FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN

Orang yang berteriak padanya ternyata Murong Yu. Bocah kecil imut tersebut muncul dari balik semak-semak setelah Murong Qin pergi. Dia berlari kepada Wei Linglong, memeluk wanita itu karena dua hari ini dia tidak bertemu dengannya. Wei Linglong membalas pelukan Murong Yu dengan kehangatan seperti seorang ibu kepada anaknya.

“Xiao Yu, dari mana kau tahu kalau aku ada di sini?” tanyanya sambil membawa bocah itu masuk ke Istana Fenghuang.

“Kemarin sore aku datang ke Istana Dingin. Kasim Du bilang bibi sudah pindah ke Istana Fenghuang.”

“Lalu kenapa Xiao Yubersembunyi di semak-semak?”

“Aku takut pada ayah. Dia datang membawa prajurit. Orang bilang, ayah akan menghukum orang jika sudah membawa prajurit. Bibi, ayah tidak menghukummu kan?”

“Anak manis, jangan khawatir. Ayahmu datang bukan untuk menghukumku.”

“Tapi, kenapa taman istananya sangat berantakan? Bibi, kakimu juga kotor.”

“Tadi, ada beberapa kucing liar yang merusak taman istana. Aku membantu ayahmu mengusir mereka.”

Murong Yu yang imut hanya mengangguk.

Selagi Wei Linglong membersihkan diri, Xiaotan menemani Murong Yu bermain catur. Anak sekecil itu ternyata sudah begitu hebat bermain strategi. Orang dewasa seperti Xiaotan saja kalah di setiap ronde. Mungkin juga karena Xiaotan tidak terlalu pintar hingga kalah dengan seorang bocah berumur tujuh tahun.

Wei Linglong segera memakai pakaiannya. Seluruh tubuhnya terasa lebih segar. Harum aroma bunga yang dicampur dalam air mandinya meresap ke dalam kulit, melembutkan dan mengecilkan pori-porinya. Sejak datang ke dunia ini, baru pertama kalinya Wei Linglong merasa seperti di spa.

Usai merapikan rambut dan merias wajahnya dengan bedak tipis, dia segera menghampiri Murong Yu. Bocah itu masih asyik menindas Xiaotan yang sudah pasrah karena kalah berkali-kali. Wei Linglong kemudian duduk di kursi dekat keduanya. Matanya menatap sebentar papan catur yang dipenuhi bidak hitam milik Murong Yu.

“Xiao Yu, dari mana kau belajar catur?” tanyanya.

“Saat aku bosan, aku selalu bermain sendirian. Bibi, kau mau bertanding denganku?”

“Tapi, aku tidak bisa bermain catur.”

“Ayolah bibi,” Murong Yu memohon. Karena tidak tega, Wei Linglong akhirnya setuju.

Dia dan Murong Yu duduk berhadapan. Bidak catur warna putih dimainkan oleh bocah itu, sementara yang hitam dimainkan olehnya. Pertandingan dimulai. Orang yang bertugas menjadi pengawas sekaligus wasit adalah Xiaotan. Satu persatu bidak-bidak tersebut mulai naik ke papan.

Satu langkah putih ditutup dua bidak hitam. Satu bidak hitam berjalan kemudian dihadang tiga bidak putih. Pertandingan antara Wei Linglong dan Murong Yu berlangsung cukup sengit.

Interaksi keduanya tidak mirip seperti rival, tapi lebih seperti seorang ibu yang sedang menemani anaknya bermain. Tidak ada yang tahu kalau di balik jendela, seseorang tengah mengawasi mereka secara diam-diam. Orang itu kemudian pergi setelah beberapa saat.

Sekitar satu setengah jam kemudian, Wei Linglong berhasil menang dua babak dari Murong Yu. Skor akhirnya adalah 2-1.

“Bibi, kau bilang tidak bisa bermain,” keluh Murong Yu. Wajah imutnya cemberut.

“Kemampuanku tiba-tiba meningkat.”

“Kau bahkan tidak melepaskan anak kecil seusiaku. Seharusnya kau mengalah padaku. Orang dewasa harus bersikap rendah hati terhadap anak kecil kan?”

Wei Linglong mengelus kepala Murong Yu dengan gemas. Bocah kecil itu sepertinya marah karena Wei Linglong tidak mau mengalah.

“Xiao Yu anak yang baik. Kau tahu kalau papan catur ini seperti medan pertempuran?”

Murong Yu menggelengkan kepala.

“Di dalamnya ada bidak catur. Mereka ini adalah kekuatanmu. Jika kau tidak bisa mengendalikan lawan, maka kekuatanmu akan hilang satu persatu. Xiao Yu, dalam pertempuran tidak ada yang namanya mengalah. Pedang tidak punya mata. Kau harus tetap berjalan dengan kuat.”

“Bibi, perkataanmu ini sama seperti perkataan Pembimbing Agung. Apa kau adalah muridnya?”

“Bukan. Guruku adalah seorang profesor hebat di masanya. Dia punya lebih dari lima ratus jurnal ilmiah dan tiga puluh judul buku lebih. Dia punya perpustakaan yang sangat besar dan lengkap.”

“Profesor itu apa? Jurnal ilmiah itu apa?”

“Profesor itu seperti Pembimbing Agung tapi lebih hebat. Jurnal ilmiah itu semacam laporan hasil penelitian atau artikel berdasarkan fakta.”

“Apa aku boleh mengunjungi gurunya bibi?”

Wei Linglong terdiam sejenak. Pikirannya terpaut kembali ke masa depan. Profesor yang dia sebutkan sering disebut Profesor Min, seorang guru besar yang baik hati. Dia adalah pembimbing Wei Linglong dan selalu membantunya setiap kali dia menemui kesulitan. Di semester akhirnya yang hanya tinggal hitungan bulan, Profesor Min selalu mengingatkannya perihal skripsi yang harus diselesaikan.

Profesor Min adalah guru terbaik bagi Wei Linglong. Dia mengajarkan banyak hal padanya. Sayang, Wei Linglong belum sempat bertemu dengannya untuk yang terakhir kali. Waktu berjalan begitu cepat, entah Profesor Min tahu atau tidak perihal kondisi dirinya yang koma di masa depan. Juga entah kapan dia bisa bertemu dengan sosok itu lagi.

“Bibi, kenapa melamun?”

“Ah, maaf. Xiao Yu tanya apa tadi?”

“Apa aku boleh mengunjungi gurunya bibi?”

“Hm, tentang itu ya. Entahlah, bibi juga belum bertemu lagi dengannya. Mungkin kalau jodoh, bibi akan membawamu pergi menemuinya.”

“Baik. Aku akan menunggunya.”

Bosan dengan permainan catur, Wei Linglong mengajak Murong Yu ke dapur khusus. Semua bahan makanan segar yang didapat dari kebun Istana Dingin dan Dapur Utama sudah ditata dengan rapih. Wei Linglong sengaja meminta pelayan kepercayaan Murong Qin untuk menatanya sesuai dengan keinginannya.

Api di tungkunya sudah menyala. Wei Linglong meminta Murong Yu duduk di kursi dekat pintu masuk agar tidak terkena panas dan asap. Wanita itu mulai memotong bahan-bahan makanan dan memasukannya ke dalam beberapa wadah.

Setelah dicuci bersih, Wei Linglong kemudian memanaskan minyak di dalam wajan. Dia menumis beberapa sayuran organik segar dari kebunnya, membumbuinya kemudian mencicipi rasanya. Aromanya begitu menggugah selera.

Di wajan yang lain, Wei Linglong memasak sup ayam yang dicampur dengan potongan daun kol, wortel, seledri dan beberapa sayuran lain. Aromanya juga sangat harum. Selesai dengan dua hidangan, Wei Linglong melanjutkan kegiatannya dengan memasak daging sapi yang dipotong tipis berbentuk persegi panjang. Wei Linglong membumbuinya dengan rempah-rempah langka yang dia minta dari Dapur Utama. Merasa tidak puas, Wei Linglong memasak beberapa hidangan lain.

Jangan tanya dari mana dia bisa memiliki kemampuan tersebut. Dia adalah seorang mahasiswa. Dulu, saat pertama kali masuk kuliah, Wei Linglong sempat menjadi anak kos bersama dua orang temannya. Dia belajar hidup mandiri dan tidak mengandalkan orang lain.

Mencuci, membersihkan kamar, merapikan, termasuk memasak juga dilakukan sendiri. Karena satu dan lain hal, dia dan teman-temannya memilih menempati ruang masing-masing. Wei Linglong pindah ke sebuah apartemen yang dibelikan oleh ayahnya.

Jadi, dia sudah terbiasa memasak. Wei Linglong selalu membeli sayuran segar atau membawa hasil panen kebun kampus ke tempat tingggalnya, mengolahnya menjadi makanan enak yang bergizi dan menggugah selera. Dia juga sering jalan-jalan dan wisata kuliner hingga dia mengetahui beragam jenis masakan baik sayuran, daging, maupun olahan bahan lain.

“Bibi, kau bisa memasak?” tanya Murong Yu setelah Wei Linglong selesai menata hidangan di atas meja.

“Ya. Makanlah.”

“Bibi kan putri jenderal. Kenapa bisa memasak?”

“Memangnya tidak boleh?”

“Menurut buku, memasak itu pekerjaan kasar bagi para nona besar. Apa bibi tidak dimarahi oleh Paman Jenderal?”

“Sssttt… Jangan beritahu siapapun.”

“Wah, orang dewasa punya banyak rahasia ya.”

Wei Linglong menyuruh Murong Yu agar tidak banyak bertanya. Hidangan lezat yang tersaji sudah cukup untuk membungkam mulut kecilnya yang selalu melontarkan banyak pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab. Tanpa Murong Yu tahu, sebelum hidangan itu disajikan, Wei Linglong terlebih dahulu memisahkan beberapa mangkuk kecil untuk diberikan pada seseorang.

...***...

Murong Qin begitu tenggelam dalam pikiran kacaunya tentang situasi di area utara wilayah yang dipimpinnya. Laporan dari duta di sana mengatakan terjadi bencana kekeringan besar melanda beberapa desa. Sungai mengering, mata air tidak muncul dan sumur tidak bisa ditimba. Buah-buahan tidak mau berbuah, padi-padi gagal panen.

Musim gugur sebentar lagi berakhir, berganti dengan musim dingin. Jika pangan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, bencana kelaparan dan kematian pasti terjadi sepanjang musim dingin. Sebagai seorang Kaisar Mingzhu, Murong Qin dibebani permasalahan yang sukar ditemukan jalan keluarnya.

Kasim Liu, kasim pribadinya datang tergesa-gesa membawa sebuah berita dari Istana Dalam. Melihat wajah murung Kaisarnya, kasim itu menjadi ragu apakah dia harus menyampaikan berita tersebut atau tidak. Murong Qin sempat meliriknya sekilas, menandakan bahwa kasim itu bisa memulai ceritanya.

“Yang Mulia, hari ulang tahun Ibu Suri tinggal tiga minggu lagi.”

“Lalu?”

“Apakah Yang Mulia sudah memulai persiapannya?”

“Begitu banyak orang di Istana Dalam. Apa aku perlu mengurusi hal-hal repot seperti itu?”

“Yang Mulia, ini sepertinya kurang baik.”

Kasim Liu yang tahu betul permusuhan antara Ibu Suri dengan Kaisar Mingzhu-nya dan tidak ingin masalah berkembang lebih besar. Semua orang sudah tahu situasi politik internal di antara para keluarga kerajaan. Bagaimanapun Ibu Suri tetaplah seorang sesepuh yang memiliki kekuasaan tinggi. Jika pada perjamuan tersebut Murong Qin menunjukkan sikap benci yang nyata, maka para pejabatnya akan kembali mengkritiknya.

“Sudahlah. Jangan ganggu aku!”

Murong Qin melemparkan sebuah buku laporan ke lantai dengan kasar. Berita bencana di utara Dinasti Yuan membuat kepalanya kembali berdenyut. Sisa pasukan kerajaan yang dulu berjaga di sana sudah ditarik kembali ke ibukota sehingga Murong Qin kesulitan membuat perencanaan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Jika dalam waktu satu minggu dia tidak membuat keputusan, rakyatnya yang ada di utara sana akan meragukan kemampuannya. Mereka bisa jadi tidak akan bisa percaya lagi kepada kerajaan dan memilih memisahkan diri dari

wilayah kekuasaan Dinasti Yuan.

Betapa memalukannya bagi seorang Kaisar ketika sebuah wilayah melepaskan diri dari kekuasaannya karena ketidakcakapannya dalam memerintah. Selain harga diri yang ternodai, namanya juga akan tercatat sebagai  Kaisar tidak kompeten sepanjang sejarah.

“Yang Mulia,” panggil Kasim Liu.

“Apa lagi?” Murong Qin bertanya balik dengan ketus.

“Ada kiriman dari Istana Fenghuang.”

Murong Qin seketika mendongakkan kepala. Apa katanya tadi? Istana Fenghuang? Maksudnya, dari Selir Chun alias Wei Wei Linglong? Untuknya? Kiriman apa? Murong Qin menatap sebuah kotak kayu yang biasa dipakai untuk mengirim makanan di tangan Kasim Liu. Dia menerawang jauh, mencoba menebak apa isi dari kotak tersebut. Baru pertama kalinya dia mendapatkan kiriman seperti itu dari seorang wanita yang baru dipindahkan ke istana.

Kasim Liu meletakkan kotak kayu tersebut di atas meja. Tutupnya langsung dibuka dan terlihatlah sebuah mangkuk berwarna putih berisi bubur berwarna oranye yang masih mengepul asapnya. Aromanya sedikit aneh namun cukup menggugah selera. Murong Qin menatap kasimnya dengan tatapan tanya namun hanya dijawab dengan gelengan kepala.

“Apa ini?”

“Pelayan bernama Xiaotan bilang ini bubur wortel yang dibuat Selir Chun untuk Yang Mulia.”

“Bubur wortel? Kenapa dia membuatnya untukku?”

“Hamba juga tidak tahu, Yang Mulia.”

Murong Qin belum pernah mencoba makanan bernama bubur wortel. Dia bahkan tidak tahu kalau wortel juga bisa dijadikan bubur. Murong Qin menyendoknya kemudian memasukannya ke dalam mulut. Dahinya berkerut sesaat, matanya bergerak seperti sedang merasakan dan menebak sesuatu di saat yang bersamaan.

Rasa bubur wortelnya enak. Ada rasa asin, gurih dan manis yang bercampur. Lidahnya juga merasakan manis dari susu segar yang kemungkinan dimasukkan ke dalamnya. Harum aroma persik dari bunga di atas bubur itu semakin menambah cita rasa untuk siapapun yang menikmatinya.

Melihat tuannya begitu menikmati bubur wortel, Kasim Liu bisa bernapas lega. Setidaknya Selir Chun telah menyelamatkannya dari kemarahan sang Kaisar. Hanya dengan sebuah bubur saja, Selir Chun sudah bisa memenangkan hati raja. Suasana hati Kaisarnya sudah buruk sejak tadi. Jika dia terus menganggunya dengan undangan Istana Dalam, kepalanya mungkin akan tergantung di alun-alun kota dan dia akan dikenang sebagai kasim Kaisar yang paling malang sepanjang masa.

Kasim Liu hendak pamitan. Tidak ada urusan yang bisa dia selesaikan di aula besar itu. Langkahnya mundur dengan kepala tertunduk. Ketika beberapa langkah sudah ia lewati, Murong Qin tiba-tiba berkata,

“Berikan undangan itu kepada Selir Chun!”

...***...

Terpopuler

Comments

zee_

zee_

sampai sini, ini karya yg bagus

2024-04-20

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trudssbar

2024-01-29

0

Sang

Sang

jangan GR duluan, undangan spesial untuk jadi koki khusus kaisar aja loh 🤣🤣🤣🤣

2022-12-04

1

lihat semua
Episodes
1 FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2 FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3 FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4 FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5 FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6 FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7 FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8 FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9 FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10 FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11 FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12 FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13 FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14 FRAGMEN 14: SISI LAIN
15 FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16 FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17 FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18 FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19 FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20 FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21 FRAGMEN 21: BERPIKIR
22 FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23 FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24 FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25 FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26 FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27 FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28 FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29 FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30 FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31 FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32 FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33 FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34 FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35 FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36 FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37 FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38 FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39 FRAGMEN 39: DUA WANITA
40 FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41 FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42 FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43 FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44 FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45 FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46 FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47 FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48 FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49 FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50 FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51 FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52 FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53 FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54 FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55 FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56 FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57 FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58 FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59 FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60 FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61 FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62 FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63 FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64 FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65 FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66 FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67 FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68 FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69 FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70 FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71 FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72 FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73 FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74 FRAGMEN 74: LONGQIN
75 FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76 FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77 FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78 FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79 FRAGMEN 79: KEANEHAN
80 FRAGMEN 80: BADAI BARU
81 FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82 FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83 FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84 FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85 FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86 FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87 FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88 FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89 FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90 FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91 FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92 FRAGMEN 92: TRIK
93 FRAGMEN 93: SERGAPAN
94 FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95 FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96 FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97 FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98 FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99 FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100 FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101 SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102 SIDE STORY 2: FORECAST
103 SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104 HALO KARYA BARU!
105 Mampir Dulu Yuk!
106 Pengumuman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2
FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3
FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4
FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5
FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6
FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7
FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8
FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9
FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10
FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11
FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12
FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13
FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14
FRAGMEN 14: SISI LAIN
15
FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16
FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17
FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18
FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19
FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20
FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21
FRAGMEN 21: BERPIKIR
22
FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23
FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24
FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25
FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26
FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27
FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28
FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29
FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30
FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31
FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32
FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33
FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34
FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35
FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36
FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37
FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38
FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39
FRAGMEN 39: DUA WANITA
40
FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41
FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42
FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43
FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44
FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45
FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46
FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47
FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48
FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49
FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50
FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51
FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52
FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53
FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54
FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55
FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56
FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57
FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58
FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59
FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60
FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61
FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62
FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63
FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64
FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65
FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66
FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67
FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68
FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69
FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70
FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71
FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72
FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73
FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74
FRAGMEN 74: LONGQIN
75
FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76
FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77
FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78
FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79
FRAGMEN 79: KEANEHAN
80
FRAGMEN 80: BADAI BARU
81
FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82
FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83
FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84
FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85
FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86
FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87
FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88
FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89
FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90
FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91
FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92
FRAGMEN 92: TRIK
93
FRAGMEN 93: SERGAPAN
94
FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95
FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96
FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97
FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98
FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99
FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100
FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101
SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102
SIDE STORY 2: FORECAST
103
SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104
HALO KARYA BARU!
105
Mampir Dulu Yuk!
106
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!