Orang pintar berkata kalau seorang raja diawasi ribuan pasang mata. Entah itu saat sedang duduk di pengadilan, saat berbicara, berjalan, makan, minum, bahkan mandi dan buang air pun juga tidak luput dari pengawasan. Seorang raja juga tidak memiliki banyak pilihan untuk kehidupan pribadinya sendiri, entah itu urusan cinta, keluarga, atau teman. Seorang raja juga selalu dituntut untuk tetap berhati-hati dan waspada di setiap waktu. Seorang raja tidak bisa mempercayai seseorang secara penuh.
Kehidupan yang sangat tidak nyaman seperti itu adalah harga yang harus dibayar oleh orang yang duduk di atas takhta. Tidak peduli seberapa hebat pun dia memerintah, tidak peduli seberapa kuat pun kemampuan yang dia miliki, seorang raja tetap tidak bisa memiliki kebebasan. Seorang raja adalah sebuah manekin hidup yang dipuja di singgasana, namun dicela ketika kuasanya tidak mampu menjangkau hati rakyat dan pejabat.
Pemikiran seorang raja juga harus selalu tajam. Dia harus bisa menganalisa keadaan dan bertindak sesuai situasi serta harus bisa merencanakan sesuatu secara matang. Tidak ada yang mudah bagi seorang raja. Bahkan dalam menjatuhkan hukuman pun, hanya mudah diucapkan saja, tetapi sangat berat dalam pertimbangannya.
Tindakan Murong Qin yang merobohkan Paviliun Baihua dalam semalam telah menjadi topik yang hangat dibicarakan di kalangan para pejabat eselon empat. Kebanyakan dari mereka menyayangkan tindakan Kaisar mereka yang telah melakukan sesuatu tanpa berdiskusi terlebih dahulu. Bagaimana tidak, selama ini Paviliun Baihua dikenal sebagai rumah bordil paling terkenal di Kota Yongji. Di sana, tidak hanya para bangsawan hidung belang yang bersenang-senang, para pejabat yang memiliki kekuasaan dan kekayaan besar juga sering menggunakan tempat tersebut untuk berdiskusi ditemani wanita cantik dan alkohol.
Sekarang, tempat itu sudah roboh dan semua wanita cantik di sana dijadikan pelayan, otomatis aktivitas rutin setiap malam mereka juga terhenti. Secara tidak langsung, mereka telah kehilangan sumber informasi yang berharga. Mereka tidak lagi bisa melakukan transaksi secara sembunyi-sembunyi.
Pada sidang pengadilan hari ini, Murong Qin dicerca berbagai pertanyaan dari para menteri. Kabar perobohan gedung yang terjadi semalam menyebar luas dengan cepat. Mungkin, orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut memberitahu teman mereka, lalu teman dari teman mereka, lalu teman, dari teman dari teman mereka, atau keluarga mereka, atau atasan mereka, atau siapapun yang mereka temui di jalan. Lihat, bahkan para menteri yang biasanya sibuk dengan pekerjaan mereka saja menanyakan ini. Apa mereka benar-benar senggang?
Untung saja, Murong Qin mampu mengatasi para menteri hingga mereka merasa sungkan bertanya kembali. Dengan kepandaiannya, Murong Qin menjawab semua pertanyaan para menteri dengan cerdas. Alasan yang dia lontarkan juga terbilang logis, hampir tidak memiliki kejanggalan sama sekali.
Saat Perdana Menteri Xu menyebut nama Wei Linglong dalam peristiwa semalam, air muka Murong Qin agak sedikit berubah. Auranya sebagai Kaisar Mingzhu yang dingin menguar, menyebar ke seluruh penjuru aula. Menteri lain yang nyalinya tidak besar memilih menunduk. Hanya saja Perdana Menteri Xu ini yang terlalu berani. Kasim Liu yang berdiri di samping singgasana hanya bisa menunduk.
“Yang Mulia, apakah benar Nona Wei, putri Jenderal Besar Yun menjadi wanita penghibur di Paviliun Baihua?” tanya Perdana Menteri Xu. Bicaranya yang arogan membuat Murong Qin jengah. Kalau saja dia bukan Perdana Menteri, Murong Qin mungkin sudah mengirimnya sebagai bupati ke daerah terpencil.
“Siapa Nona Wei?” Murong Qin bertanya balik.
“Putri Jenderal Yun, Nona Besar Wei Linglong, adik dari Adipati Jing,” jawab Perdana Menteri Xu.
“Tidak perlu kau terangkan sedetail itu.”
“Yang Mulia, apakah kabar tersebut benar?”
“Tidak.”
“Maksud Yang Mulia?”
“Aku tidak bisa menjawabmu karena aku tidak tahu siapa Nona Besar Wei.”
“Ah?”
Menteri Personalia kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Perdana Menteri Xu, “Perdana Menteri, sekarang dia adalah Selir Chun.” Perdana Menteri Xu kemudian meralat ucapannya.
“Maksud hamba, Selir Chun, Yang Mulia.”
“Memangnya apa yang dia lakukan?”
“Bukankah Selir Chun melarikan diri dari istana, kemudian dia sampai di Paviliun Baihua dan menjadi wanita penghibur di sana?”
“Tidak.”
“Yang Mulia,”
“Aku sudah bilang hanya salah paham.”
“Apakah Yang Mulia sudah memeriksanya dengan jelas?”
“Menurutmu apa selir kecil sepertinya berani berbuat macam-macam?”
Pertanyaan menohon Murong Qin dibarengi dengan tatapan tajam. Niat Perdana Menteri Xu jelas terlihat sekali. Semua orang di istana sudah sangat tahu kalau Perdana Menteri Xu memiliki ketidaksukaan kepada Jenderal Yun. Saat Jenderal Yun pulang dari peperangan dan bersiap menerima penghargaan dari Murong Qin, Perdana Menteri Xu memilih tidak hadir pada hari tersebut.
Konflik antara Perdana Menteri Xu dan Jenderal Yun bermula pada tiga tahun lalu. Saat itu, Jenderal Yun meminta tambahan pasukan untuk membantu pertempuran melawan bangsa asing di wilayah utara, namun dipersulit Perdana Menteri Xu dengan alasan bahwa pasukan yang tersisa harus digunakan pada saat yang sangat genting. Padahal, saat itu keadaan ibukota sedang aman sementara rakyat di wilayah utara sedang sengsara karena serangan dari bangsa asing.
Jenderal Yun yang saat itu berada dalam kebimbangan terpaksa menggunakan pasukan keluarga Wei dan meminta bantuan dari Jenderal Yongning serta meminjam sepuluh ribu pasukan militer darinya. Barulah setelah bertempur selama satu minggu, wilayah perbatasan utara dapat dikuasai kembali dan seluruh rakyatnya diberikan pertolongan. Utusan Jenderal Yun kembali ke ibukota membawa berita kemenangan dan meminta Kaisar Mingzhu untuk memberikan bantuan berupa ransum dan gandum agar para rakyat di wilayah utara tidak kelaparan.
Kemudian pada saat Jenderal Yun kembali ke ibukota, dia disambut dengan meriah. Dia juga sering hadir di pengadilan istana, membahas keadaan negara bersama para menteri. Pada suatu masa di tahun keduanya kembali, Jenderal Yun diminta meminjamkan pasukan militer untuk menangkap bandit-bandit gunung atas permintaan Perdana Menteri Xu. Jenderal Yun kemudian menolak permintaan tersebut karena pasukan militer bukanlah pasukan penjaga keamanan yang bertugas menangkap pencuri.
Mereka berjuang hidup dan mati di medan perang, tidak boleh melakukan pekerjaan yang bukan tugas mereka. Menangkap bandit seharusnya dilakukan oleh pasukan Biro Keamanan Kota yang berada di bawah naungan Kementrian Keamanan. Jenderal Yun menganggap Perdana Menteri Xu terlalu merendahkan tantara militer yang dia pimpin. Bahkan Kaisar juga setuju dengan pemikiran Jenderal Yun. Sejak itulah, ketegangan antara Jenderal Yun dan Perdana Menteri Xu semakin memuncak. Mereka sering berseberangan pendapat ketika berada di pengadilan.
Tidak ada yang tahu pasti mengenai dendam terselubung apa yang dimiliki Perdana Menteri Xu kepada Jenderal Yun. Mereka semua memilih tidak ikut campur karena sama-sama bimbang. Baik Jenderal Yun maupun Perdana Menteri Xu, dua-duanya adalah orang yang menjadi penyokong besar dalam pemerintahan Kaisar Mingzhu. Mereka sama-sama memiliki kontribusi besar dalam kemakmuran rakyat Dinasti Yuan.
Murong Qin yang penglihatannya tajam tentu saja mengetahui hal ini. Akan tetapi, dia memilih menjadi penonton saja, dia ingin melihat sejauh mana Perdana Menteri Xu dan Jenderal Yun melanjutkan ketegangan mereka. Murong Qin bisa menerima fakta kalau keduanya bermusuhan, tetapi jika sampai melibatkan orang yang tidak berdosa seperti keluarga, dia tidak bisa tinggal diam.
“Yang Mulia, dia adalah putri Jenderal Yun. Meskipun Jenderal Yun sudah pensiun, tetapi dia menempatkan putrinya di istana, bahkan hendak melarikan diri. Yang Mulia, bagaimana jika Selir Chun adalah mata-mata?”
“Katakan sekali lagi!” bentak Murong Qin.
“Yang Mulia, mohon mengertilah kekhawatiran hamba.”
“Dia pergi bersamaku. Perdana Menteri, apa sudah jelas?”
“Ah?”
“Kenapa? Apa aku tidak boleh berjalan-jalan bersama selirku?”
Melihat Kaisar Mingzhu-nya begitu melindungi Wei Linglong, Perdana Menteri Xu akhirnya memutuskan untuk mundur terlebih dahulu. Suasana hati Murong Qin tiba-tiba berubah buruk hanya karena dia menyebutkan namanya dan mengungkit kejadiannya. Kaisar Mingzhu yang sekarang sudah berbeda dengan yang dulu. Matanya lebih tajam daripada mata panah dan kata-katanya lebih kejam dan menohok jika ada yang membuatnya tidak senang.
Lebih baik, Perdana Menteri Xu mengalah terlebih dahulu.
Murong Qin lantas berusaha menata emosinya kembali. Pengadilan hari ini tampak sangat membosankan. Bukan hanya persoalan semalam, tetapi juga karena hari ini, adinya, Murong Yan, yang lahir dari perut Ibu Suri mengirim surat bahwa dia akan kembali ke ibukota usai menempuh studi di luar ibukota selama dua tahun terakhir.
Ketika seorang anak dari Permaisuri Kaisar sebelumnya ada di ibukota, apalagi membawa pencapaian luar biasa, mau tidak mau pengadilan akan sedikit goyah. Perubahan bisa saja terjadi. Murong Qin memang tidak pernah bermusuhan dengan Murong Yan karena dia tahu bahwa posisinya sebagai Kaisar tidak akan mungkin digantikan oleh Murong Yan meskipun dia adalah putra Ibu Suri. Murong Qin hanya tidak suka karena Murong Yan secara tidak langsung membuatnya terikat dengan Ibu Suri pada saat-saat tertentu.
Tetapi siapa yang tahu isi hati manusia?
Terutama para pejabat ini. Hati mereka kerap kali goyah setiap kali perkataan mereka tidak dituruti. Murong Qin selalu bersikap waspada pada seluruh keluarga kerajaan karena begitulah sifat alami dari seorang Kaisar. Dia selalu punya keyakinan kalau seseorang pasti sedang merencanakan sesuatu untuk menggulingkan dirinya dengan memanfaatkan posisi Murong Yan.
Satu-satunya hal yang tidak dia khawatirkan adalah sifat Murong Yan. Adiknya itu bersifat terbuka dan selalu mengatakan isi hatinya secara langsung. Dia tidak mempunyai obsesi terhadap kekuasaan, tidak menuntut hak apapaun. Murong Yan hanya meminta hidupnya diselamatkan saja, tidak diganggu oleh penjahat politik. Studinya ke luar ibukota pun sebenarnya untuk menghindari provokasi dari mereka yang akalnya licik.
Jadi, Murong Qin menyetujui kepergiannya. Hari ini dia mendapat surat kabar dari Murong Yan, namun hatinya malah terasa kusut. Situasinya sekarang agak berbeda dengan satu tahun lalu. Sekarang, Murong Qin memegang kendali pasukan militer yang diserahkan oleh Jenderal Yun dan dia secara tidak langsung telah menguatkan posisinya sendiri sebagai Kaisar Dinasti Yuan. Ibu Suri yang pendendam itu pasti tidak akan tinggal diam. Murong Qin khawatir kalau Murong Yan akan kembali diperalat oleh ibu kandungnya sendiri.
Emosinya tidak kembali ke semula. Murong Qin lantas membubarkan pengadilan padahal waktunya belum berakhir. Kasim Liu mengerahkan seluruh tenaganya untuk berteriak, "Bubar!" dan dalam waktu beberapa menit, seluruh aula pengadilan langsung menjadi kosong.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-10-20
1
Putri
dialognya di tambah thor jangan hanya narasi
💪💪
2022-05-18
4
Ayla nur
up lagi thor
2022-04-21
3