Istri yang baik

"Apa yang kamu lihat, hmm?" Barra memeluk pinggang Violet dari arah belakang.

"Aah, Sayang, kamu mengagetkanku," ucap Violet manja, "Aku lagi memperhatikan istri barumu," lanjutnya lagi dengan nada merajuk.

"Istri itu hanya sekedar sebutan bagi dia, Sayang. Hatiku hanya diisi olehmu." Barra mengecup pipi Violet dan turun ke lehernya.

Suara mendesah dari bibir Violet menarik perhatian Jihan dan Millie.

"Kalian berdua sudah lapar?" tanya Jihan seraya mendekapkan kedua lengannya di dada. Tak lupa senyuman palsu terpasang di bibirnya.

"Hah?" Wajah Barra yang masih dipenuhi hasrat terangkat dari ceruk leher Violet. Sedangkan wanita di dekapannya itu justru mengulas senyum kemenangan.

"Aku sepertinya tadi mendengar suara erangan kelaparan, ternyata kalian berdua." Jihan tertawa pelan.

"Silahkan kalian berdua tunggu di meja makan ya, sebentar lagi semuanya siap," ujar Jihan dengan tersenyum manis. Setelah itu ia membalikkan badan dan seketika itu senyuman palsu menghilang.

"Saya bantu boleh?" Tanpa Jihan duga Violet malah berjalan masuk ke dalam dapur.

"Ga perlu Vio, lebih baik kamu tunggu di meja makan bersama Barra, biar aku dan Millie meneyelesaikan semua ini," tolak Jihan.

"Tak apa, Luna aku senang memasak. Bahkan Barra suka dengan masakan buatanku, benar begitu sayang?" Violet bergelayut manja di lengan Barra.

"Benar sekali, masakan Vio memang tidak ada duanya. Aku justru meragukan bisa menelan masakan buatanmu Luna," ujar Barra dengan senyuman mencemooh, "Benar sayang, lebih baik kamu temani dia memasak, aku takut ia menaruh racun di makanan kita," bisik Barra mesra di telinga Violet.

Jihan mencengkram spatula di tangannya, senyum palsunya masih ia pertahankan di bibir seksinya. Millie memperhatikan interaksi mereka bertiga dengan pandangan khawatir.

"Jangan begitu, Sayang. Aku yakin Luna juga pintar memasak, kamu tunggu di meja makan ya." Violet mendorong pelan tubuh Barra.

"Oke, Luna apa yang kita masak kali ini?" tanya Violet seraya mengikat celemek di pinggangnya.

Jihan memperhatikan dengan seksama tutur kata, raut wajah dan tingkah laku Violet. Di akuinya, istri pertama Barra ini cantik dan anggun. Mungkin jika ia tidak berada di dalam tubuh Luna dan tidak punya misi menyingkirkan Violet, ia juga akan kagum dan menyukai wanita ini.

"Kita sedang masak iga domba bakar saus zutini, sup jamur kacang dan salad sayur saus kacang," papar Jihan.

"Saus Apel, Non." Millie terkikik.

"Oh ya, saus apel," sahut Jihan malu.

"Bagaimana rasanya?" tanya Violet saat sedang mengaduk salad sayur dengan saus apel.

"Eh? aku belum mencicipinya Vio," sahut Jihan.

"Maksud aku, bagaimana rasanya merebut pria milik wanita lain," ujar Violet tenang dengan tatapan masih terarah pada mangkuk salad.

B : Hati-hati, Nona.

"Maaf, Vio jika aku harus menyakiti hatimu." Jihan memilih kata-kata yang aman, karena ia belum tahu sepak terjang wanita di sebelahnya ini.

"Aku harap kamu cukup puas hanya dengan status Luna, jangan berharap akan cinta apalagi harta." Kalimat yang diutarakan Violet terdengar bernada ancaman ditelinga Jihan.

"Ow, jangan khawatir Vio, harta milik Ayahku jauh lebih besar dari milik Barra, kamu sendiri tahu bukan? tapi untuk soal cinta ... maaf Vio, aku tidak bisa. Aku akan berusaha sekuat yang aku bisa, walaupun hanya mendapatkan tempat 1% di hati Barra," ujar Jihan seraya menghadap ke arah Violet.

Sengaja Jihan mengeraskan suaranya, karena ia tahu ada sepasang telinga yang mendengar di balik jendela dapur.

"Terus berusahalah yang keras, Luna. Aku harap kamu tidak cepat merasa kecewa, karena hati Barra sudah menjadi milikku 1000%," ucap Violet angkuh.

"Jangan khawatir Violet, aku tidak akan menyerah. Perlu kamu ingat, aku tidak merebut lelakimu, tapi aku hanya meminta engkau sedikit berbagi," Jihan mendekatkan wajahnya ke wajah Violet, "Aku yakin semua pria pasti lebih senang mempunyai dua wanita yang sangat mencintainya dari pada hanya satu ... monoton," bisik Jihan.

Prraakk!

Violet melempar sendok salad ke dalam bak cuci piring.

"Kenapa, Vio?" tanya Jihan pura-pura terkejut, "Oww, jangan marah sayang, bukankah kita sekarang saudara?"

"Aku tidak sudi punya saudara sepertimu," seru Violet.

"Aah, Vioo? Kamu menyakiti perasaanku." Jihan memegang dadanya.

"Jangan berpura-pura lagi Luna! Aku tau sifat busukmu."

"Tidak adakah kesempatan bagi aku untuk berubah, Vio? Barra mau menikahiku itu adalah satu-satunya kebahagiaanku yang paling tinggi melebihi apapun. Aku juga ingin menjadi istri yang baik untuk Barra, sama sepertimu." Jihan merasa mual mendengar perkataannya sendiri.

"Pembual!" Violeta membuka celemeknya dan melemparnya begitu saja lalu keluar dari dapur dengan wajah terlipat.

"Hanya segitu saja?" Jihan tertawa kecil.

"Nonaaa hebat bisa menahan emosi," puji Millie.

"Capek kalo harus marah-marah terus, Millie. Lebih enak gini, tenang."

"Iya Non, benar apa yang Nona Luna bilang tadi. Sudah menikah dengan Tuan Muda Barra, lalu mau apa lagi. Saya yakin Nona sudah bahagia, sekarang Nona hanya berusaha meyakinkan Tuan Muda Barra kalau Nona benar mencintainya," ujar Millie bersemangat.

"Kamu benar, Millie," sahut Jihan. Tujuanku bukan hanya mendapatkan cinta Barra, tapi menyingkirkan Violet agar aku bisa kembali ke dunia nyata, Millie. lanjut Jihan dalam hati.

B : Cerdik sekali, Nona. Anda pelan-pelan sudah membuka sifat asli Nona Violet.

J : Ah, biasa aja B

B : Jangan terlalu cepat puas, Nona. Ingat target utama anda untuk kembali ke dunia nyata adalah membuat Barra mencintai anda melebihi Nona Violet.

J : Aku tau, B. Lalu apa saranmu agar aku lebih cepat menyelesaikan misiku? Aku sudah lelah berpura-pura di depan mereka.

B : Saran saya ... Tetaplah berusaha, jangan menyerah

Seperti biasa suara gaib itu berangsur-angsur menghilang dengan suara tawa yang menjengkelkan.

"Sial!"

"Kenapa, Nona?"

"Ee ... enggak, ini iga kenapa susah dipotong," keluh Jihan kesal.

"Biar saya aja. Nona bisa langsung menyusul Nona Violet dan Tuan Muda Barra ke meja makan."

"Baiklah, aku bawa anggurnya, ya." Jihan membawa dua botol anggur mahal dan tiga buah gelas tinggi.

"Maaf lama," ujarnya manis. Jihan duduk di hadapan Violet. Wanita itu sudah memasang wajah ramahnya, beda saat berada di dapur.

"Kita minum dulu?" tawar Jihan.

"Boleh," timpal Barra.

"Biar aku saja yang menuangkan untuk suamiku, Luna." Violet mencekal pergelangan tangan Jihan saat ia ingin menuangkan anggur pada gelas Barra.

"Barra sekarang suamiku juga, Vio. Ijinkan aku melayaninya," ucap Luna dengan nada memohon.

Vio melirik ke arah Barra, seolah ingin meminta dukungan agar tidak mengijinkan Luna menuangkan anggur untuknya.

"Benar, Luna. Biar Vio yang melayaniku."

"Oww, Barra, tolonglah hanya ini saja. Biar Vio nanti yang mengambilkan makan, jadi kami bisa saling bergantian."Jihan menatap mata Barra penuh harap.

...❤❤...

Mampir ke karya teman aku yuk

Follow IG : Ave_aveeii

Halaman FB : Cerita Aveeii

Jangan lupa yaa 🙏

Love/favorite ❤

Komen bebas asal santun 💭

Like / jempol di setiap bab👍

Bunga 🌹

Kopi ☕

Rating / bintang lima 🌟

Votenya doong 🥰

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

shanghai ini sebagai ujian kesabaran utk mu Jihan... kamu yg terbiasa frontal, bar-bar ...nikmati alurnya.. ya walau aku sendiri yg baca juga ikut emosi dgn sikap dan ucapan Barra juga Vio.. 🙄🙄

2023-12-11

0

Red Velvet

Red Velvet

Gregetan tp bukan ke arah yg marah, lebih ke perasaan pengen ngakak guling2😁

2023-03-30

0

May Sarah

May Sarah

sukaa bangett dg ceritanya kak... sukses slalu 💪💪

2022-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!