reaksi Lia, biasanya Lia sangat benci bila disentuh, tapi kali ini Lia tetap tidak merespon sama sekali.
Dokter Adi menarik tangan Lia agar pelukannya terlepas. Ketika ia menariknya, tubuh Lia terkulai lemas dan jatuh ke arahnya, dengan sigap ia menangkap tubuh itu agar kepala Lia tidak jatuh ke lantai. Dokter Adi menghela nafas panjang, ia merasa lega karena Lia hanya sedang terlelap bukan terjadi sesuatu yang berbahaya.
"Maafkan aku." bisiknya pelan. Dokter Adi mendekap tubuh Lia dengan erat.
...
Suster Indah membantu dokter Adi memasangkan infus pada tangan Lia.
"Aku pikir Lia sudah sembuh, dok." ucapnya pelan. Dokter Adi tersenyum.
"Harusnya dia sudah bisa membaik tapi saya lengah jadi dia seperti ini lagi." aku dokter Adi.
"Saya melakukan kesalahan dengan membiarkannya beberapa hari ini." lanjutnya. Suster Indah terdiam, ia melihat mata dokter Adi yang terus menatap wajah Lia yang sedang terlelap.
"Saya harus mengulangi semua pekerjaan saya dari awal lagi." ucap dokter Adi. Ia mengalihkan pandangannya ke wajah suster Indah yang juga sedang memandanginya dan tersenyum pada suster Indah. Mendapat senyuman manis dari dokter Adi, suster Indah menjadi salah tingkah.
...
"Jadi gimana keadaan Lia?" tanya suster Tia begitu suster Indah kembali ke ruang perawat.
"Dia hanya tertidur karena pengaruh obat." jawab suster Indah.
"Terus kenapa Lia kembali dengan kebiasaan lamanya duduk di pojok kamar?" tanya suster Tia lagi, ia tampak sangat penasaran.
"Kata dokter Adi, itu karena dia membiarkanya beberapa hari ini." terang suster Indah.
"Kan beberapa hari ini dokter Adi tidak mengunjungi Lia, cuma memberikan obat saja. Padahal selama ada di bawah pengawasan dokter Adi, semua obat-obat untuk Lia dari dokter sebelumnya dihentikan oleh dokter Adi sendiri, tapi sekarang dia yang meresepkan obat-obatan lagi. Sekarang juga dokter Adi sudah tidak memperhatikan Lia lagi." tambahnya.
"Ga kog! Aku sering lihat dokter Adi memeriksa keadaan Lia. Kalau ga salah setiap jam dua belas malam dia pasti ke kamar Lia." bantah suster Tia.
"Oh ya?!" seru suster Indah tak percaya.
"Memang ga lama sih, tapi setiap hari dokter Adi pasti ke sana kok!" ucap suster Tia meyakinkan.
"Tapi belakangan ini memang aneh sih suasananya, kamu merasa ga?" tanya suster Indah. Suster Tia mengerutkan keningnya.
"Padahal kan dokter Adi sudah berhasil sampai sejauh itu dengan metode pengobatannya, tapi tiba-tiba saja dia merubah cara pengobatannya. Kenapa coba?" tukas suster Indah.
"Iya juga ya! Coba besok pagi kita tanya pada Rina, ada apa sebenarnya." seru suster Tia.
...
Dokter Adi mengangkat kursi kayu yang berada di dekat jendela mendekati ranjang Lia dan ia duduk di kursi itu. Ia menandangi wajah Lia setiap inch-nya.
"Maafkan aku." gumamnya. Tampak sekali pada wajah dokter Adi kalau ia menyesali sikapnya yang membuat semuanya ini terjadi. Ia membelai rambut Lia dengan lembut.
...
Lia tersentak, ia membuka matanya dan terbangun dari tidurnya. Ia duduk di ranjangnya, ia memegangi kepalanya karena terasa sakit. Sesaat ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Sejak kapan aku berada di ranjang?" batinnya. Ia memeriksa sekelilingnya dan pandangannya terhenti pada sesosok yang ada di samping ranjangnya. Lia mendapati dokter Adi sedang terlelap di kursi kayu di samping ranjangnya. Perlahan tatapannya berubah, semakin lama tatapannya menjadi tajam dan ekspresi wajahnya pun menjadi dingin. Ia terlihat seperti membenci sosok yang menemaninya sepanjang malam itu.
Lia beranjak dari ranjangnya dan kembali pada tempat dan posisi kesukaannya. Ia berjalan ke pojok kamarnya dan menempatkan dirinya seperti biasanya. Lia merasa nyaman dengan keadaannya yang seperti itu.
...
"Pagi!" sapa suster Rina begitu masuk ke dalam ruang perawat.
"Rinaaa!!" seru suster Indah antusias menyambut kedatangan suster Rina.
"Huaaa.. ada apa ini?" tanya suster Rina curiga.
"Ada kejadian semalam!" ucap suster Indah memulai ceritanya.
"Kejadian apa?" tanya suster Rina penasaran.
"Lia kembali lagi dengan kebiasaan lamanya." sambung suster Tia.
"Kebiasaan apa?" Suster Rina tampak semakin penasaran.
"Itu loh, duduk di pojok kamarnya!" terang suster Indah.
"Hah?!" Suster Rina tampak terkejut.
"Jadi semalam ketika kami berkeliling memeriksa kamarnya, kami melihat Lia sudah seperti itu, padahal beberapa hari ini Lia sudah banyak berubah." ungkap suster Indah.
"Apa terjadi sesuatu sampai Lia seperti itu?" tanya suster Rina.
"Kalau kami sih seperti biasanya hanya memberi obat saja setiap malam." jawab suster Tia.
"Obat?" Suster Rina tampak bingung.
"Bukannya dokter Adi sudah menghentikan semua obat untuk Lia?" tukas suster Rina.
"Loh kamu ga baca catatan pemeriksaan Lia? Sudah lima hari dokter Adi meresepkan obat untuk Lia." ungkap suster Indah. Suster Rina langsung memeriksa catatan pemeriksaan Lia dan benar saja apa yang dikatakan kedua rekan kerjanya itu, tidak ada catatan apa pun selama 5 hari belakangan selain daftar obat yang harus di berikan pada Lia. Suster Rina menyesal tidak memperhatikan catatan pemeriksaan Lia selama 5 hari belakangan ini.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Yousee Bugsy
Kok dokter adi jadi gitu thor....
2020-10-24
0
Ruby Talabiu
gimna si thor dokter adi ngga profesional
2020-10-21
1