Wanita bermarga Wei, bernama depan Linglong alias Wei Linglong itu baru saja terbangun esok harinya. Gadis muda di sisinya masih menangis hingga matanya sembab dan kulit di pipinya kusam. Tidak jauh dari tempat gadis muda itu duduk, sebuah meja kecil berisi cangkir teh yang sudah kering tertutup debu.
Wei Linglong, atau yang kini dipanggil Nona Wei oleh gadis muda di sampingnya, hanya dalam hitungan satu kali dua puluh empat jam sudah bisa menyadari realitas dirinya. Dia mengingat kejadian ketika dirinya keracunan pestisida, kritis di rumah sakit, lalu tiba-tiba terbangun di tempat asing. Jika ini hanya mimpi, semuanya akan hilang ketika dia memjamkan mata. Jika ini hanya ilusi, semua yang dia lihat di sini tidak akan terasa begitu nyata.
Jadi, ketika dia sampai berhenti di depan pintu gerbang yang tertutup setelah berlari, Wei Linglong hanya dapat menyimpulkan satu hal: dirinya telah melakukan perjalanan waktu ke masa lalu!
Sulit dipercaya. Melintasi waktu ke masa lalu hanyalah sebuah mitos yang sering didongengkan oleh para remaja pecinta cerita fantasi. Manusia tidak bisa kembali ke masa lalu, bahkan melihat masa depan yang belum dijalani saja tidak bisa. Tetapi, betapapun tidak masuk akalnya ini, Wei Linglong benar-benar mengalami semuanya sendiri.
“Katakan, apa ini Istana Pengasingan?”
Gadis muda di depannya mengangguk. Wei Linglong menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang kayu. Entah ini adalah berkah atau bencana baginya. Dia sekarat karena meminum pestisida, kemudian terbangun di tubuh seorang wanita istana yang dikurung di Istana Dingin. Sependek pengetahuannya, Istana Dingin adalah tempat pengasingan bagi wanita istana baik dari kalangan selir yang bersalah dan berdosa selama ratusan tahun. Bukan hanya letak istananya yang terpencil, tetapi pelayanan dan perlakuannya juga sangat jauh berbeda.
Istana Dingin adalah tempat yang sepi. Tempat seperti ini lebih cocok disebut sebagai tempat untuk orang mati, karena biarpun penghuninya hidup, dia akan diperlakukan tidak lebih dari seorang pesakitan atau orang yang sudah mati. Para kasim dan dayang pengurusnya berhati licik dan kejam. Banyak dari mereka yang tidak tahan hingga memilih untuk bunuh diri.
Wei Linglong benar-benar memastikan kalau dugaannya ternyata benar. Sejak dia membuka mata, dia sudah menduga kalau tempat sepi ini adalah tempat pengasingan. Bukan hanya dari bentuk bangunan dan suasananya saja, tetapi dari segi sumber daya manusia yang ada di tempat ini. Jika ini istana lain, mungkin akan ada puluhan kasim dan pelayan. Sejauh ini, Wei Linglong tidak melihat siapapun selain gadis muda di depannya dan satu kasim yang ikut mengejarnya saat itu.
“Tahun berapa sekarang?”
“Sekarang adalah tahun 1300. Nona, kenapa kau bertanya seperti itu? Apa jangan-jangan kau lupa? Nona, apa kau juga melupakanku?”
Tahun 1300? Itu artinya, Wei Linglong terlempar ke masa 721 tahun yang lalu. Perbedaan tahunnya sangat jauh sekali. Hati Wei Linglong mulai terasa gelisah. Jika benar ini adalah tahun 1300, maka dia berada di sebuah
kerajaan besar. Fakta sejarah memberitahunya kalau tahun 1300 adalah tahun yang masih termasuk ke dalam era Dinasti Yuan, dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongolia. Dinasti ini berdiri dari tahun 1271 hingga tahun 1368 Masehi. Pendirinya adalah Kubilai Khan, cucu dari Jenghis Khan, sang pendiri Kekaisaran Mongolia.
“Siapa pemimpin kerajaan sekarang?” tanyanya lagi, tanpa menjawab pertanyaan gadis muda itu terlebih dahulu.
“Nona, ada apa denganmu? Pemimpinnya tentu saja Yang Mulia,” jawab gadis muda.
“Maksudku, siapa namanya? Atau gelarnya?”
“Tentu saja Yang Mulia, Kaisar Mingzhu. Nona, ada apa denganmu?”
Gadis muda tersebut menangis semakin keras. Wei Linglong merenung sejenak. Kaisar Mingzhu? Siapa dia? Seingatnya, tidak ada yang namanya Kaisar Mingzhu dalam pelajaran sejarah. Apakah ini adalah Dinasti Yuan yang sama dengan yang ada di dalam sejarah? Ataukah ini adalah Dinasti Yuan yang lain? Mungkinkah ini adalah era distopia dari Dinasti Yuan?
Wei Linglong harus memverifikasinya terlebih dahulu. Jika ini adalah Dinasti Yuan yang lain, maka dia bisa bernapas lega karena itu berarti dirinya masih berkemungkinan untuk hidup nyaman. Tetapi, jika ini benar Dinasti Yuan yang tercatat dalam sejarah, maka dia harus memikirkan cara untuk kembali ke dunia modern karena Wei Linglong tahu betul pada enam puluh delapan tahun yang akan datang, dinasti ini akan runtuh.
“Kaisar Mingzhu, ya. Bagaimana keadaan rakyat? Apa mereka hidup sengsara? Apa perekonomian sedang ambruk? Apa bencana terjadi di mana-mana?”
“Nona, kau ini aneh. Yang Mulia adalah pemimpin yang hebat. Rakyat hidup makmur dan damai. Tidak ada bencana apapun. Negara sangat aman dan sentosa.”
“Begitu ya. Eh, apa kau pernah mendengar tentang bangsa Mongolia?”
Si Gadis Muda menggelengkan kepala sambil mengerutkan kening. Wei Linglong menghembuskan napas lega. Dia rasa, sudah cukup sampai di sini. Dia sudah memastikan kalau ini adalah Dinasti Yuan yang lain, yang berbeda dengan yang tercatat dalam sejarah. Entah ini adalah sebuah kebetulan atau bukan, tetapi yang harus Wei Linglong syukuri adalah dia bisa kembali sadar meskipun dirinya bukan lagi dirinya yang dulu.
“Baiklah. Gadis muda, siapa namamu? Dan siapa aku?”
Sekali lagi, Wei Linglong membuat gadis muda kebingungan.
“Karena nona lupa, aku akan memberitahukannya padamu. Namaku Xiaotan. Aku adalah pelayanmu, nona sendiri yang memberiku nama ini.”
“Ceritakan lebih detail!”
Xiaotan pun mulai bercerita. Katanya, Wei Linglong adalah Wei Linglong, seorang putri dari Jenderal Yun, Wei Yun. Dia adalah gadis pintar yang cantik dan disegani di seluruh kota. Kakaknya adalah Wei Shiji. Orang lebih mengenalnya sebagai Adipati Jing. Namun, Wei Wei Linglong ditinggalkan calon suaminya di hari pernikahan hingga reputasinya menjadi buruk dan para tuan muda di ibukota tidak ingin menikahinya.
Jenderal Yun yang sangat penyayang kemudian memohon pada Kaisar Mingzhu agar putrinya diizinkan masuk istana. Permohonan itu disetujui dengan syarat bahwa Jenderal Yun harus menyerahkan setengah kekuasaan militernya kepada Kaisar Mingzhu. Karena Jenderal Yun adalah orang yang sangat setia, dia dengan sukarela memberikan plakat perintah militer miliknya kepada Kaisar Mingzhu, bahkan diberikan sepenuhnya. Kemudian, Jenderal Yun memutuskan untuk pensiun dan pulang ke kampung halaman bersama keluarganya. Dia meninggalkan putrinya dan menyuruh kakaknya yang menjaganya jika terjadi apa-apa.
“Tapi, kenapa aku dikurung di sini?”
“Nona, saat baru dua hari masuk istana, Ibu Suri datang ke istanamu. Tapi, kau menyinggungnya dan membuatnya marah. Ibu Suri kemudian mengirimmu ke Istana Dingin.”
“Bagaimana caraku menyinggung Ibu Suri saat itu?”
“Kau dengan terang-terangan mengatakan kalau Ibu Suri adalah rubah tua yang licik. Saat itu dia datang untuk mempertanyakan kekuasaan militer Jenderal Yun. Ibu Suri kemudian memasukanmu ke sini karena kau bersikap tidak sopan.”
“Hm. Menarik sekali. Baru dua hari masuk istana tetapi sudah menciptakan masalah sendiri.”
“Nona, asal kau tahu, Ibu Suri itu tidak baik. Dia mencarimu pasti karena merencanakan sesuatu. Meskipun kau cantik dan sedikit berbakat, tapi kau ceroboh dan tidak bisa berpikir dengan matang. Kau memang dikagumi, tapi tidak sedikit juga yang membencimu. Kalau bukan karena calon suamimu kabur di hari pernikahan, kau tidak perlu menderita hingga seperti ini.”
Pelayan ini, apa dia sedang memuji dan menjelekkan Wei Linglong di waktu yang bersamaan?
Mata Xiaotan kembali berair. Pelayan muda tersebut benar-benar menyayangi Wei Linglong. Hubungan majikan dan pelayan ini pasti sangat dalam sekali. Karena sekarang Wei Linglong adalah pemilik tubuh, maka secara otomatis Xiaotan juga menjadi pelayannya. Wei Linglong memutuskan untuk menggunakan identitas barunya untuk bertahan. Setidaknya, hanya itu yang bisa dia lakukan jika dia benar-benar tidak bisa kembali ke dunia modern.
“Jangan menangis lagi. Mataku sudah jemu dan telingaku sudah gatal mendengar tangisanmu.”
Wei Linglong sebenarnya masih tidak percaya pada semua yang telah terjadi. Melintasi waktu ke zaman kuno hanya karena dia keracunan pestisida sungguh tidak masuk akal. Selain itu, orang masuk ke zaman kuno menjadi nona terhormat atau permaisuri, tapi dia malah masuk ke tubuh seorang gadis kesepian yang ditinggalkan calon suami di hari pernikahan dan masuk istana setelah mengorbankan kekuasaan militer ayahnya sendiri.
Syok, tentu saja jangan dikatakan.
Perut Wei Linglong tiba-tiba berbunyi. Bunyinya sangat keras, hingga Xiaotan yang sedang menunduk langsung mendongakkan kepala. Wajahnya memerah. Dia baru ingat kalau perutnya hanya terisi jus pestisida sebelum sekarat hari itu. Sekarang perut barunya sudah keroncongan minta diisi.
“Apa di sini ada makanan? Aku lapar,” tanya Wei Linglong pada Xiaotan.
“Nona, tahanlah sebentar. Istana Dingin tidak seperti istana biasa. Di sini, kau hanya bisa makan satu kali sehari. Makananmu akan datang saat matahari hendak terbenam.”
Wei Linglong melirik meja kecil berdebu. Wajahnya tiba-tiba sayu. Di Istana Dingin ini, mana mungkin ada makanan dan minuman enak. Lihat, bahkan segelas teh hangat saja tidak ada. Orang-orang zaman dulu memang tak tanggung-tanggung saat memberikan hukuman. Mengapa tidak langsung menghukum mati saja? Sekali tebas semuanya sudah beres.
Dia ingin mendengar lebih banyak cerita tentang realitasnya dari Xiaotan. Tetapi, mengisi perut adalah masalah terpenting yang harus ditangani sekarang. Di sini tidak ada makanan, maka dia harus mencarinya sendiri. Wei Linglong yang masih mengenakan pakaian tidur keluar dari kamar Istana Dingin, kemudian berjalan tanpa alas kaki menyusuri tanah basah nan lembab yang ditumbuhi banyak rumput.
“Nona, kau mau ke mana?”
“Mencari makan.”
“Pakai alas kakimu dulu!”
“Tidak. Aku tidak suka sepatu Aladin itu!”
Wei Linglong mengelilingi Istana Dingin diikuti Xiaotan. Matanya melebar ke mana-mana, menyusuri setiap pohon dan dedaunan yang dia lalui. Setelah berputar-putar, Wei Linglong berhenti di bawah sebuah pohon rindang yang daunnya sangat lebat. Meskipun lebat, tetapi buah yang menggantung di setiap rantingnya begitu ranum dan terlihat menggiurkan.
Meskipun lingkungan ini sangat asing, urusan perut tidak bisa ditunda. Pikirkan cara mengenyangkannya dulu, baru berpikir cara untuk kabur dari sini dan kembali ke dunia modern. Dia tidak bisa terus berada di zaman kuno sementara tubuhnya masih terbaring koma di rumah sakit. Orang di sana mungkin akan mengira kalau dia sudah meninggal dan akan segera menguburkannya.
Dia mulai memanjat pohon yang tingginya mungkin sekitar delapan meter lebih. Batang pohonnya yang kasar memudahkan kaki Wei Linglong hingga wanita itu bisa memanjat tanpa hambatan. Angin sepoi-sepot berhembus, menepuk pelan tubuhnya saat ia sudah mencapai puncak. Di bawah sana, Xiaotan menengadahkan kepala, berteriak pada majikannya.
“Tolong! Nonaku mau bunuh diri!”
Wei Linglong melempari pelayannya sebuah buah kecil yang baru dia petik. Bukankah sudah dikatakan kalau dia hanya ingin mencari makan? Bunuh diri apanya! Wei Linglong tidak ada niatan untuk mengakhiri hidup. Selain itu, pohon ini juga tidak terlalu tinggi. Kalau mau bunuh diri di sini, bukan kematian yang dia dapat, tapi rasa malu karena tidak jadi mati.
“Berisik. Aku mau makan! Aish, buah apa ini? Kenapa rasanya asam?”
Wei Linglong memuntahkan daging buah yang dia petik. Rasanya manis dan asam, tetapi dominasi asam lebih kentara. Sial, ternyata dia memakan asam kranji, asam Tiongkok dengan nama latin Dialium indum atau sinonimnya Dialium chocinchinense pierre! Pantas saja rasanya begitu asam.
“Sial! Xiaotan, kenapa orang-orang ini menanam asam kranji di sini?”
“Nona, turunlah dulu. Pelayanmu ini khawatir Kasim Du akan marah padamu!”
“Cih, hanya seorang kasim, tapi berani memarahiku?”
Wanita itu perlahan turun dari atas pohon. Baju putihnya menjadi cokelat terkena getah dan goresan kulit kayu. Dia berjalan lagi, mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya. Di sini banyak pohon, tetapi tidak ada satu pun yang buahnya bisa dimakan. Ada sebuah pohon persik yang seharusnya berbuah, tetapi malah tinggal rantingnya saja yang meranggas.
“Apa aku harus menderita kelaparan seperti ini?”
Wei Linglong mengeluh. Dia mengusap perutnya yang malang, memberitahu cacing-cacing peliharannya agar bersabar beberapa waktu lagi.
...***...
...(Kasian ya Linglong baru masuk ke cerita udah diasingkan di Istana Dingin, kelaparan lagi. Ada yang mau sumbang makanan buat Linglong nggak?) ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Bzaa
kasian banget
2025-03-21
0
Helen Nirawan
sepatu aladin ? /Smug//Smug/
2024-05-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehatt
2024-01-29
0