Suster Rina menyisir rambut Lia dengan lembut. Rambut lurusnya diikat dengan ikat rambut agar tampak lebih rapi. Suster Rina mempersiapkan Lia dengan baik karena hari ini dokter Adi akan melakukan pertemuan pertama kalinya dengan Lia.
"Hari ini dokter mau bertemu denganmu.." ucap suter Rina pelan.
"Kamu baik-baik ya sama dokter ini, dia orang baik kog.." lanjut suster Rina. Lia hanya diam, ia tidak merespon sama sekali, pandangan matanya pun kosong.
"Kali ini kamu harus menurut dengan dokter, ya supaya kamu bisa sembuh.." nasehat suster Rina.
"Aku berharap kamu bisa sembuh.." Suaranya terdengar lirih dan matanya tampak berkaca-kaca.
Suster Rina tersentak, tiba-tiba saja Lia menoleh kepadanya dan menatap matanya. Pandangan matanya tidak kosong seperti biasanya tetapi seakan Lia ingin menyampaikan sesuatu padanya.
...
"Dokter sudah siap dengan segala resiko yang mungkin terjadi dari reaksinya nanti?" tanya suster Rina di depan pintu kamar 208. Dokter Adi mengangguk dengan antusias.
"Aku malah sudah tidak sabar ingin tahu bagaimana reaksinya melihat dokter tampan sepertiku." canda dokter Adi. Suster Rina memicingkan matanya sambil memandangi dokter Adi.
"Berhenti bercanda!" ucap suster Rina pelan, walaupun pelan tapi ucapan suster Rina barusan terdengar seperti sebuah ancaman. Dokter Adi tertawa-tawa kecil.
"Saya akan masuk terlebih dahulu untuk mempersiapkan Lia, setelah itu baru dokter masuk." ucap suster Rina.
"Hei! Seharusnya aku yang memberi instruksi, aku kan dokternya!" protes dokter Adi. Suster Rina tersentak.
"Maaf." ucap suster Rina pelan, perlahan ia menundukan kepalanya. Dokter Adi malah terkekeh.
"Aku cuma bercanda! Aku akan menuruti apapun yang kamu perintahkan." bisik dokter Adi. Seketika jantung suster Rina seperti berhenti berdetak mendengar ucapan dokter Adi barusan.
"Berhenti menggoda saya!" ucap suster Rina dengan suara yang berbisik juga. Dokter Adi memalingkan pandangannya ke wajah manis suster Rina.
"Aku tidak menggodamu." seru dokter Adi.
"Aku sedang berbicara serius, Rin." tukas dokter Adi. Suster Rina menatap dokter Adi, wajah dokter Adi memang tampak sangat serius. Sesaat mereka hanya dapat saling mamandang tanpa berkata apa pun.
"Bisa kita mulai pekerjaan hari ini sekarang?" Lagi-lagi suster Rina memecahkan pembicaraan serius di antara mereka. Dokter Adi menghela nafas panjang, ia tampak kecewa pembicaraan tentang pribadi mereka harus terhenti.
Dokter Adi bergeser sedikit dari tempatnya berdiri agar suster Rina dapat masuk ke kamar 208.
"Bisakah kita berbicara seperti biasanya?" tanya dokter Adi dengan suara berbisik sesaat sebelum tangan suster Rina menyentuh handle pintu kamar 208.
"Semua yang ada di antara kita sudah berubah, Di. Kamu tidak melupakan apa yang sudah terjadi di antara kita, kan?!" tukas suster Rina, suaranya terdengar lirih. Mendengar suster Rina memanggil namanya membuat jantung dokter Adi berdebar-debar, sudah lama sekali dan ia sangat merindukan suara itu memanggil namanya.
Suster Rina segera masuk ke kamar 208 agar dokter Adi tidak lagi membahas masalah pribadi mereka.
"Lia.." sapa suster Rina pada pasien kesayangannya itu, tapi sayang pasiennya itu tidak memberikan respon dari sapaannya. Lia berada pada posisi favoritnya, duduk di pojok ruangan dengan memeluk kedua kakinya dengan kedua tangannya, untung saja suster Rina sudah mengikat rambutnya, kalau tidak rambut panjangnya pasti kembali menutupi wajah cantiknya itu. Perlahan suster Rina mendekati Lia, ia mengusap punggung Lia dengan lembut tapi lagi-lagi Lia tidak memberikan reaksi apa-apa.
"Lia, hari ini kita mulai pengobatannya ya!" bisik suster Rina.
"Dokter Adi mau menemuimu sekarang, kamu harus mengikuti apa yang diperintahkanya agar cepat sembuh, oke?!" lanjutnya. Suster Rina memberi aba-aba agar dokter Adi masuk ke ruangan itu dengan perlahan agar Lia tidak terkejut.
Dokter Adi berdiri di belakang suster Rina dan perlahan suster Rina bergeser agar dokter Adi dapat mendekati Lia, kini dokter Adi berdiri tepat di samping Lia. Lia belum menyadari kehadiran dokter Adi.
"Selamat siang, Lia." sapa dokter Adi lembut. Tidak di sangka-sangka, Lia menoleh ke arah dokter Adi, wajah dokter Adi dekat sekali dengan wajah Lia. Sejenak mereka saling memandang, kali ini pandangan Lia tidak kosong seperti biasanya, ia menatap dokter Adi dengan seksama. Sebuah respon yang baik! Suster Rina tidak menyangka kalau Lia memberikan respon yang baik pada dokter Adi, ini pertama kalinya Lia memberikan respon baik pada seorang laki-laki.
Dokter Adi mencoba menebar senyum manisnya kepada Lia, dengan cepat Lia memalingkan pandanganya dari dokter Adi, ia menundukan kepalanya dan matanya terpejam. Tubuh Lia mulai bergetar dan nafasnya mulai tidak beraturan.
"Lia.. saya dokter Adi, saya yang akan membantumu agar bisa sembuh." terang dokter Adi.
"Mmmm..." Lia mulai menangis, tubuhnya bergetar hebat. Lia mempererat dekapan pada kakinya seakan ia takut kalau ada yang akan menyentuh kakinya. Suster Rina hendak menenangkan Lia tapi dokter Adi menahannya.
"Biar aku saja!" ucap dokter Adi tegas.
"Lia.." panggil dokter Adi. Perlahan tangannya menyentuh lengan Lia dengan lembut, Lia terdiam tubuhnya pun berhenti bergetar. Dokter Adi dan suster Rina saling berpandangan, tapi tiba-tiba..
"Bruuk!" Dokter Adi dan suster Rina terkejut, tubuh Lia terkulai lemah di hadapan mereka, Lia tiba-tiba saja tidak sadarkan diri.
Dokter Adi menggendong Lia dan membaringkan tubuhnya di ranjangnya, dengan sigap dokter Adi memeriksa kondisi Lia.
"Traumanya sangat dalam.." ucap dokter Adi pelan.
"Mmm.." gumam suster Rina, tanpa disadari air matanya mengalir. Suster Rina memegang kening Lia.
"Dok, Lia demam.." serunya. Dokter Adi tersentak, ia langsung memeriksa suhu tubuh Lia.
"Pasangkan infus!" perintah dokter Adi. Suster Rina bergegas mengambil peralatan medis dan melakukan apa yang di perintahkan dokter Adi.
...
Suster Rina berjalan perlahan meninggalkan rumah sakit, ia sudah selesai menjalani shift-nya hari ini.
"Tiin.." Tiba-tiba sebuah mobil berwarna maroon berhenti di sampingnya, suster Rina menghentikan langkahnya. Perlahan kaca jendela mobil itu turun dan ternyata ada dokter Adi di dalam mobil itu.
"Rina.." panggil dokter Adi dari dalam mobil, suster Rina hanya tersenyum untuk merespon panggilan dokter Adi.
"Ayo naik, aku antarkan pulang!" ajak dokter Adi. Suster Rina menggeleng.
"Terima kasih, dok tapi saya pulang naik angkutan umum saja." tolak suster Rina.
"Kalau kamu tidak mau aku antar, aku akan mengikuti kamu terus jadi tidak akan ada angkutan umum yang akan berhenti!" ancam dokter Adi. Dengan terpaksa akhirnya suster Rina masuk ke dalam mobil milik dokter Adi itu.
"Kamu masih sama seperti dulu ya, semua yang kamu inginkan harus didapatkan!" tukas suster Rina sambil memasang seat belt-nya.
"Aku kan sudah pernah bilang, aku masih Adi yang dulu, hanya tubuhku yang bertambah besar!" canda dokter Adi.
"Pemilik hatiku pun masih orang yang sama.." ucap dokter Adi pelan.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Alfan Salim
sama" diperkosa sampek bingung mna yg pacarnya adi
2022-01-12
0
Kim Yoona
masih penasaran siapa pacarnya adi yg didalam mimpi rina apa lia?
2021-09-07
1
Indrijati Saptarita
semoga yg dimimpi dokter adi bukan suster rina... duuhhh kasihan lah, diperkosa depan hidung nya tanpa bisa nolongin...
2021-07-23
1