FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA

“Selir Chun, apa maksudmu?”

Ekspresi Wei Linglong begitu menyebalkan di mata Ibu Suri. Apa maksud gadis tengil di depannya ini? Beberapa bulan lalu sepertinya tidak separah ini. Sebenarnya apa yang dia lewatkan? Mengapa Wei Linglong, putri Jenderal Yun yang dia kurung di Istana Dingin sekarang tampak begitu berbeda?

Permaisuri Yi juga demikian. Sebelumnya, dia pernah bertemu dengan Wei Linglong sekali. Tingkahnya memang kurang ajar, tetapi kali ini mengapa lebih parah? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa maksud gadis itu sebenarnya? Permaisuri Yi ingin marah, tetapi di sini begitu banyak orang. Dia hanya akan menunjukkan kekurangannya kalau dia tidak mampu menahan emosi.

“Huanghou, kau tidak tahu?” Wei Linglong balik bertanya.

Ekspresi polos nan konyol tetapi menyebalkan itu membuat Wei Linglong semakin menjadi pusat perhatian. Dia sama sekali tidak gentar menghadapi tatapan Ibu Suri dan Permaisuri Yi beserta selir-selir yang memusuhinya tanpa alasan yang jelas. Dia hanya ingin menampilkan pertunjukkan terbaik untuk hari ini.

“Selir Chun, apa kau ingin menghina Ibu Suri?”

“Menghina? Permaisuri, Anda jangan berbicara sembarangan. Ini adalah hadiah terbaik yang ingin kuberikan pada Ibu Suri.”

“Kalau begitu, beritahu kami mengapa kau menjadikan tiga buah wortel sebagai hadiah!”

Semua orang yang hadir di sana menantikan jawaban darinya. Untuk ukuran bangsawan, hadiah paling murah untuk orang istana adalah lukisan bernilai ratusan tael. Untuk ukuran seorang selir, nilai hadiahnya bisa lebih tinggi. Tidak jarang banyak selir yang menghabiskan seluruh uangnya hanya untuk memberikan hadiah terbaik agar hati Ibu Suri senang hingga Permaisuri Yi sebagai pemimpin Istana Dalam turut bahagia.

Apa yang dilakukan putri Jenderal Yun? Wei Linglong mempersembahkan tiga buah wortel sebesar kaki orang dewasa yang dikirim oleh Kasim Du dari Istana Dingin beberapa hari yang lalu. Wortel-wortel itu sudah dicuci dengan bersih, kemudian sengaja ditempatkan di dalam kotak kayu agar terlihat seperti benda yang berharga. Xiaotan yang berdiri di tempat duduk majikannya langsung pias. Wajahnya tampak sangat khawatir.

“Permaisuri, wortel itu mengandung vitamin A yang bagus untuk kesehatan mata. Semua orang juga tahu kalau Ibu Suri berada dalam usia senja. Ilmu kesehatan bilang, semakin tua usia seseorang, maka daya penglihatannya akan semakin menurun. Agar matanya tetap sehat dan tidak rabun, maka kupikir memberikan wortel untuk dia konsumsi tidak ada salahnya. Justru sebaliknya, seharusnya ini menjadi hadiah yang sangat bagus.”

Murong Qin menahan tawa. Penjelasan Wei Linglong sungguh di luar dugaan.

“Kau bilang Ibu Suri berpenglihatan buruk?”

“Selir rendah ini tidak mengatakannya. Sudah kukatakan kalau wortel bagus untuk kesehatan mata. Jika Ibu Suri mengkonsumsinya dengan rutin, aku yakin matanya akan tetap jernih dan penglihatannya semakin tajam. Bukankah itu bagus?”

“Kau!”

“Permaisuri, aku berkata benar. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya pada ahli kesehatan yang ada di sini.”

Penjelasan Wei linglong, di mata orang lain adalah hal yang masuk akal. Akan tetapi, bagi Ibu Suri dan Permaisuri Yi, ini adalah sebuah penghinaan besar. Dia secara tidak langsung mengatakan kalau Ibu Suri adalah wanita tua yang penglihatannya sudah terganggu hingga harus diberi perawatan. Hal tersebut berarti menerangkan bahwa seharusnya Ibu Suri pensiun dan mengangkat tangannya dari dunia pemerintahan.

Murong Qin tidak bisa memungkiri kalau dia cukup senang dengan penjelasan Wei Linglong. Pertunjukan yang diberikan gadis itu selalu bagus. Otaknya ternyata pintah juga. Di luar, dia seperti peri yang peduli pada kesehatan Ibu Suri, tetapi di dalam dia telah mengelabui semua orang dan menghina Ibu Suri secara tidak langsung. Benar-benar menarik.

“Karena Selir Chun begitu memperhatikan kesehatanku, maka aku akan menerimanya. Pelayan, bawa hadiah Selir Chun.”

Mau tidak mau, Ibu Suri harus menerimanya. Dia tidak bisa marah di depan semua orang. Terlebih, dia tidak mau menghancurkan perjamuan hari ulang tahunnya. Wanita muda di hadapannya begitu pintar bermain kata hingga dia terjebak di dalam permainannya.

Usai memberikan hadiah, Wei Linglong langsung kembali ke tempat duduknya. Dia juga ingin tertawa karena telah berhasil membodohi orang-orang yang ada di sini. Rasa puas menjalar ke hatinya saat dia melihat ekspresi Ibu Suri dan Permaisuri Yi yang menurutnya sangat lucu. Dia tertawa di atas rasa marah orang lain. Tidak lama kemudian, Wei Linglong diam-diam kabur dari Istana Tian Yue, lalu kembali ke istananya dengan gembira.

...***...

Istana Yanxi, satu hari setelah hari perjamuan.

Kasim Liu membereskan tumpukan dokumen di atas meja Murong Qin dengan teliti. Pekerjaannya bertambah dua kali lipat hari ini karena hari kemarin, beberapa pekerjaan sempat tertunda akibat perjamuan di Istana Tian Yue. Perjamuan berakhir pada malam hari ketika pesta kembang api berlangsung di angkasa.

Hari ini, Kaisarnya sedang baik suasana hatinya. Efek dari pertunjukkan yang dibuat Selir Chun hari kemarin begitu membekas. Sepanjang malam, dia melihat Kaisarnya tidak terbangun dan tetap terlelap dengan damai. Ya, tidurnya begitu damai, tidak seperti hari-hari sebelumnya.

“Yang Mulia sepertinya sangat senang,” ujarnya.

“Aku sangat puas. Pertunjukkannya bagus.”

Kasim Liu ikut tersenyum. Setidaknya, hari ini dia tidak perlu menerima kemarahan Murong Qin yang selalu dipusingkan oleh masalah bencana di wilayah utara.

“Berikan hadiah padanya.”

Kasim Liu menahan senyum. Kemudian, kasim itu pergi.

Sementara itu, di Istana Fenghuang, hidup Wei Linglong tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia masih seorang selir pengangguran bahkan setelah dia mempermalukan Ibu Suri di hari ulang tahunnya. Gagak tua yang kehilangan suara tersebut sepertinya belum bisa bertindak kepadanya.

Dia berayun dengan nyaman di halaman utara. Matahari tidak begitu terik. Udara juga sejuk. Saat-saat mendamaikan seperti ini sungguh membuatnya terlena. Suasana ini mengingatkan dia pada halaman belakang gedung fakultasnya di abad 21. Halaman tersebut sangat asri. Ada taman yang indah dengan sebuah kolam air mancur di tengahnya. Di sana juga ada sebuah gazebo yang kerap digunakan untuk berkumpul atau bersantai sambil menikmati fasilitas wifi secara gratis.

Terkadang, di saat-saat seorang diri, dia sering mengingat kehidupannya di dunia lain. Dia sudah tinggal di sini selama beberapa bulan. Apakah dunia di sana baik-baik saja tanpa kehadirannya? Apakah ayah dan ibunya merindukannya? Apakah teman-temannya mengkhawatirkannya? Apakah dosen-dosennya merasakan kehilangan seorang mahasiswa cerewet yang ceroboh ini?

Mungkin, dunia di sana baik-baik saja.

“Nyonya Chun,” panggil seseorang.

Wei Linglong menoleh. Di halaman depan dekat taman bunga, Kasim Liu berdiri bersama beberapa orang kasim bawahan. Di tangan mereka terdapat beberapa buah peti kayu berisi kain sutera, perhiasan dan beberapa benda berharga. Wei Linglong kemudian menghampiri Kasim Liu.

“Ada apa? Apa Yang Mulia sudah memutuskan hukuman untukku?”

“Hukuman apa?”

“Bukankah aku sudah mempermalukan ibu tirinya dan hampir menghancurkan perjamuan ulang tahunnya?”

“Tidak, Nyonya. Yang Mulia justru sangat senang.”

“Aneh.”

“Nyonya, ini adalah hadiah dari Yang Mulia.”

Kasim bawahan Kasim Liu membuka peti-peti di tangan mereka. Perhiasan dan benda-benda berharga berkilauan, menusuk mata Wei Linglong. Selain perhiasan, dia juga melihat beberapa gulung kain sutera berbagai warna. Para kasim lalu meletakkan peti-peti itu di tanah agar Wei Linglong bisa dengan mudah mengamati dari jarak dekat.

“Apa-apaan ini? Dia ingin memeliharaku ya?”

“Nyonya tidak boleh berkata seperti itu.”

“Alangkah lebih baik jika dia memberiku bibit tanaman. Mungkin itu akan lebih berguna.”

Kasim Liu dan bawahannya tidak mampu berkata-kata. Di depan Selir Chun, mereka hanyalah sekumpulan semut kecil yang tidak bisa apa-apa. Jika ingin berdebat, mereka tidak akan mampu mengalahkannya. Perkataan aneh yang terlontar dari selir baru itu pun harus mereka terima dan mereka dengarkan apapun alasannya. Ini benar-benar langka.

“Kalau begitu, kami akan membawanya kembali.”

“Tunggu!” cegah Wei Linglong.

“Ada apa, Nyonya?”

“Hadiah itu milikku. Karena sudah sampai, tidak boleh diambil lagi. Pergilah, jangan mengangguku lagi.”

Tidak baik menyia-nyiakan hadiah pemberian orang. Sebelum mereka pergi, Wei Linglong terlebih dahulu meminta mereka memindahkan peti-peti hadiah ke dalam istananya. Usai tugas mereka selesai, Wei Linglong langsung mengusirnya dan menutup pintu utama Istana Fenghuang dan menguncinya dari dalam.

Xiaotan muncul dari pintu belakang sambil membawa nampan berisi makanan dan camilan. Setelah meletakannya di meja, dia berjalan menghampiri majikannya yang tengah berjongkok di hadapan peti-peti hadiah yang terbuka. Wanita itu seperti seorang gadis remaja yang baru dibelikan pakaian baru oleh orang tuanya.

“Xiaotan, menurutmu, apa aku harus membuang hadiah-hadiah ini?”

“Kenapa nyonya ingin membuangnya?”

“Jadi, aku harus menerimanya?”

“Jika dibuang, kita tidak punya apa-apa lagi. Gaji nyonya belum diberikan, tabungan kita juga sudah hampir habis. Setidaknya, nyonya masih punya barang berharga meskipun kita tidak punya uang.”

Xiaotan mungkin lupa kalau sekarang mereka tinggal di Istana Fenghuang. Tanpa perlu uang pun, kehidupan mereka sudah terbilang sangat mewah karena punya tempat tinggal yang megah dan mewah. Pelayan sepertinya masih berpikiran polos dan pendek. Xiaotan sama sekali tidak tahu maksud dari semua ini.

Wei Linglong justru memiliki pemikiran lain. Tiba-tiba, dia merasa menyesal telah muncul di hari perjamuan dan mengekspos dirinya sendiri. Murong Qin mungkin telah melihat kemampuannya. Wei Linglong secara tidak sadar telah menarik perhatian Murong Qin. Jika ini berlanjut, bisa-bisa dia dijadikan pion oleh pria dingin itu. Lebih parah lagi, bagaimana jika dia tiba-tiba menjadi selir kesayangan Murong Qin?

Meskipun hanya mengukur dari hadiah kecil, Wei Linglong cukup yakin. Ada banyak hal yang tidak perlu dijelaskan secara eksplisit untuk mengetahui maksudnya di dunia ini. Semuanya selalu memiliki arti. Wei Linglong berpijak pada stereotif tentang seorang pria pemimpin yang memiliki maksud lain lewat pemberian-pemberian pada seseorang. Dia yakin Murong Qin juga bermaksud begitu.

Apa yang harus dia lakukan?

Wei Linglong berpikir, sebelum semuanya terlambat, dia harus lari terlebih dahulu. Dia tidak boleh membiarkan Murong Qin mendekat padanya apapun alasannya. Duduk dan berjalan di samping seorang Kaisar sangat berbahaya. Itu seperti sebuah medan pertempuran yang dipenuhi banyak darah dan batu-batuan. Jika terjebak, maka akan sukar mencari jalan keluar.

Wei Linglong kemudian berlari ke depan lemari. Dia mengeluarkan beberapa helai pakaiannya, lalu membungkusnya dengan kain. Dia juga memasukkan beberapa kantung kain berisi uang ke dalamnya. Jepit rambut yang menempel di kepalanya dilepas, kemudian diletakkan di meja dekat nampan.

“Nyonya, apa yang mau nyonya lakukan?”

“Aku harus lari. Xiaotan, kau gadis yang baik. Kelak, carilah tuan yang baru.”

“Apa maksud nyonya?”

“Aku berdoa semoga kau mendapat majikan baru yang jauh lebih baik dariku.”

Xiaotan masih belum mengerti. Mengapa majikannya membungkus pakaiannya dan berdandan seperti orang biasa?

Setelah selesai berkemas, Wei Linglong membuka jendela. Akan tetapi, sebelum dia melompat, Xiaotan menahannya terlebih dahulu dan bertanya,

“Nyonya mau ke mana?”

“Aku ada urusan sebentar. Xiaotan, tetaplah di sini. Pastikan hadiah dan hartaku tetap aman.”

“Apakah nyonya mau berjualan lagi?”

“Tidak. Aku mau mencari sesuatu dulu.”

“Oh. Apakah akan lama?”

“Tidak.”

“Tapi, aku ingin ikut bersama nyonya! Ke manapun nyonya pergi, Xiaotan ingin ikut.”

“Patuhlah. Kau tidak perlu khawatir, oke?”

Xiaotan tidak rela. Dia ingin pergi bersama Wei Linglong. Namun, dia tidak bisa melawan perintah majikannya. Wei Linglong kemudian menyuruh Xiaotan untuk menutup mata dan tidak boleh membukanya sebelum dia memintanya. Xiaotan hanya menurut saja.

...***...

...Ternyata, Linglong mau kabur nih. Ayo, kejqr Linglong rame-rame! ...

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussemangat

2024-01-29

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2022-10-19

0

Rina

Rina

kocak 😅😅

2022-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2 FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3 FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4 FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5 FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6 FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7 FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8 FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9 FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10 FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11 FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12 FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13 FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14 FRAGMEN 14: SISI LAIN
15 FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16 FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17 FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18 FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19 FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20 FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21 FRAGMEN 21: BERPIKIR
22 FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23 FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24 FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25 FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26 FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27 FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28 FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29 FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30 FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31 FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32 FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33 FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34 FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35 FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36 FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37 FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38 FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39 FRAGMEN 39: DUA WANITA
40 FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41 FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42 FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43 FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44 FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45 FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46 FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47 FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48 FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49 FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50 FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51 FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52 FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53 FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54 FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55 FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56 FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57 FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58 FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59 FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60 FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61 FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62 FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63 FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64 FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65 FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66 FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67 FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68 FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69 FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70 FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71 FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72 FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73 FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74 FRAGMEN 74: LONGQIN
75 FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76 FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77 FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78 FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79 FRAGMEN 79: KEANEHAN
80 FRAGMEN 80: BADAI BARU
81 FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82 FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83 FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84 FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85 FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86 FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87 FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88 FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89 FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90 FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91 FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92 FRAGMEN 92: TRIK
93 FRAGMEN 93: SERGAPAN
94 FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95 FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96 FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97 FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98 FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99 FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100 FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101 SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102 SIDE STORY 2: FORECAST
103 SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104 HALO KARYA BARU!
105 Mampir Dulu Yuk!
106 Pengumuman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2
FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3
FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4
FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5
FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6
FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7
FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8
FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9
FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10
FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11
FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12
FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13
FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14
FRAGMEN 14: SISI LAIN
15
FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16
FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17
FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18
FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19
FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20
FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21
FRAGMEN 21: BERPIKIR
22
FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23
FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24
FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25
FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26
FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27
FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28
FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29
FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30
FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31
FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32
FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33
FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34
FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35
FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36
FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37
FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38
FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39
FRAGMEN 39: DUA WANITA
40
FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41
FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42
FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43
FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44
FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45
FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46
FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47
FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48
FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49
FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50
FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51
FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52
FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53
FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54
FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55
FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56
FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57
FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58
FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59
FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60
FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61
FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62
FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63
FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64
FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65
FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66
FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67
FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68
FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69
FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70
FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71
FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72
FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73
FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74
FRAGMEN 74: LONGQIN
75
FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76
FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77
FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78
FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79
FRAGMEN 79: KEANEHAN
80
FRAGMEN 80: BADAI BARU
81
FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82
FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83
FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84
FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85
FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86
FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87
FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88
FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89
FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90
FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91
FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92
FRAGMEN 92: TRIK
93
FRAGMEN 93: SERGAPAN
94
FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95
FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96
FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97
FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98
FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99
FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100
FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101
SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102
SIDE STORY 2: FORECAST
103
SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104
HALO KARYA BARU!
105
Mampir Dulu Yuk!
106
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!