“Nyonya, bagaimana kau tahu kalau mereka akan datang?” tanya Xiaotan pada Wei Linglong. Saat ini, mereka sedang mengintip lewat celah jendela Istana Fenghuang, melihat beberapa orang wanita berpakaian mewah dan riasan tebal berunjuk rasa di halaman istananya.
Mereka datang dari Istana Dalam. Ya, merekalah para selir dan Nona Bangsawan Murong Qin yang cemburu atas diberikannya Istana Fenghuang kepada seorang wanita bernama Wei Linglong. Kabar menyebar cepat hingga telinga mereka gatal dan hati mereka jadi tidak tenang. Api kecemburuan itu semakin membesar karena di belakang mereka ada seorang wanita bergelar Ibu Suri yang menyiramkan minyak tanah dan meniupkan angin.
Pagi-pagi sekali, Wei Linglong dibangunkan oleh suara berisik beberapa wanita yang berteriak memanggil namanya. Mereka menerobos masuk ke Istana Fenghuang dan membuat keributan di halaman hingga pemiliknya terganggu. Wei Linglong berdecak kesal. Xiaotan yang kebetulan sudah bangun juga merasa kesal hingga dia ingin mengusir mereka, namun ditahan Wei Linglong. Keduanya lalu memutuskan mengintip lewat celah jendela.
“Mereka adalah para gagak betina yang diutus oleh perkutut tua itu.”
“Nyonya, apa aku harus mengusir mereka?”
“Tunggu dulu. Aku mau lihat sampai mana mereka berani berteriak dan ribut di sini.”
Wei Linglong sama sekali tidak takut. Di dunia modern, dia sering menghadapi perempuan yang hobinya mencari perhatian. Bahkan dosen wanita saja takut padanya. Menghadapi wanita-wanita itu hanyalah perkara mudah bagi Wei Linglong. Tujuannya tidak segera keluar adalah karena dia ingin melihat apakah wanita-wanita yang berunjuk rasa itu benar-benar berani mengacau.
Sudah dia duga kalau ini akan terjadi. Istana Fenghuang yang berpindah tangan dari Kaisar pujaan mereka kepada seorang wanita biasa memang menjadi topik hangat yang mengejutkan semua orang. Jadi, Wei Linglong sudah mempersiapkan mentalnya dari hari kemarin. Kini, dia hanya tinggal menunggu waktu yang pas untuk mengusir mereka.
“Wei Linglong, keluar kau! Beraninya kau bersembunyi di sana!” teriak salah seorang wanita. Dia adalah Selir Han, selir kedua Murong Qin.
“Benar! ****** sepertimu masih punya muka rupanya!” wanita yang ada di belakang Selir Han ikut berteriak. Sepertinya dia adalah Selir Ou.
“Jika dia bukan ******, mana mungkin Kaisar tergoda sampai memberikan Istana Fenghuang kepadanya?” Wanita bergelar Nona Berbakat Qi ikut memprovokasi.
“Selir Chun apanya? Dia hanya seorang putri kediaman jenderal yang ditinggalkan calon suaminya di hari pernikahan. Benar-benar memalukan. Jika aku jadi dia, aku lebih baik mati saja!” tambah wanita bergelar Selir Pei. Lalu, teriakan mereka menjelma menjadi umpatan dan hinaan pada Wei Linglong.
“Nyonya, mereka sudah keterlaluan! Aku akan mengusir mereka sekarang juga!”
“Haish diam dulu! Mereka hanya pintar mengoceh saja. Jangan sampai kau terprovokasi.”
“Tapi, mereka menghinamu. Ini adalah penghinaan untuk kediaman Jenderal Besar. Ini juga penghinaan untuk Yang Mulia!”
“Xiaotan, apa kau tidak tahu kalau mereka hanya orang tidak berguna? Lihat, pagi-pagi begini sudah ribut di istana orang lain.”
Hingga matahari naik, Wei Linglong tak kunjung keluar dari kamarnya. Wanita itu malah asyik menggambar sketsa perkebunan di atas selembar kertas sambil menikmati secangkir susu hangat yang didapat lewat dapur khusus. Xiaotan membantunya menggosok batang tinta. Tampilan Wei Linglong seperti seorang nyonya rumah yang sedang memeriksa buku kas keluarga.
Di luar, para wanita dari Istana Dalam masih berunjuk rasa. Mereka sebenarnya sudah tidak tahan karena pemilik istana yang mereka demo tidak mau keluar. Keringat membasahi tubuh dan pakaian mereka yang wangi. Panas matahari mulai terasa membakar kulit. Suara mereka bahkan sudah hampir serak. Namun, ego mereka telah membutakan hati nuraninya.
“Aigo! Ternyata ada kakak-kakak ya!”
Wajah para wanita itu langsung berubah garang saat seorang wanita bertubuh semampai keluar dari dalam Istana Fenghuang hanya menggunakan pakaian putih yang tipis dengan jubah biru muda tersampir begitu saja. Wei Linglong sengaja keluar saat tengah hari ketika dia sudah bosan dan para wanita itu sudah cukup dijemur di bawah sinar matahari.
“Kau kurang ajar! Wanita tidak berpendidikan!” teriak Selir Ou.
“Oh? Lalu apa orang yang berteriak di depan istana orang lain tanpa henti juga bisa dikatakan wanita yang tidak berpendidikan?”
“Jalang sialan! Kau pasti menggoda Yang Mulia!” seru Selir Pei.
“Lalu bagaimana denganmu?”
“Kau harus diberi pelajaran!” Selir Han maju diikuti yang lain.
Selangkah lagi mereka menjangkau tubuh Wei Linglong, Xiaotan tiba-tiba datang dari arah belakang. Dia menyiramkan seember air dingin kepada para wanita itu hingga langkah mereka terhenti. Sebelum keluar, Wei Linglong sudah memerintahkan padanya agar dia mengambil seember air dari kolam untuk dipersembahkan pada para pengunjuk rasa.
“Kakak-kakak pasti sangat gerah karena sudah berjemur selama setengah hari. Bagaimana? Airnya segar bukan?”
“Kau sengaja?” teriak Nona Berbakat Qi.
Wanita-wanita itu hendak mengeroyok Wei Linglong. Untungnya, dia bisa menghindar dengan cepat. Wei Linglong berlari ke arah kolam ikan yang dulu sangat disayangi oleh Murong Qin. Para wanita itu mengejarnya. Adegan kejar-kejaran antara para wanita istana tersebut berlangsung sengit. Wei Linglong sangat gesit hingga mereka tidak bisa mengejarnya.
Wei Linglong menjatuhkan pot-pot bunga peliharaan Murong Qin hingga tergeletak di tanah pekarangan guna menghalangi jalan para wanita gila. Dia juga melepaskan sepatunya dan melemparkannya ke arah mereka. Jejak kakinya mengotori batu-batu hiasan yang sudah ditata rapih di halaman.
“Wanita gila, berhenti kau!”
“Kau yang gila! Untuk apa terus mengejarku?”
“Wei Linglong, berani kau!’
“Eits. Tidak kena, tidak kena!”
“Cepat tangkap wanita itu!”
“Jangan buang tenaga! Kalian tidak akan bisa mengejarku!”
Kejar-kejaran sepertinya tidak akan berakhir. Xiaotan yang disuruh memanggil penjaga ke Istana Yanxi belum juga kembali. Wei Linglong perlahan mulai kelelahan karena mereka terus mengejarnya tanpa henti. Mereka benar-benar gila! Para wanita itu tidak akan menyerah begitu saja.
Wei Linglong berlari ke gerbang. Tiba-tiba, muncul sosok berjubah sutera bermahkota raja bersama seorang kasim. Di belakangnya ada beberapa orang prajurit bersenjata lengkap. Sosok itu sempat terkejut saat melihat pemandangan kacau dari taman istana dan adegan kejar-kejaran beberapa wanita.
Tanpa pikir panjang, Wei Linglong langsung berlari ke arah sosok itu. Dia bersembunyi di balik tubuhnya sambil menarik lengan baju sosok itu. Para wanita yang mengejar Wei Linglong langsung terpaku saat sosok yang mereka puja ada di depan mata. Mereka lebih terkejut saat melihat prajurit di belakang sosok itu.
“Y-Yang Mulia,” ucap Selir Han gugup. Kepalanya langsung tertunduk. Begitu pula kepala wanita yang lain.
“Apa yang terjadi?” tanya Murong Qin dengan nada dingin.
“Wei Linglong menindas kami,” jawab Selir Ou.
“Lancang! Dia adalah Selir Chun yang diangkat langsung oleh Yang Mulia!” seru Kasim Liu pada para wanita itu.
“Se-Selir Chun menindas kami,” ralat Nona Berbakat Qi.
Murong Qin menoleh sekilas kepada Wei Linglong.
“Apa benar begitu?”
“Mana ada! Jelas-jelas mereka yang menindasku! Yang Mulia, kau tidak lihat mereka mengejarku dengan sengit? Lihat, aku saja belum berpakaian dengan benar.”
“Benar, Yang Mulia. Mereka berteriak pagi-pagi dan mengganggu nyonya. Nyonya tidak tahan barulah dia keluar untuk bernegosiasi,” tambah Xiaotan.
“Mengapa kalian masuk ke sini?”
Celaka! Mereka terlalu dikuasai kecemburuan hingga lupa kalau Istana Fenghuang adalah area terlarang yang tidak bisa dimasuki sembarang orang. Biarpun pemiliknya berubah, tapi aturannya tidak akan berubah. Selir Han, Selir Ou, Nona Berbakat Qi dan Selir Pei benar-benar terjebak.
Beberapa waktu yang lalu, Murong Qin menerima laporan dari Kasim Liu kalau Istana Fenghuang didemo beberapa selir dan nona dari Istana Dalam. Awalnya Murong Qin hanya diam saja karena itu adalah urusan pemilik istana tersebut. Kasim Liu kemudian berkata bahwa Selir Chun alias Wei Linglong membiarkan para wanita itu dan baru keluar pada tengah hari sambil menyiramkan seember air.
Murong Qin yang awalnya tidak peduli mulai tertarik. Dia akan pergi ke Istana Fenghuang, melihat bagaimanakah wanita itu menghadapi segerombolan wanita dari Istana Dalam yang sudah lebih senior daripada dirinya. Kemudian, Xiaotan tiba-tiba datang meminta dirinya mengirimkan beberapa prajurit penjaga karena para wanita itu mengejar Wei Linglong tanpa henti.
Benar saja. Murong Qin melihat sendiri saat Wei Linglong dikejar oleh para wanita itu. Dia juga terkejut karena taman istana yang semula indah sekarang sudah tidak sedap dipandang. Benar-benar kacau dan berantakan. Pot-pot bunga yang besar tergeletak di sana-sini. Batu pijakan yang semula sangat mengkilap kotor karena jejak kaki berlumpur.
Murong Qin melihat penampilan Wei Linglong. Baju dalam putih tipis, jubah biru muda asal-asalan, rambut disanggul sembarangan dan kaki kotor dipenuhi lumpur tanpa sepatu membuat Murong Qin tahu siapa pelaku sebenarnya. Dia ingin marah, tapi wibawanya sebagai Kaisar Mingzhu tidak boleh hilang hanya karena hal sekecil ini.
“Pengawal! Kembalikan para wanita ini ke Istana Dalam dan pukul mereka dua puluh kali!”
“Baik, Yang Mulia.”
Selir Han, Selir Ou, Nona Berbakat Qi dan Selir Pei dipaksa keluar dari Istana Fenghuang didampingi para prajurit penjaga. Keempat wanita itu tidak bisa melawan karena yang mereka hadapi adalah Kaisar Mingzhu, kaisar pujaan mereka yang sangat dingin dan kejam. Mereka merutuki kesalahan dan kecerobohan mereka karena bertindak tidak hati-hati.
“Kau, perbaiki pakaianmu.”
Murong Qin juga ikut pergi dari Istana Fenghuang. Wei Linglong menatap kepergiannya dengan raut wajah tidak peduli. Xiaotan yang tadi berada di jarak yang cukup jauh kembali ke sisinya. Pelayan itu juga menyaksikan kepergian kaisarnya dengan tatapan bingung.
“Apa dia marah?” tanya Wei Linglong.
“Nyonya, kau menghancurkan taman kesayangannya. Apa Yang Mulia tidak berhak marah?”
Wei Linglong mengedikkan bahu. Dia mulai merasa tidak nyaman karena tubuhnya belum dibersihkan. Keringat dari hasil kejar-kejaran tadi mulai menimbulkan bau. Kakinya juga kotor. Wei Linglong harus segera membersihkan diri jika tidak ingin disebut. monster danau. Sebelum kembali, dia mendengar seseorang berteriak padanya.
...***...
...Gimana? Apa kalian udah tahu gambaran besar dari karakter Linglong? Gimana nasibnya di masa depan? Apa dia bakal jatuh cinta sama Murong Qin? Kalau ada yang tahu, tulis di kolom komentar ya! ...
...Nah, segini dulu ya buat hari ini. Sampai jumpa di episode berikutnya! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Oi Min
Wei Linglong pasti akan jatuh cinta jga ma Murong Qin
2024-08-02
0
Helen Nirawan
gt model ny klo cewe cembokur , gila ny kumat ,issh isshh ishhh, kasian kasian kasian /Gosh/
2024-05-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemamgat
2024-01-29
0