Pulang

Jihan mengepalkan tangannya. Harga dirinya merasa terusik. Ia yang di dunia nyata selalu disegani oleh teman-teman kampusnya baik pria dan wanita, karena kepintaran dan sosoknya yang tegas, sekarang harus berlutut di depan seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya. Bahkan saat ini pria itu membentak dan mengusirnya.

Jihan berdiri dan mengangkat dagunya. Ia memandang lurus pada Barra, "Baiklah Barra, yang terhormat. Aku akan pergi dari mansionmu yang indah ini. Mungkin aku memang tidak pantas berada di mansionmu. Aku permisi." Jihan membalikkan badan dan berjalan lurus ke arah kamarnya.

B : Apa yang anda lakukan, Nona?

Suara gaib itu langsung terdengar saat Jihan menutup pintu kamarnya.

J : Aku sudah ga tahan B. Pria itu sombong sekali.

B : Tapi anda tahu kan konsekuensinya, jika Tuan Barra tetap mencintai Nona Violet?

J : Ya, aku ga akan bisa kembali ke duniaku

Jihan berkata malas, karena hal itu selalu diulang-ulang oleh suara gaib itu.

B : Benar. Selain itu, anda akan membusuk di penjara seumur hidup, Nona.

J : Heh?

Jihan terjingkat dari duduknya.

B : Apa saya belum mengatakannya?

Jihan mencoba mengingat-ingat saat Lidia menceritakan kisah novel favoritenya. Matanya terbelalak saat mengingat cerita Lidia sesaat sebelum ia jatuh dari tangga.

“Lagi seru-serunya itu, Han. Violet mau dibunuh sama si kuntilanak Luna. Dia di racun hampir mati. Untung pelayan Tuan Barra lihat waktu Violet sesak ga bisa nafas di taman belakang.”

“Mampuusss lu, Lunaa! Membusuk kamu di penjara.”

“Tuan Barra kereen, bahagianya Violet dapet suami idaman."

Ocehan Lidia melintas satu persatu di kepala Jihan.

Jadi di akhir cerita tokoh Luna akan dipenjara seumur hidup dan Violet hidup bahagia bersama Barra. Jihan membatin dalam hati.

Jihan memegang pipinya dengan kedua telapak tangannya.

J : Aku ga mau terjebak dalam penjara di dunia khayal ini, B!

Terjebak dalam dunia khayal penulis saja sudah menyeramkan, apalagi dalam penjara dunia khayal. Apapun bisa terjadi sesuai dengan keinginan penulis.

B : Maka bertindaklah. Waktu terus berjalan, Nona."

J : Tapi mana mungkin aku tega membunuh Violet? Aku bukan Luna, aku bukan pembunuh. Kalau aku tidak melakukan itu, cerita berubah bukan?

B : Semua sudah tertulis di dalam novel, apapun bisa terjadi. Berusahalah lebih keras lagi, Nona.

J : Aarrgghhh, aku jadi ingin tahu siapa penulis cerita gila ini!

B : Nona anda mulai lagi

J : Maaf

Jihan menunduk lesu. Ia bingung apa yang harus ia lakukan lagi untuk membuat Barra jatuh cinta pada Luna, wanita yang dibenci suaminya setengah mati.

"Nona, ada apa? Penjaga bilang kita harus segera angkat kaki dari mansion ini." Millie tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar.

"Penjaga sudah mengusir kita?" tanya Jihan tak percaya jika Barra seserius itu menanggapi kejadian ini.

"Baiklah." Jihan bangkit dari duduknya. Ia langsung mengisi kembali kopernya yang baru saja ia keluarkan isinya.

"Nona?" Millie menatapnya dengan pandangan kasihan.

"Sudahlah, Millie. Kita hanya pindah tempat." Jihan memandang pelayannya dengan tersenyum.

Tiba-tiba ia merasakan ada air yang menetes dari matanya. Jihan mengusap pelan air mata yang jatuh di pipinya.

Luna ... apakah kamu sedih? Ayolah Luna jaga harga dirimu. Kamu cantik, kaya, menarik. Untuk apa kamu mengharapkan cinta dari pria yang tidak menginginkanmu. Jihan mengusap dadanya yang terasa sesak.

"Nona." Millie memeluk Jihan yang terus meneteskan air mata.

"Aku ga apa-apa, Millie." Jihan mencoba tersenyum walau hatinya masih terasa sesak.

Sudahlah, Luna. Jangan lagi kau tangisi pria brengsek itu. Aku akan berusaha membuat hidupmu bahagia dan tidak berakhir di penjara.

Jihan berjalan keluar kamar sambil mendorong kopernya, dengan diiringi oleh berbagai macam tatapan para pelayan.

Tangannya dan tangan Millie penuh oleh barang, tapi tidak satupun pelayan yang berani membantunya.

Barra berdiri di ambang pintu masuk dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Sedangkan Violet duduk di atas kursi roda dekat dengan Barra. Jihan memutar kedua bola matanya melihat bagaimana Violet diperlakukan.

Dengan langkah tegap dan dagu terangkat, Jihan berjalan mendekati Barra.

"Aku pamit, terima kasih," ucap Jihan singkat lalu berjalan kembali.

"Tunggu!" Jihan menghentikan langkahnya lalu berbalik. Apakah ia akan menahan kepergianku? Batin Jihan berharap.

"Aku harap kamu tidak bercerita macam-macam tentang aku pada Ayahmu, Luna."

"Macam-macam apa yang kau maksud, Barra."

"Jika ayahmu tahu kalau kita bertengkar dan aku mengusirmu, pasti ia akan meminta kita berpisah. Kamu tidak mau hal itu terjadi bukan?"

Jihan melebarkan matanya sesaat mendengar kalimat Barra yang terdengar sangat percaya diri.

"Apa menurutmu aku akan menyesal jika berpisah denganmu, Barra? ... jangan terlalu percaya diri." Jihan berbisik di telinga Barra.

Lalu ia berbalik dan tanpa menoleh lagi, dan segera menaiki mobil yang sudah disiapkan Barra untuk mengantarnya kembali ke mansion milik ayahnya.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" Millie kembali bertanya saat mereka ada dalam perjalanan pulang.

"Aku baik-baik saja, Millie. Kamu jangan khawatir." Jihan mengulas senyuman.

Sebenarnya ia sedang khawatir akan nasib hidupnya di dunia khayal ini. Petunjuk yang ia punya sangat sedikit. Ia bukan pembaca novel roman, jadi agak sedikit kebingungan bagaimana cara agar pria tertarik pada seorang wanita.

Namun ia lupa akan satu hal, ayahnya akan murka jika tahu alasan ia pulang kembali ke mansion. Kendaraan yang mengantarnya sudah terlanjur sampai, dan ia lupa mempersiapkan jawaban dan membuat kesepakatan dengan Millie jika ditanya oleh ayahnya.

"Lunaaa." Teriakan ayahnya memanggil namanya begitu ia turun dari mobil.

"Kamu mau menjenguk ayah kenapa ga bilang dulu?" Ayahnya berjalan cepat menghampiri dirinya dengan tangan terbuka ingin memeluknya.

Langkah ayah melambat saat melihat satu persatu barang bawaan di turunkan dari dalam mobil.

"Apa-apaan ini, Luna?" suara ayah mulai meninggi.

"Bukan apa-apa, ayah." Jihan memeluk tubuh ayah Luna untuk meredakan amarahnya.

"Jangan berbohong! ... Millie, katakan!"

"Eh, em ... itu Tuan muda Barra ... mengusir Nona," ucap Millie tertunduk takut menatap Nona mudanya.

"Baj*ingan!" Wajah ayah Luna merah padam menahan amarah.

"Ayah, itu hanya pertengkaran kecil. Setelah itu pasti kami akan kembali mesra. Selain itu aku rindu sama, Ayah." Jihan menggiring ayah Luna masuk ke dalam mansion.

"Luna, ayah tidak akan tinggal diam kalau kamu disakiti oleh Barra. Asal kamu tahu, jika bukan karena kamu ingin bunuh diri ditinggal pria itu menikah dengan Violet, ayah tidak akan merelakan kamu menjadi istri kedua." Ayah Luna menatapnya dengan sorot penuh kesakitan.

Jihan akhirnya menyadari latar belakang ayah Luna membiarkan putri satu-satunya menjadi yang kedua bahkan rela disia-siakan oleh pria yang dicintainya.

Luna, aku tidak akan membiarkan ayahmu bersedih lagi.

...❤❤...

Follow IG : Ave_aveeii

Halaman FB : Cerita Aveeii

Jangan lupa yaa 🙏

Love/favorite ❤

Komen bebas asal santun 💭

Like / jempol di setiap bab👍

Bunga 🌹

Kopi ☕

Rating / bintang lima 🌟

Votenya doong 🥰

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

ternyata Luna itu sosok wanita konyol ya bodoh krn cinta... pr berat buat kamu ini Jihan..

2023-12-11

0

Red Velvet

Red Velvet

B tidak ubahnya seperti alarm pengingat untuk apa dan bagaimana Luna agar bisa keluar dari dunia itu, kalau untuk membantu rasanyangak ada deh🤔

2023-03-30

0

est

est

kok aku paling benci ma si B bonyok ya biar orang menetuka nasip sendiri ngapa harus diatur2

2022-09-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!