FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN

Halaman Istana Fenghuang adalah tempat terbaik untuk bersantai.

Pemandangan Danau Dongting dan angin sejuk yang berhembus begitu memanjakan orang yang sengaja berada di sana untuk menghabiskan waktu luang. Apalagi, di sana terdapat sebuah ayunan besar yang bisa digunakan untuk merebahkan diri sambil menikmati secangkir teh dan kuaci.

Sebagai seorang selir baru, Wei Linglong tidak punya pekerjaan. Jika di kehidupan modernnya dia akan disibukkan dengan kegiatan perkuliahan dan praktikum lapangan, di sini dia hanya bisa makan, tidur, berbaring, bermain dan bersantai sepanjang hari.

Dulu Wei Linglong benci bangun siang karena dia akan terlambat masuk kelas. Sekarang, bangun siang adalah kata yang sangat akrab di telinganya dan menjadi bagian dari kehidupannya. Wei Linglong jadi punya kebiasaan baru. Dulu dia juga rajin berolahraga di akhir pekan, tetapi sekarang dia malah lebih suka makan dan bermain ayunan di halaman.

Wei Linglong benar-benar seorang selir pengangguran.

Sudah satu bulan sejak dia ditetapkan sebagai Selir Chun oleh Murong Qin, dia belum menerima gaji. Aturan di istana mengatakan bahwa meskipun selir tidak disentuh Kaisar dan tidak melayaninya, selir itu tetap akan menerima gaji bulanan sebagai tunjangan sesuai dengan tingkatannya.

Akan tetapi, Wei Linglong belum mendapatkannya. Padahal, dia diangkat langsung oleh Murong Qin, Sang Kaisar Mingzhu. Pihak Istana Dalam seharusnya tahu hal ini dan langsung mencatatkan namanya ke dalam daftar.

Entah administrasi seperti apa yang ada di dalam sini, Wei Linglong hanya ingin menerima gajinya sesuai aturan dan jatahnya saja. Terserah jika Ibu Suri dan Permaisuri Yi ingin menikamnya atau ingin apa, yang jelas gaji Wei Linglong tetap harus dibayarkan.

Dia ingin menanyakan ini kepada pelayan, namun dia kemudian teringat kalau pelayan yang ada di sisinya hanyalah Xiaotan. Melihat Xiaotan bekerja begitu rajin sejak pagi, dia jadi tidak tega. Pelayan itu sudah banyak melakukan pekerjaan berat sepanjang hari. Rencananya, Wei Linglong akan menanyakannya langsung kepada Murong Qin.

Pria itu tidak menemui atau memanggilnya sejak pertemuan terakhir mereka beberapa hari lalu. Hari itu, Wei Linglong menghabiskan semua uang yang Murong Qin bawa tanpa mempedulikan raut wajah pria itu yang sudah seperti udang rebus atau cacing terbakar. Mungkin, Murong Qin masih marah kepadanya.

Tidak apa-apa. Begitu justru lebih baik. Wei Linglong tidak perlu repot-repot berusaha agar Murong Qin memperhatikannya. Lebih bagus jika pria itu melupakan dirinya dan melupakan keberadaannya.

Jika Murong Qin benar-benar marah padanya, selama tidak mengancam nyawa, Wei Linglong akan baik-baik saja. Biarkan Murong Qin bergejolak. Wei Linglong akan senang hati menerima hukumannya, apalagi jika dia dikembalikan ke Istana Dingin.

Betapa tidak masuk akalnya harapannya itu.

Wei Linglong membuang cangkang kuaci ke sembarang tempat. Di ayunan kayu yang bagus tersebut, dia berbaring dengan santai. Xiaotan membantunya mengayunkan ayunan dari belakang sambil sesekali menikmati kuaci. Hari sudah siang, langit terang dan birunya begitu mempesona. Musim gugur memberikan dia sensasi menenangkan.

Saat dia memejamkan mata, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Wei Linglong menduga kalau Murong Qin pasti sedang berkutat dengan dokumen negara dan sedang kebingungan mencari cara. Jika dia bisa menemukan solusinya, dia tidak mungkin seputus asa itu saat beberapa hari yang lalu.

“Xiaotan, menurutmu, apa bencana di bagian utara sangat parah?”

“Bencana apa?”

“Kau tidak tahu?”

Xiaotan menggeleng.

“Apa para dayang di sana tidak membicarakannya?”

Xiaotan kembali menggelengkan kepala. Apa maksud nyonyanya? Bencana? Bencana apa? Xiaotan bukan biang gossip yang bisa memberikan informasi seperti infotainment di televisi. Dia juga sama seperti Wei Linglong, baru masuk ke istana belum lama. Sebagai pelayan, dia tentu belum punya teman dan belum terlalu akrab dengan pelayan istana yang sudah lebih dulu masuk ke sini.

Bahkan saat dia ke dapur umum pun para pekerja di sana masih sempat membicarakannya, mengatakan kalau dia adalah pelayan selir baru penggoda Kaisar. Jika dipikir-pikir, perkataan mereka sungguh keterlaluan. Majikannya diangkat menjadi selir secara baik-baik, mana pernah menggoda Kaisar. Jelas-jelas majikan mereka yang sering menggunakan cara kotor untuk memikat Yang Mulia Kaisar.

“Hm. Berapa hari menuju perjamuan Ibu Suri?”

“Tiga hari. Nyonya, memangnya kau sudah menyiapkan hadiah? Bagaimana ini, gaji nyonya belum dibayarkan. Persediaan uang dari akar teratai juga sudah menipis. Kita tidak punya barang berharga yang bisa dijadikan hadiah,” keluh Xiaotan.

Wei Linglong menghela napas. Dia tidak ingin pergi. Jika bisa memilih, dia ingin menghilang pada hari itu agar dia tidak pergi ke perjamuan kuno yang sebenarnya tidak lebih dari sebuah ajang pamer harta dan sindir menyindir. Wei Linglong lebih suka berdiskusi tentang sains atau hal-hal yang berhubungan dengan akademik, tidak dalam situasi menjemukan seperti perjamuan.

Dia memang mulai beradaptasi, namun tetap saja dunia ini masih terasa asing baginya. Bagaimana jika dia tidak sengaja menumpahkan teh atau arak di baju selir lain dan selir tersebut ribut dengannya?

Bagaimana jika dia salah melangkah dan terjatuh di hadapan banyak orang?  Lalu bagaimana jika dia salah bicara dan kepalanya berakhir di tiang gantungan?

Wei Linglong dengar, hukum di zaman kuno begitu kejam, tidak berperikemanusiaan. Hidup di istana zaman kuno sama seperti hidup di dalam hutan, siapa yang kuat dia yang akan bertahan. Nyawa kecilnya yang susah payah didapatkan kembali ini tidak akan bisa menahan semua hal itu.

Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa Wei Linglong juga penasaran dengan suasana perjamuan di zaman kerajaan. Apakah sama seperti di dalam drama televisi? Apakah detailnya serupa dengan latar di dalam novel bergenre wuxia dan xianxia yang dia baca di waktu senggang?

Dia juga penasaran dengan rupa Ibu Suri yang telah membuatnya masuk Istana Dingin. Gara-gara wanita tua itu, Wei Linglong yang asli jatuh sakit dan jiwanya pergi entah ke mana. Gara-gara gagak tua itu, Wei Linglong dari dunia modern malah tersesat dan masuk ke tubuh Wei Linglong zaman kuno.

Wei Linglong juga penasaran seperti apa rupa Permaisuri Yi, permaisuri pengganti sepupunya, Wei Hongxue yang telah meninggal setelah melahirkan Murong Yu. Apakah cantik? Apakah dia punya wibawa? Apakah dia kaya raya atau miskin seperti dirinya? Apakah dia punya aura seorang ratu yang berkilauan seperti emas? Atau justru berwajah jelek dan bodoh?

Wei Linglong terlalu banyak punya rasa penasaran hingga dia tidak sadar kalau kuaci di piringnya sudah habis. Matahari sudah tergelincir, sekarang semburat senja menyembul di udara. Air di Danau Dongting bersinar, cahayanya terpantul ke udara dan sedikit menyilaukan mata. Pelayannya, Xiaotan, menatapnya dengan bingung.

“Nyonya, kenapa kau melamun begitu lama?”

“Aku melamun? Sejak kapan?”

“Lihatlah, kuacimu bahkan sudah habis.”

“Benar. Xiaotan, ambilkan lagi!”

“Nyonya, kuaci kita sudah habis.”

“Habis begitu saja? Ke mana perginya kuaci-kuaciku?”

“Apa nyonya lupa? Setiap malam kau selalu memakannya sebelum tidur.”

Wei Linglong tertawa hambar. Kuaci adalah lambang seseorang yang tidak punya pekerjaan pasti. Saat orang itu tidak punya kegiatan yang harus dilakukan, dia akan bermalas-malasan dengan makan kuaci. Itu artinya, Wei Linglong tidak lebih dari seorang pengangguran juga.

“Aku begitu senggang ya?”

“Nyonya tidak membaca atau menulis. Istana kita juga jauh dari istana lain. Kalau nyonya tinggal di komplek Istana Dalam, mungkin kau akan punya pekerjaan.”

“Pekerjaan? Apa menghasilkan uang? Apa? Katakan padaku!”

“Menghajar selir lain yang menganggumu setiap hari!”

Air muka Wei Linglong berubah. Bahunya yang semula tegak merosot. Sesenggang itukah dirinya hingga pelayannya sendiri mengatakan kalau menghajar selir lain juga sebuah pekerjaan? Wei Linglong benar-benar tidak mengerti. Dia seperti bunga yang sengaja ditanam di Istana Fenghuang lalu dibiarkan tumbuh liar, bahkan dibiarkan sendirian di antara banyak marmer dan hiasan dari emas yang berharga.

Daripada menghabiskan waktu dan tenaga untuk menghajar selir lain, lebih baik dia selamanya menjadi pengangguran. Tidak apa-apa kalau dia cuma punya sedikit uang, asalkan perutnya tetap terisi dan segala kebutuhannya terpenuhi. Itu sudah lebih dari cukup baginya. Satu lagi, dia akan sangat bersyukur juga jika Murong Qin tidak muncul selamanya.

“Ketimbang menghajar selir, lebih baik aku berkebun. Bagaimana keadaan kebunku di Istana Dingin?”

“Kasim Du mengirim surat kemarin. Dia bilang, wortel dan tomat yang ditanam nyonya sudah siap panen. Selain itu, sawi putih dan daun mint juga sudah tumbuh dengan subur.”

“Besok, kau ambil masing-masing dua keranjang.”

“Baik, Nyonya.”

Wei Linglong kembali berayun. Dia tidak memperhatikan waktu yang sudah merujuk pada malam hari. Beberapa lampu taman istana masih  padam hingga semuanya tampak gelap. Hanya tempat dia berayun yang terang. Di langit, bintang-bintang bermunculan begitu banyak. Di dunia modern, bintang-bintang itu sudah tertutup kabut dan polusi hingga jarang bisa terlihat. Di sini, langit begitu jernih.

Setelah puas bersantai di ayunan, Wei Linglong memutuskan untuk masuk. Xiaotan menyalakan lilin penerang di seluruh penjuru istana hingga bangunan megah yang semula gelap kini bersinar seperti pelita di tengah kegelapan. Di dalam kamarnya, Wei Linglong merebahkan diri, kemudian memejamkan mata. Dia menggenapi sebutan selir pengangguran yang merujuk pada dirinya.

...***...

...Saatnya kuis! ...

...Apa saran pekerjaan yang cocok untuk Linglong sebagai Selir Chun? ...

...a. Tukang sapu taman...

...b. Penyelam profesional...

...c. Tukang kebun...

...d. Tetap jadi selir pengangguran...

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trudceria

2024-01-29

0

Hasan

Hasan

🤣🤣🤣ada perkerjaan tp menghajar para selir2 licik anjay

2023-02-21

1

Tjong Siau Lian

Tjong Siau Lian

tukang kebun aj

2022-12-08

2

lihat semua
Episodes
1 FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2 FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3 FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4 FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5 FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6 FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7 FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8 FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9 FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10 FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11 FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12 FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13 FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14 FRAGMEN 14: SISI LAIN
15 FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16 FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17 FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18 FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19 FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20 FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21 FRAGMEN 21: BERPIKIR
22 FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23 FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24 FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25 FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26 FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27 FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28 FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29 FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30 FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31 FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32 FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33 FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34 FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35 FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36 FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37 FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38 FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39 FRAGMEN 39: DUA WANITA
40 FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41 FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42 FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43 FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44 FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45 FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46 FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47 FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48 FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49 FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50 FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51 FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52 FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53 FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54 FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55 FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56 FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57 FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58 FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59 FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60 FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61 FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62 FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63 FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64 FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65 FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66 FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67 FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68 FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69 FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70 FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71 FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72 FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73 FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74 FRAGMEN 74: LONGQIN
75 FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76 FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77 FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78 FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79 FRAGMEN 79: KEANEHAN
80 FRAGMEN 80: BADAI BARU
81 FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82 FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83 FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84 FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85 FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86 FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87 FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88 FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89 FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90 FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91 FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92 FRAGMEN 92: TRIK
93 FRAGMEN 93: SERGAPAN
94 FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95 FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96 FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97 FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98 FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99 FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100 FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101 SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102 SIDE STORY 2: FORECAST
103 SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104 HALO KARYA BARU!
105 Mampir Dulu Yuk!
106 Pengumuman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2
FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3
FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4
FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5
FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6
FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7
FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8
FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9
FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10
FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11
FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12
FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13
FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14
FRAGMEN 14: SISI LAIN
15
FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16
FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17
FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18
FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19
FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20
FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21
FRAGMEN 21: BERPIKIR
22
FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23
FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24
FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25
FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26
FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27
FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28
FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29
FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30
FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31
FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32
FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33
FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34
FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35
FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36
FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37
FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38
FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39
FRAGMEN 39: DUA WANITA
40
FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41
FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42
FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43
FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44
FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45
FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46
FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47
FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48
FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49
FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50
FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51
FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52
FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53
FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54
FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55
FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56
FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57
FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58
FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59
FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60
FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61
FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62
FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63
FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64
FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65
FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66
FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67
FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68
FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69
FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70
FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71
FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72
FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73
FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74
FRAGMEN 74: LONGQIN
75
FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76
FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77
FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78
FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79
FRAGMEN 79: KEANEHAN
80
FRAGMEN 80: BADAI BARU
81
FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82
FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83
FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84
FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85
FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86
FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87
FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88
FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89
FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90
FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91
FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92
FRAGMEN 92: TRIK
93
FRAGMEN 93: SERGAPAN
94
FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95
FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96
FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97
FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98
FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99
FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100
FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101
SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102
SIDE STORY 2: FORECAST
103
SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104
HALO KARYA BARU!
105
Mampir Dulu Yuk!
106
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!