FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG

“Dia menolaknya?”

Kasim Liu mengangguk ketika Murong Qin bertanya pada keesokan harinya. Dugaanya benar, wanita itu pasti akan menolak undangannya. Sejak tahu Wei Linglong bisa melawan wanita istana lain yang diutus Ibu Suri saat dirinya berada di Istana Dingin, Murong Qin sudah memprediksi kalau wanita itu berbeda dari wanita istana yang lain.

Awalnya dia meyakinkan dirinya sendiri kalau dia hanya tertipu sesaat oleh tingkah Wei Linglong. Murong Qin selalu berpikir kalau semua wanita yang datang ke istana selalu sama, licik dan manipulatif. Mengejar kekayaan dan kemakmuran adalah tujuan utama. Tujuan sampingannya adalah menaikkan popularitas dan menaikkan derajat keluarga.

Terkadang, Murong Qin bingung sendiri mengapa para wanita begitu ingin masuk ke istana dan mengantri menjadi wanitanya. Baginya, kebebasan adalah sebuah harta yang berharga. Para wanita itu mengorbankan kebebasannya sendiri dan rela terkurung di dalam istana yang temboknya sangat tinggi dan aturannya sangat ketat hanya demi sebuah nama dan gelar.

Apa arti kebanggaan di mata mereka?

Jika harus dikatakan, para wanita yang ada di istananya hanyalah sebuah pion keluarga yang sewaktu-waktu bisa disingkirkan. Dia sudah menemui banyak kasus ketika wanita istana yang menjadi selir terkena masalah, seluruh keluarganya memilih lepas tangan dan tidak mau mengurusi.

Wei Linglong di matanya pada awalnya juga seperti itu. Dia berpikir bahwa Wei Linglong akan memohon padanya untuk membebaskannya dari Istana Dingin dan memberinya status yang tinggi sebagai ganti dari diberikannya plakat militer yang membuat ayahnya pensiun dan pulang kampung. Ya, Murong Qin selalu berpikir kalau Wei Linglong hanyalah sebuah alat transaksi antara dia dengan Jenderal Yun.

Murong Qin tidak menyangkal kalau para penghuni Istana Dalam sebenarnya sama nasibnya dengan Wei Linglong. Mereka masuk istana karena kebutuhan dan kepentingan politik, bukan semata-mata karena dia menginginkannya. Apalagi, di sana ada Ibu Suri yang memegang kekuasaan tertinggi atas Istana Dalam.

Dia yang kerap kali bersinggungan dengannya hanya bisa mengiyakan setiap kali ada wanita baru yang masuk istana. Begitu dan begitu sepanjang usia pemerintahannya hingga jumlahnya meningkat sampai seratus orang lebih.

“Bagaimana hasil penyelidikannya?” tanya Murong Qin pada Komandan Bu, pengawal pribadinya yang setia namun agak bodoh.

“Yang Mulia, Selir Chun kehilangan ingatan karena sakit saat masih berada di Istana Dingin,” jawab Komandan Bu. Pengawal tersebut menyampaikan semua informasi yang dia dapat dari beberapa kasim dan pelayan istana.

“Oh? Dia pernah menjadi wanita yang berputus asa juga?”

“Tidak, Yang Mulia. Selir Chun tidak pernah mengeluhkan apapun saat dia masih dikurung di Istana Dingin.”

“Apa yang kau katakan benar?”

“Saya tidak berani berbohong. Menurut kasim di Istana Dingin, Selir Chun begitu tenang dan gembira. Pada waktu tertentu, Selir Chun bahkan sering bertingkah seolah dia adalah seorang wanita yang sangat bebas dan tidak terikat dengan siapapun.”

“Apa karakternya memang seperti ini?”

“Tidak, Yang Mulia. Pelayan bernama Xiaotan yang berada di sisinya mengatakan kalau Selir Chun memang agak kurang ajar sebelumnya. Setelah masuk istana, kekurang ajarannya semakin parah. Bahkan, dia dengan berani menentang Ibu Suri di hari keduanya masuk istana.”

“Apa yang mereka ributkan?”

“Ibu Suri menanyai Selir Chun perihal plakat perintah militer milik ayahnya yang diserahkan kepada Yang Mulia. Selir Chun dengan terang-terangan mengatakan kalau Ibu Suri adalah rubah tua yang licik.”

Setelah berminggu-minggu berlalu, Murong Qin baru mengetahui alasan sebenarnya yang membuat Wei Linglong dikurung di Istana Dingin. Tidak heran saat Selir De datang untuk menindasnya, Wei Linglong tidak ragu menghina dan mengejek Ibu Suri dengan sebutan burung perkutut yang tua.

Berdasarkan tingkahnya ini, Murong Qin menarik kesimpulan kalau Wei Linglong sama sekali tidak berniat menjalin hubungan atau bekerja sama dengan Ibu Suri untuk memata-matai atau menjatuhkannya. Sebaliknya, wanita itu malah berusaha menghindar dari keramaian dan memilih hidup damai di Istana Dingin.

Wei Linglong pasti tidak ingin terlibat dalam persaingan wanita istana. Itu juga yang mungkin membuatnya menolak undangan perjamuan. Bayangkan saja, dia sudah melawan dan menentang lima orang wanita utusan Ibu Suri. Jika Ibu Suri tidak bertindak kepadanya, itu baru hal yang aneh.

“Yang Mulia, ada satu hal lagi yang perlu saya laporkan kepadamu,” ucap Komandan Bu dengan raut wajah serius.

“Apa?”

“Selir Chun adalah adik sepupu dari mendiang Permaisuri Hong.”

“Mereka benar-benar satu keluarga ternyata.”

“Apa saya masih perlu menyelidikinya lagi?”

“Tidak perlu. Pergilah, urusi urusanmu sendiri!”

Pandangan Murong Qin jatuh pada sebuah buku laporan. Lagi-lagi buku laporan itu! Melihat Kaisarnya hendak turun dari kursi kerjanya, Kasim Liu dengan sigap meraih tangan kiri Murong Qin dan membantunya berdiri. Pakaian berat yang dipakai Kaisarnya cukup merepotkan.

Murong Qin berjalan menghampiri sebuah rak buku yang ada di bagian samping aula kerjanya. Di depan susunan buku yang berjajar rapi, dia mengambil sebuah buku yang paling tebal dan paling berat. Saat dia membukanya, aroma kertas usang yang lembab langsung menusuk hidungnya. Pada halaman awal buku tersebut, dia mengusap sebuah peta yang menjadi penanda halaman pertama dari buku tebal tersebut.

Buku tebal yang kini ada di tangannya adalah buku catatan pangan dari seluruh wilayah Dinasti Yuan dari tahun pertama sejak dia naik takhta hingga usia pemerintahannya yang kedelapan. Buku itu berhenti ditulis pada dua tahun lalu karena orang kepercayaan Murong Qin yang ditugaskan untuk mencatatnya sudah meninggal karena usia tua. Sampai saat ini, dia belum menemukan orang yang tepat untuk mencatatnya lagi.

“Sudah berapa lama aku tidak menemuinya?” tanyanya.

“Yang Mulia, sudah dua tahun sejak kepergian Tuan Bai. Terakhir kali Yang Mulia bertemu adalah pada saat hari pemakamannya.”

Murong Qin menghela napas. Jika orang yang disebut Tuan Bai masih hidup, dia mungkin bisa meminta saran dan pendapat dari orang itu mengenai bencana yang terjadi di wilayah utara. Walaupun Murong Qin adalah seorang Kaisar Mingzhu yang hebat di mata orang, dia tetap seorang manusia yang punya kekurangan. Terkadang, dia memerlukan seseorang yang bisa diajak diskusi secara pribadi.

Tuan Bai, pencatat buku pangan kepercayaan Murong Qin adalah orang bijaksana. Dia pejabat terjujur yang pernah dikenal olehnya. Tuan Bai membantunya menjaga kestabilan pemerintahan saat takhtanya baru seumur jagung. Berkat Tuan Bai, Murong Qin bisa sedikit berbagi beban terutama di masalah pangan rakyat. Sayang, pria bijaksana itu tidak berumur panjang.

“Liu Ting, siapkan kuda.”

“Yang Mulia ingin mengunjungi Tuan Bai?”

“Ya.”

“Baik, Yang Mulia.”

“Suruh Selir Chun kemari!”

“Baik, Yang Mulia.”

Sambil menunggu kasimnya kembali, Murong Qin mengganti pakaiannya dengan pakaian bangsawan biasa. Mahkotanya dia letakkan di tempat biasa. Murong Qin juga mengikat rambutnya hingga penampilannya kini tidak jauh berbeda dengan tampilan para tuan muda dari keluarga bangsawan ternama. Murong Qin tidak pernah lupa pada penyamarannya setiap kali dia pergi keluar istana.

Menjelang siang hari, Kasim Liu kembali ke Istana Yanxi. Di belakangnya ada Wei Linglong dalam balutan hanfu sederhana berwarna cokelat muda. Dia memandang Murong Qin dari atas ke bawah, memperhatikan setiap detail yang menempel pada tubuh kekar berparas tampan tersebut. Sekilas, pria di hadapannya ini seperti seorang model papan atas yang sedang ber-cosplay menjadi orang zaman kuno keturunan darah bangsawan.

“Kau sudah datang.”

“Yang Mulia memanggilku?”

“Ayo kita berangkat.”

“Berangkat? Ke mana?”

Murong Qin menolak menjawab pertanyaan Wei Linglong. Dia menarik tangan gadis itu tanpa memperhatikan reaksi dan ekspresi Wei Linglong yang heran sekaligus bingung. Ada apa ini? Mengapa Kaisarnya memintanya datang ke Istana Yanxi tanpa penjelasan lalu menarik tangannya seperti ini? Wei Linglong bahkan belum sempat mencerna semuanya dengan baik.

Mereka keluar lewat pintu samping Istana Yanxi. Setelah berjalan beberapa lama, mereka sampai di sebuah gerbang rahasia yang terletak di halaman belakang Istana Yanxi. Kasim Liu mengeluarkan sebuah kunci kemudian membuka pintu gerbang tersebut. Setelah gerbangnya terbuka, kasim itu kembali memasukkan kuncinya ke saku di pinggangnya.

Di luar gerbang, sebuah kereta kuda sederhana lengkap dengan seorang kusir terparkir. Kusir itu memberi hormat pada Murong Qin dan Wei Linglong. Tangan Wei Linglong masih digenggam erat oleh Murong Qin hingga gadis itu sedikit meringis karena cengkramannya cukup kuat.

"Hei, bisakah kau lepaskan tanganku dulu?" pinta Wei Linglong pada Murong Qin. Perkataan Wei Linglong telah menyadarkan Murong Qin bahwa sedari tadi dia terus menggenggam tangannya tanpa sadar. Refleks, Murong Qin langsung melepaskan cengkeramannya.

“Main tarik-tarik tangan orang sembarangan. Yang Mulia, sebenarnya apa yang mau kau lakukan?”

Murong Qin menunjuk kereta kuda dengan dagunya. Kening Wei Linglong berkerut, berusaha menebak maksud dari isyarat tersebut. Beberapa detik setelahnya, dia baru tahu bahwa isyarat tersebut bermakna, “Naiklah. Temani aku pergi ke suatu tempat.”

Wei Linglong dan Murong Qin duduk berhadapan. Kereta kudanya cukup besar dan bagian dalamnya cukup luas. Jarak antara dia dan Murong Qin terpaut cukup dekat. Kusir pengendali segera menarik tali, kudanya dipecut dan kereta mulai berjalan. Di gerbang itu, Kasim Liu memandang kepergian Kaisar dan selirnya dengan tatapan heran.

Gadis itu menyibak tirai jendela kereta. Matanya berbinar saat tahu kalau mereka sudah sampai di tengah kota, tempat orang-orang kuno melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Suasana begitu ramai dan hangat di penghujung musim gugur yang panjang ini. Kedai-kedai makanan dan minuman disesaki banyak orang. Toko kosmetik, toko kain, toko peralatan tulis, toko perhiasan, dan toko makanan pun tidak jauh berbeda.

Wei Linglong tertawa kecil setiap kali melihat pedagang yang sedang berdebat perkara tawar menawar harga dengan pembelinya. Interaksi tersebut membuatnya teringat akan kejadian beberapa bulan lalu saat dirinya menyusup keluar istana dan menyamar menjadi seorang penjual akar teratai, menipu ibu-ibu setengah tua bahkan menipu Murong Qin yang sedang menyamar.

“Apa kau begitu gembira?” tanya Murong Qin setengah sinis.

“Tentu saja. Setiap hari aku terkurung di istana, pemandangan seperti ini sangat langka. Dunia kuno benar-benar memberikan sensasi yang berbeda!”

“Tingkahmu menunjukkan seperti kau tidak pernah keluar dari rumah.”

Bukan tidak pernah keluar rumah, aku memang bukan penduduk asli dunia ini.

Hati gadis itu berharap kalau mereka akan berhenti di depan kedai makanan atau minuman. Harapannya putus saat kereta kuda lewat begitu saja di depan kedai makanan dan minuman yang paling banyak dikunjungi orang. Tidak apa-apa, Wei Linglong masih punya harapan lain. Mungkin, kereta kudanya akan berhenti di toko alat tulis atau toko kain. Sayang, harapannya yang satu itu juga pupus. Bahkan setelah beberapa toko, kereta kuda tetap tidak berhenti. Wei Linglong semakin kehilangan harapannya ketika kereta kuda sudah sampai di ujung jalan pusat kota.

Memang, harapan adalah hal yang paling menyakitkan ketika tidak terwujud.

Kereta kuda berbelok ke arah kiri, ke sebuah jalan kecil yang di sisi kanan kirinya ditumbuhi pohon maple yang sedang berjuang menghadapi musim gugur. Murong Qin tidak memberitahukan ke mana mereka akan pergi. Pria itu hanya duduk diam sambil memejamkan mata, mengabaikan seorang wanita yang duduk satu kereta bersamanya.

“Cih, benar-benar pria berhati dingin!” ungkap Wei Linglong pelan.

Jalan yang sempit berubah jalur ke sebuah jalan lain. Arahnya menuju ke sebuah hutan yang gundul karena musim gugur.

Daun-daun yang jatuh bertumpuk menutupi tanah, terhampar seperti permadani. Jejak roda kereta membekas di atas tanah dan daun-daun tersebut.

Sampai suatu waktu, kusir menghentikan laju kuda.

“Tuan, kita sudah sampai.”

Murong Qin keluar dari kereta tanpa berkata apa-apa. Wei Linglong mengikutinya dari belakang. Dia melompat dari atas kereta. Saat jejak kakinya sudah menapak di tanah dan tubuhnya sudah seimbang, dia mengernyit bingung mendapati pemandangan yang tidak biasa di hadapannya.

“Di mana ini?"

Hutan maple yang berguguran, udara yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, hamparan daun-daun tua, juga bangunan aneh di hadapan berbentuk bulat dengan sebuah batu tinggi membuat Wei Linglong semakin kebingungan. Batu tinggi itu, sepertinya adalah sebuah batu nisan!

“Pemakaman.”

“Yang Mulia ingin menguburku hidup-hidup?”

Murong Qin seketika mendelik. Apa isi otak wanita ini? Apa katanya tadi? Menguburnya hidup-hidup? Untuk apa? Murong Qin memalingkan wajah. Dia menatap nisan yang menjadi penanda bahwa seseorang telah dipendam di dalam tanah ini.

Ada kesedihan yang membayang di matanya. Tatapan mata setajam elang berubah menjadi sayu. Kabut tipis seperti menyelimuti bola matanya. Pelupuk matanya basah, namun air yang sangat berharga itu tidak keluar meluncur dari sarangnya. Murong Qin seperti sedang menahan sesuatu.

“Ini adalah makam Tuan Bai.”

“Tuan Bai? Siapa dia? Ayahmu? Leluhurmu?”

Murong Qin menghela napas sejenak.

...***...

...Ternyata jadi pemimpin itu susah ya, apalagi kalau udah kehilangan orang kepercayaan. Yuk kasih semangat buat Murong Qin! ...

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussehst

2024-01-29

0

Hasan

Hasan

nah coba lu tanyain saja tuh selir chun mu pasti dapat solusi jitu🤭🤭

2023-02-21

3

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

terlalu barbar thor mc cewknya

2023-01-08

1

lihat semua
Episodes
1 FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2 FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3 FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4 FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5 FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6 FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7 FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8 FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9 FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10 FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11 FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12 FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13 FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14 FRAGMEN 14: SISI LAIN
15 FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16 FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17 FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18 FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19 FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20 FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21 FRAGMEN 21: BERPIKIR
22 FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23 FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24 FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25 FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26 FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27 FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28 FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29 FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30 FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31 FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32 FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33 FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34 FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35 FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36 FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37 FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38 FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39 FRAGMEN 39: DUA WANITA
40 FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41 FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42 FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43 FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44 FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45 FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46 FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47 FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48 FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49 FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50 FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51 FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52 FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53 FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54 FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55 FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56 FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57 FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58 FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59 FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60 FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61 FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62 FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63 FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64 FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65 FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66 FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67 FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68 FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69 FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70 FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71 FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72 FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73 FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74 FRAGMEN 74: LONGQIN
75 FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76 FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77 FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78 FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79 FRAGMEN 79: KEANEHAN
80 FRAGMEN 80: BADAI BARU
81 FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82 FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83 FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84 FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85 FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86 FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87 FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88 FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89 FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90 FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91 FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92 FRAGMEN 92: TRIK
93 FRAGMEN 93: SERGAPAN
94 FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95 FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96 FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97 FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98 FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99 FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100 FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101 SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102 SIDE STORY 2: FORECAST
103 SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104 HALO KARYA BARU!
105 Mampir Dulu Yuk!
106 Pengumuman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2
FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3
FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4
FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5
FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6
FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7
FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8
FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9
FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10
FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11
FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12
FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13
FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14
FRAGMEN 14: SISI LAIN
15
FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16
FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17
FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18
FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19
FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20
FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21
FRAGMEN 21: BERPIKIR
22
FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23
FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24
FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25
FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26
FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27
FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28
FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29
FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30
FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31
FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32
FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33
FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34
FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35
FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36
FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37
FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38
FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39
FRAGMEN 39: DUA WANITA
40
FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41
FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42
FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43
FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44
FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45
FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46
FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47
FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48
FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49
FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50
FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51
FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52
FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53
FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54
FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55
FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56
FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57
FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58
FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59
FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60
FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61
FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62
FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63
FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64
FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65
FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66
FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67
FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68
FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69
FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70
FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71
FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72
FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73
FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74
FRAGMEN 74: LONGQIN
75
FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76
FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77
FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78
FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79
FRAGMEN 79: KEANEHAN
80
FRAGMEN 80: BADAI BARU
81
FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82
FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83
FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84
FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85
FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86
FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87
FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88
FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89
FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90
FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91
FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92
FRAGMEN 92: TRIK
93
FRAGMEN 93: SERGAPAN
94
FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95
FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96
FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97
FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98
FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99
FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100
FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101
SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102
SIDE STORY 2: FORECAST
103
SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104
HALO KARYA BARU!
105
Mampir Dulu Yuk!
106
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!