Pagi ini, Wei Linglong menyuruh Xiaotan memetik tomat dan kubis yang sudah siap panen. Hasil kebunnya itu dimasukkan ke dalam sebuah keranjang yang dibuat dari anyaman bambu. Musim gugur sudah tiba, hasil tani rakyat di sini pasti sedang sedikit. Wei Linglong memanfaatkan kesempatan ini untuk meringankan beban mereka sekaligus mencari keuntungan.
Dia menyuruh kasim pengurus Istana Dingin pergi menjual hasil panen ke pasar di ibukota. Kali ini, Wei Linglong tak lagi memasang harga tinggi yang disertai bualan mengatasnamakan Kaisar Mingzhu. Dia juga sengaja tidak keluar karena takut kebunnya dirusak orang. Selain itu, dia juga harus melakukan penanaman kembali di bekas lahan yang sudah dipanen.
Murong Yu, bocah manis yang membuat hatinya luluh kembali ke sana untuk bermain. Meskipun usianya baru enam tahun, tapi cara bicaranya sungguh hebat. Murong Yu sangat pandai, cekatan dan bersemangat.
Selama Wei Linglong berada di kebun sayuran, Murong Yu tak henti-hentinya bertanya padanya perihal sayuran-sayuran yang ditanam di Istana Dingin. Rasa ingin tahunya sangat besar. Padahal, di dunia modern, anak seusianya biasanya baru bisa belajar membaca, tidak mudah bergaul dengan orang lain dan suka makanan manis. Tapi, Murong Yu sungguh berbeda. Dia seperti buah yang diperam oleh karbit, matang sebelum waktunya.
Titisan darah biru memang berbeda. Murong Yu yang lahir dari percampuran darah bangsawan tinggi Dinasti Yuan tentu memiliki keunggulan sendiri. Kalau dalam tumbuhan, dia adalah varietas unggul hasil kawin silang. Sayang, anak sekecil itu sudah harus kehilangan ibu dan hidup kesepian di istana yang megah nan mewah ini.
“Xiao Yu, kenapa kau suka berjalan sendirian?” tanya Wei Linglong sambil menyirami seledri.
“Ayah tidak suka wanita. Dia tidak punya anak lain. Jadi, aku sendirian, tidak punya adik atau kakak,” jawab Murong Yu dengan wajah polosnya.
“Wah, ayahmu benar-benar tidak bisa disentuh, ya.”
“Bibi, dulu ada selir yang berani mendekatinya. Ayah marah, lalu bibi selir itu dihukum gantung di alun-alun kota.”
“Kau tidak takut pada ayahmu?”
“Takut. Tapi, mereka bilang ayah adalah raja yang bijaksana. Dia rela mengorbankan apapun agar rakyatnya sejahtera.”
“Xiao Yu, kau anak yang cerdas. Bibi beritahu, kau tidak perlu memikirkan urusan orang dewasa. Cukup bermain dan bertumbuh dengan baik, ya!”
Murong Yu mengangguk. Andai saja anak ini bukan anak Kaisar Mingzhu, Wei Linglong pasti sudah mengadopsinya. Dia tidak akan membiarkan anak ini hidup sebatang kara dan kesepian di tengah keramaian. Wei Linglong suka anak kecil.
Di dunia modern, selain menjadi mahasiswa, dia adalah relawan. Wei Linglong sering bepergian ke luar kota, ke daerah-daerah yang terkena bencana. Dia datang untuk mengobati luka psikologis korban anak-anak, menghibur mereka dan membuat semangat mereka untuk hidup kembali lagi.
Dia bahkan pernah cuti satu semester karena dirinya menjadi relawan di sebuah daerah yang terkena bencana gunung meletus. Bagi Wei Linglong, anak-anak adalah makhluk yang paling jujur dan polos.
Tidak seperti orang dewasa yang suka berbohong dan sering berkubang dalam fatamorgana. Di sini, dia bisa bertemu Murong Yu, bocah cerdas yang kesepian namun tidak pernah mengeluh. Ini adalah sebuah berkah dalam hidupnya.
“Bibi, kenapa kau tinggal di Istana Dingin?”
“Kenapa? Apa aku tidak boleh tinggal di sini?”
“Wanita milik ayah yang lain tinggal di istana yang megah. Kenapa bibi di sini?”
“Di sana terlalu berisik. Bibi tidak suka keramaian. Jadi, bibi sengaja tinggal di sini. Satu hal lagi, aku bukan wanita milik ayahmu.”
“Benar juga. Wanita milik ayah semuanya cerewet. Bibi, kulit wajah mereka sangat tebal sekali. Setiap hari selalu mengatakan hal-hal yang tidak enak didengar. Telinga Yu sampai sakit mendengarnya.”
Wei Linglong kasihan pada Murong Yu. Anak sekecil itu sudah harus mendengar hal-hal tidak menyenangkan dari persaingan harem. Sejak zaman dulu, kekejaman terselubung dari kehidupan di harem sudah sangat melegenda. Bagi anak kecil seperti Murong Yu, tempat seperti itu tidak cocok dan tidak baik untuk pertumbuhannya.
Andai saja, andai saja dia punya kuasa, dia sangat ingin memisahkan Murong Yu dari lingkungan Istana Dalam, mengajarinya banyak hal, menciptakan kesenangan kemudian membuatnya tumbuh dengan baik. Wei Linglong mengelus kepala Murong Yu dengan lembut. Matanya kemudian menangkap sosok Xiaotan yang berlari dari arah pintu gerbang. Wajahnya terlihat panik.
“Xiaotan, ada apa?”
“Nona, gawat! Gawat!”
“Apanya yang gawat!”
“Selir De datang kemari. Dia berteriak di depan Istana Dingin dan menyuruh nyonya keluar!”
“Selir De?”
Xiaotan mengangguk. Wei Linglong menghela napas. Bisakah dia hidup damai hingga hari tua di sini? Baru saja dia menemukan jalan hidup yang baik, tetapi pengganggu sudah datang. Wei Linglong yakin Selir De datang dengan niat yang buruk. Selir lain datang ke Istana Dingin sambil berteriak, pasti tidak ada hal baik yang melekat padanya.
Melihat bahwa Selir De sudah memutuskan untuk menjadi pengganggu, maka Wei Linglong dengan senang hati akan menemaninya bermain. Wanita itu meletakkan penyiram, menuntun Murong Yu kemudian pergi ke halaman depan.
Benar saja, seorang wanita berpakaian mewah, berwajah putih, beralis tebal dan bibir merah sedang berdiri berkacak pinggang. Di belakangnya berdiri dua orang pelayan wanita dan dua orang kasim.
“Akhirnya kau keluar juga!”
“Kukira siapa. Ternyata hanya sebuah boneka ya.”
Mendengar perkataan Wei Linglong yang tidak sopan dan mengatainya boneka, Selir De menjadi semakin marah. Dia tidak terima disebut boneka. Kalau bukan karena perintah Ibu Suri, dia juga tidak pernah mau menginjakkan kaki di Istana Dingin, tempat paling mengerikan di seluruh istana yang ada.
“Wei Linglong gadis rendahan, aku datang untuk menyampaikan pesan Yang Mulia Ibu Suri. Kalau kau meminta maaf, dia bisa mengampunimu dan mengeluarkanmu dari sini!”
“Pesan? Apa kau merpati pengantar surat? Ups, tidak. Kau hanya gagak yang mengandalkan perlindungan seekor perkutut!”
Selir De terbawa emosi. Dirinya tidak terima disebut gagak. Wanita di hadapannya sangat berani. Kalau bukan karena Jenderal Yun menyerahkan kuasa militernya, gadis rendahan memalukan seperti Wei Linglong tidak akan bisa masuk istana. Toh, setelah masuk istana pun dia hanya dianggap sampah dan dibuang ke istana pengasingan.
“Kau berani menghina Ibu Suri?”
Wei Linglong tertawa hambar. Julukan gagak di bawah perkutut sepertinya sudah tepat. Siapa suruh Selir De datang membawa pasukan dan mengganggunya. Jika dia mengalah, maka Wei Linglong selamanya akan kalah. Di hidupnya yang berharga, dia paling tidak suka mengalah. Siapapun tidak akan pernah bisa menang melawan dirinya.
Selir De kemudian memerintahkan pelayan dan kasimnya untuk menangkap Wei Linglong. Wei Linglong kemudian mengambil satu buah tomat busuk yang ada di keranjang bambu bekas pemilihan sebelum tomat-tomatnya dijual, kemudian melemparkannya ke kening Selir De.
Para kasim dan pelayan yang hendak menangkap Wei Linglong langsung menghentikan langkah mereka, kemudian mundur kembali ke posisi semula.
“Wei Linglong, apa yang kau lakukan?” tanya Selir De dengan nada tinggi.
“Ups. Aku sedang bermain perang bersama Pangeran Sulung. Selir De, tanganku gatal, jadi lemparannya tidak tepat.”
“Kau! Rasakan ini!”
Selir De hendak menampar Wei Linglong. Namun, tangannya ditahan oleh tangan kiri Wei Linglong. Kemudian, Wei Linglong menyumpalkan satu buah tomat busuk ke mulut Selir De hingga wanita itu muntah. Wei Linglong tersenyum jahat. Tomat busuknya ternyata berguna juga.
“Aiya! Pangeran Yu, lihat! Tanganku tidak bisa diam. Kau tidak marah kan karena tomatnya salah sasaran?” tanya Wei Linglong pada Murong Yu.
“Tidak, bibi. Kau melemparnya dengan tepat.”
Wei Linglong melakukan tos tangan dengan Murong Yu. Sebelum mereka sampai di halaman depan, Wei Linglong terlebih dulu mengajak Murong Yu bekerja sama untuk menghajar wanita jahat bernama Selir De. Tidak disangka, kerja samanya berhasil. Bocah cerdas itu mampu mengikuti permainannya.
“Wei Linglong, beraninya kau menindasku! Kau juga berani memanfaatkan Pangeran Sulung!”
“Bibi Selir, aku dan bibi Wei sedang bermain. Apa kau juga datang untuk bermain?”
Pertanyaan Murong Yu membuat para pelayan dan kasim di belakang Selir De menciut nyalinya. Dia adalah Pangeran Sulung, putra pertama Kaisar Mingzhu. Jika mereka menyinggungnya, kepala mereka mungkin tidak akan aman.
Meskipun anak kecil itu tidak disayangi, tetapi statusnya sangat tinggi dan dia adalah keluarga kerajaan. Ada orang yang menyakitinya, sama saja dengan mengantarkan nyawa ke tiang gantungan.
Tapi, bagi Selir De yang hatinya sudah ditutupi api amarah, Murong Yu tidak ada apa-apanya. Dia hanya seorang pangeran yang kelahirannya tidak diharapkan.
Jika ingin menyakitinya, maka sakiti saja. Toh di istana ini tidak ada orang yang benar-benar bisa melindunginya. Bahkan Kaisar sendiri pun jarang memperhatikannya. Dia bisa mengkambinghitamkan Wei Linglong, menuduhnya menyakiti Pangeran Yu dengan alasan tidak puas pada kerajaan dan Ibu Suri.
Wei Linglong melihat gelagat Selir De yang hendak meraih tangan Murong Yu. Insting keibuannya langsung muncul. Dia menarik Murong Yu ke belakang, menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Wei Linglong kembali mengambil satu buah tomat busuk dan melemparkannya kembali ke wajah Selir De.
“Kau! Kurang ajar! Serahkan Pangeran Yu padaku!”
“Aduh, Selir De, tanganku pegal. Apa kau mau membantuku mengobatinya?”
Wei Linglong sudah bersiap melemparkan tomat busuk kepada Selir De. Pembuat onar itu masih juga belum menyerah. Sepertinya, Wei Linglong benar-benar harus menghabiskan sekeranjang tomat busuk untuk menghajar Selir De dan membuatnya pergi dari sini.
“Kaisar tiba!”
Semua orang langsung bersujud ketika suara dari arah gerbang depan bergema. Wei Linglong awalnya tetap berdiri, namun Murong Yu menariknya dan menyuruhnya berlutut. Kepalanya tertunduk. Dalam hati, Wei Linglong mengumpat keras-keras. Kedatangan Kaisar sangat tidak tepat. Bisa-bisanya pria bergelar Kaisar Mingzhu merusak kesenangannya!
Dalam keadaan kepala tertunduk, Wei Linglong hanya dapat melihat sepasang kaki bersepatu Aladdin yang mewah. Dia juga hanya bisa melihat ujung jubah sutera emas yang menjuntai panjang menyapu halaman. Di belakang kaki itu, terdapat beberapa pasang kaki lainnya.
“Ada apa ini?”
“Yang Mulia, Wei Linglong menindasku! Hamba datang untuk menjenguknya, tapi dia malah melempari hamba tomat busuk!”
Wei Linglong mengerutkan dahi. Lidah Selir De ternyata licin juga. Wanita licik itu bahkan sudah menyiapkan alasan yang begitu menjijikan. Tapi, yang membuat Wei Linglong sedikit tertegun adalah suara Sang Kaisar. Suara itu tampak tidak asing di telinga. Wei Linglong seperti pernah mendengarnya di suatu tempat.
“Benarkah?”
“Benar, Yang Mulia. Pelayan dan kasim hamba adalah saksinya.”
“Kalian bangunlah dulu!”
Semua orang yang tadinya bersujud kemudian berdiri. Wei Linglong dan Murong Yu juga berdiri, tapi kepalanya tetap tertunduk. Wei Linglong sama sekali tidak penasaran seperti apa rupa Kaisar Mingzhu-nya ini. Dia hanya sedang berpikir mengapa suara tersebut berdengung di telinganya.
“Bagaimana menurutmu, Nona Wei?”
Murong Yu menggoyangkan lengan Wei Linglong.
“Bibi, ayahku bertanya padamu.”
“Ah, ya?”
Wei Linglong refleks mendongakkan kepala. Matanya bertemu dengan mata elang seorang pria yang menatapnya dalam-dalam. Sudut bibir pria itu terangkat sedikit. Sepersekian detik kemudian, Wei Linglong baru mendapatkan
kesadarannya. Dia mengerutkan dahi saat matanya melihat dengan jelas sosok pria berjubah emas di hadapannya.
“Kau… Tuan Dermawan?”
“Kita berjumpa lagi, Nona Akar teratai.”
...***...
(ups, Linglong udah ketahuan wkwk)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Oi Min
akhirnya bertemu jga. kirain bakal lama ketemu nya
2024-08-02
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-01-29
0
Wanda Wanda i
wah so sweef
2023-01-08
0