“Selir Chun, apa maksudmu?”
Ekspresi Wei Linglong begitu menyebalkan di mata Ibu Suri. Apa maksud gadis tengil di depannya ini? Beberapa bulan lalu sepertinya tidak separah ini. Sebenarnya apa yang dia lewatkan? Mengapa Wei Linglong, putri Jenderal Yun yang dia kurung di Istana Dingin sekarang tampak begitu berbeda?
Permaisuri Yi juga demikian. Sebelumnya, dia pernah bertemu dengan Wei Linglong sekali. Tingkahnya memang kurang ajar, tetapi kali ini mengapa lebih parah? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa maksud gadis itu sebenarnya? Permaisuri Yi ingin marah, tetapi di sini begitu banyak orang. Dia hanya akan menunjukkan kekurangannya kalau dia tidak mampu menahan emosi.
“Huanghou, kau tidak tahu?” Wei Linglong balik bertanya.
Ekspresi polos nan konyol tetapi menyebalkan itu membuat Wei Linglong semakin menjadi pusat perhatian. Dia sama sekali tidak gentar menghadapi tatapan Ibu Suri dan Permaisuri Yi beserta selir-selir yang memusuhinya tanpa alasan yang jelas. Dia hanya ingin menampilkan pertunjukkan terbaik untuk hari ini.
“Selir Chun, apa kau ingin menghina Ibu Suri?”
“Menghina? Permaisuri, Anda jangan berbicara sembarangan. Ini adalah hadiah terbaik yang ingin kuberikan pada Ibu Suri.”
“Kalau begitu, beritahu kami mengapa kau menjadikan tiga buah wortel sebagai hadiah!”
Semua orang yang hadir di sana menantikan jawaban darinya. Untuk ukuran bangsawan, hadiah paling murah untuk orang istana adalah lukisan bernilai ratusan tael. Untuk ukuran seorang selir, nilai hadiahnya bisa lebih tinggi. Tidak jarang banyak selir yang menghabiskan seluruh uangnya hanya untuk memberikan hadiah terbaik agar hati Ibu Suri senang hingga Permaisuri Yi sebagai pemimpin Istana Dalam turut bahagia.
Apa yang dilakukan putri Jenderal Yun? Wei Linglong mempersembahkan tiga buah wortel sebesar kaki orang dewasa yang dikirim oleh Kasim Du dari Istana Dingin beberapa hari yang lalu. Wortel-wortel itu sudah dicuci dengan bersih, kemudian sengaja ditempatkan di dalam kotak kayu agar terlihat seperti benda yang berharga. Xiaotan yang berdiri di tempat duduk majikannya langsung pias. Wajahnya tampak sangat khawatir.
“Permaisuri, wortel itu mengandung vitamin A yang bagus untuk kesehatan mata. Semua orang juga tahu kalau Ibu Suri berada dalam usia senja. Ilmu kesehatan bilang, semakin tua usia seseorang, maka daya penglihatannya akan semakin menurun. Agar matanya tetap sehat dan tidak rabun, maka kupikir memberikan wortel untuk dia konsumsi tidak ada salahnya. Justru sebaliknya, seharusnya ini menjadi hadiah yang sangat bagus.”
Murong Qin menahan tawa. Penjelasan Wei Linglong sungguh di luar dugaan.
“Kau bilang Ibu Suri berpenglihatan buruk?”
“Selir rendah ini tidak mengatakannya. Sudah kukatakan kalau wortel bagus untuk kesehatan mata. Jika Ibu Suri mengkonsumsinya dengan rutin, aku yakin matanya akan tetap jernih dan penglihatannya semakin tajam. Bukankah itu bagus?”
“Kau!”
“Permaisuri, aku berkata benar. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya pada ahli kesehatan yang ada di sini.”
Penjelasan Wei linglong, di mata orang lain adalah hal yang masuk akal. Akan tetapi, bagi Ibu Suri dan Permaisuri Yi, ini adalah sebuah penghinaan besar. Dia secara tidak langsung mengatakan kalau Ibu Suri adalah wanita tua yang penglihatannya sudah terganggu hingga harus diberi perawatan. Hal tersebut berarti menerangkan bahwa seharusnya Ibu Suri pensiun dan mengangkat tangannya dari dunia pemerintahan.
Murong Qin tidak bisa memungkiri kalau dia cukup senang dengan penjelasan Wei Linglong. Pertunjukan yang diberikan gadis itu selalu bagus. Otaknya ternyata pintah juga. Di luar, dia seperti peri yang peduli pada kesehatan Ibu Suri, tetapi di dalam dia telah mengelabui semua orang dan menghina Ibu Suri secara tidak langsung. Benar-benar menarik.
“Karena Selir Chun begitu memperhatikan kesehatanku, maka aku akan menerimanya. Pelayan, bawa hadiah Selir Chun.”
Mau tidak mau, Ibu Suri harus menerimanya. Dia tidak bisa marah di depan semua orang. Terlebih, dia tidak mau menghancurkan perjamuan hari ulang tahunnya. Wanita muda di hadapannya begitu pintar bermain kata hingga dia terjebak di dalam permainannya.
Usai memberikan hadiah, Wei Linglong langsung kembali ke tempat duduknya. Dia juga ingin tertawa karena telah berhasil membodohi orang-orang yang ada di sini. Rasa puas menjalar ke hatinya saat dia melihat ekspresi Ibu Suri dan Permaisuri Yi yang menurutnya sangat lucu. Dia tertawa di atas rasa marah orang lain. Tidak lama kemudian, Wei Linglong diam-diam kabur dari Istana Tian Yue, lalu kembali ke istananya dengan gembira.
...***...
Istana Yanxi, satu hari setelah hari perjamuan.
Kasim Liu membereskan tumpukan dokumen di atas meja Murong Qin dengan teliti. Pekerjaannya bertambah dua kali lipat hari ini karena hari kemarin, beberapa pekerjaan sempat tertunda akibat perjamuan di Istana Tian Yue. Perjamuan berakhir pada malam hari ketika pesta kembang api berlangsung di angkasa.
Hari ini, Kaisarnya sedang baik suasana hatinya. Efek dari pertunjukkan yang dibuat Selir Chun hari kemarin begitu membekas. Sepanjang malam, dia melihat Kaisarnya tidak terbangun dan tetap terlelap dengan damai. Ya, tidurnya begitu damai, tidak seperti hari-hari sebelumnya.
“Yang Mulia sepertinya sangat senang,” ujarnya.
“Aku sangat puas. Pertunjukkannya bagus.”
Kasim Liu ikut tersenyum. Setidaknya, hari ini dia tidak perlu menerima kemarahan Murong Qin yang selalu dipusingkan oleh masalah bencana di wilayah utara.
“Berikan hadiah padanya.”
Kasim Liu menahan senyum. Kemudian, kasim itu pergi.
Sementara itu, di Istana Fenghuang, hidup Wei Linglong tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia masih seorang selir pengangguran bahkan setelah dia mempermalukan Ibu Suri di hari ulang tahunnya. Gagak tua yang kehilangan suara tersebut sepertinya belum bisa bertindak kepadanya.
Dia berayun dengan nyaman di halaman utara. Matahari tidak begitu terik. Udara juga sejuk. Saat-saat mendamaikan seperti ini sungguh membuatnya terlena. Suasana ini mengingatkan dia pada halaman belakang gedung fakultasnya di abad 21. Halaman tersebut sangat asri. Ada taman yang indah dengan sebuah kolam air mancur di tengahnya. Di sana juga ada sebuah gazebo yang kerap digunakan untuk berkumpul atau bersantai sambil menikmati fasilitas wifi secara gratis.
Terkadang, di saat-saat seorang diri, dia sering mengingat kehidupannya di dunia lain. Dia sudah tinggal di sini selama beberapa bulan. Apakah dunia di sana baik-baik saja tanpa kehadirannya? Apakah ayah dan ibunya merindukannya? Apakah teman-temannya mengkhawatirkannya? Apakah dosen-dosennya merasakan kehilangan seorang mahasiswa cerewet yang ceroboh ini?
Mungkin, dunia di sana baik-baik saja.
“Nyonya Chun,” panggil seseorang.
Wei Linglong menoleh. Di halaman depan dekat taman bunga, Kasim Liu berdiri bersama beberapa orang kasim bawahan. Di tangan mereka terdapat beberapa buah peti kayu berisi kain sutera, perhiasan dan beberapa benda berharga. Wei Linglong kemudian menghampiri Kasim Liu.
“Ada apa? Apa Yang Mulia sudah memutuskan hukuman untukku?”
“Hukuman apa?”
“Bukankah aku sudah mempermalukan ibu tirinya dan hampir menghancurkan perjamuan ulang tahunnya?”
“Tidak, Nyonya. Yang Mulia justru sangat senang.”
“Aneh.”
“Nyonya, ini adalah hadiah dari Yang Mulia.”
Kasim bawahan Kasim Liu membuka peti-peti di tangan mereka. Perhiasan dan benda-benda berharga berkilauan, menusuk mata Wei Linglong. Selain perhiasan, dia juga melihat beberapa gulung kain sutera berbagai warna. Para kasim lalu meletakkan peti-peti itu di tanah agar Wei Linglong bisa dengan mudah mengamati dari jarak dekat.
“Apa-apaan ini? Dia ingin memeliharaku ya?”
“Nyonya tidak boleh berkata seperti itu.”
“Alangkah lebih baik jika dia memberiku bibit tanaman. Mungkin itu akan lebih berguna.”
Kasim Liu dan bawahannya tidak mampu berkata-kata. Di depan Selir Chun, mereka hanyalah sekumpulan semut kecil yang tidak bisa apa-apa. Jika ingin berdebat, mereka tidak akan mampu mengalahkannya. Perkataan aneh yang terlontar dari selir baru itu pun harus mereka terima dan mereka dengarkan apapun alasannya. Ini benar-benar langka.
“Kalau begitu, kami akan membawanya kembali.”
“Tunggu!” cegah Wei Linglong.
“Ada apa, Nyonya?”
“Hadiah itu milikku. Karena sudah sampai, tidak boleh diambil lagi. Pergilah, jangan mengangguku lagi.”
Tidak baik menyia-nyiakan hadiah pemberian orang. Sebelum mereka pergi, Wei Linglong terlebih dahulu meminta mereka memindahkan peti-peti hadiah ke dalam istananya. Usai tugas mereka selesai, Wei Linglong langsung mengusirnya dan menutup pintu utama Istana Fenghuang dan menguncinya dari dalam.
Xiaotan muncul dari pintu belakang sambil membawa nampan berisi makanan dan camilan. Setelah meletakannya di meja, dia berjalan menghampiri majikannya yang tengah berjongkok di hadapan peti-peti hadiah yang terbuka. Wanita itu seperti seorang gadis remaja yang baru dibelikan pakaian baru oleh orang tuanya.
“Xiaotan, menurutmu, apa aku harus membuang hadiah-hadiah ini?”
“Kenapa nyonya ingin membuangnya?”
“Jadi, aku harus menerimanya?”
“Jika dibuang, kita tidak punya apa-apa lagi. Gaji nyonya belum diberikan, tabungan kita juga sudah hampir habis. Setidaknya, nyonya masih punya barang berharga meskipun kita tidak punya uang.”
Xiaotan mungkin lupa kalau sekarang mereka tinggal di Istana Fenghuang. Tanpa perlu uang pun, kehidupan mereka sudah terbilang sangat mewah karena punya tempat tinggal yang megah dan mewah. Pelayan sepertinya masih berpikiran polos dan pendek. Xiaotan sama sekali tidak tahu maksud dari semua ini.
Wei Linglong justru memiliki pemikiran lain. Tiba-tiba, dia merasa menyesal telah muncul di hari perjamuan dan mengekspos dirinya sendiri. Murong Qin mungkin telah melihat kemampuannya. Wei Linglong secara tidak sadar telah menarik perhatian Murong Qin. Jika ini berlanjut, bisa-bisa dia dijadikan pion oleh pria dingin itu. Lebih parah lagi, bagaimana jika dia tiba-tiba menjadi selir kesayangan Murong Qin?
Meskipun hanya mengukur dari hadiah kecil, Wei Linglong cukup yakin. Ada banyak hal yang tidak perlu dijelaskan secara eksplisit untuk mengetahui maksudnya di dunia ini. Semuanya selalu memiliki arti. Wei Linglong berpijak pada stereotif tentang seorang pria pemimpin yang memiliki maksud lain lewat pemberian-pemberian pada seseorang. Dia yakin Murong Qin juga bermaksud begitu.
Apa yang harus dia lakukan?
Wei Linglong berpikir, sebelum semuanya terlambat, dia harus lari terlebih dahulu. Dia tidak boleh membiarkan Murong Qin mendekat padanya apapun alasannya. Duduk dan berjalan di samping seorang Kaisar sangat berbahaya. Itu seperti sebuah medan pertempuran yang dipenuhi banyak darah dan batu-batuan. Jika terjebak, maka akan sukar mencari jalan keluar.
Wei Linglong kemudian berlari ke depan lemari. Dia mengeluarkan beberapa helai pakaiannya, lalu membungkusnya dengan kain. Dia juga memasukkan beberapa kantung kain berisi uang ke dalamnya. Jepit rambut yang menempel di kepalanya dilepas, kemudian diletakkan di meja dekat nampan.
“Nyonya, apa yang mau nyonya lakukan?”
“Aku harus lari. Xiaotan, kau gadis yang baik. Kelak, carilah tuan yang baru.”
“Apa maksud nyonya?”
“Aku berdoa semoga kau mendapat majikan baru yang jauh lebih baik dariku.”
Xiaotan masih belum mengerti. Mengapa majikannya membungkus pakaiannya dan berdandan seperti orang biasa?
Setelah selesai berkemas, Wei Linglong membuka jendela. Akan tetapi, sebelum dia melompat, Xiaotan menahannya terlebih dahulu dan bertanya,
“Nyonya mau ke mana?”
“Aku ada urusan sebentar. Xiaotan, tetaplah di sini. Pastikan hadiah dan hartaku tetap aman.”
“Apakah nyonya mau berjualan lagi?”
“Tidak. Aku mau mencari sesuatu dulu.”
“Oh. Apakah akan lama?”
“Tidak.”
“Tapi, aku ingin ikut bersama nyonya! Ke manapun nyonya pergi, Xiaotan ingin ikut.”
“Patuhlah. Kau tidak perlu khawatir, oke?”
Xiaotan tidak rela. Dia ingin pergi bersama Wei Linglong. Namun, dia tidak bisa melawan perintah majikannya. Wei Linglong kemudian menyuruh Xiaotan untuk menutup mata dan tidak boleh membukanya sebelum dia memintanya. Xiaotan hanya menurut saja.
...***...
...Ternyata, Linglong mau kabur nih. Ayo, kejqr Linglong rame-rame! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-01-29
0
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-10-19
0
Rina
kocak 😅😅
2022-08-21
0