FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR

Wei Linglong membungkus akar teratai yang dipetik dari kolam dengan selembar kain. Dia kemudian meminta Xiaotan untuk memberinya sisa tabungan yang ada. Saatnya membalas dendam untuk perut keroncongan. Otak cerdasnya sebagai petani masa depan bekerja dua kali lebih baik dibandingkan di dunia modern.

“Hm. Cukup untuk menyuap penjaga dan meminjam baju.”

“Menyuap penjaga? Nona, sejak kapan kau jadi wanita jahat?”

“Wanita jahat? Definisimu salah, Xiaotan. Menyuap orang kecil tidak masalah. Jahat itu ketika kau orang besar menyuap orang besar lagi. Sudahlah, aku sudah terlambat. Kau, berbaring di sini dan jangan ke mana-mana!”

“Tapi, nona, bagaimana jika ketahuan?”

“Sstt… Apa kau punya peta?”

Xiaotan menyerahkan segulung kertas usang bergambar simbol dan bangunan berisi tata letak istana, jalan, dan pintu gerbang. Wei Linglong baru datang, terpaksa harus menggunakan peta karena dia tidak hapal pada tempat ini.

Pelayan paling patuh jika majikan sudah memerintah. Dia, Xiaotan yang sangat setia pada tuannya hanya menurut ketika disuruh berganti pakaian dan berbaring, menyamarkan diri dan menggantikan Wei Linglong untuk sementara waktu. Ketakutan jelas terlihat, namun dia sendiri tidak berdaya. Dia juga ingin Wei Linglong terbebas. Membiarkannya keluar istana saat ini mungkin adalah satu-satunya penghiburan yang bisa dia berikan pada wanita yang sudah memberinya kehidupan.

Meninggalkan Xiaotan yang terjebak di Istana Dingin, mari lihat betapa bahagianya Wei Linglong ketika dia bisa keluar Istana Dingin dengan mudah. Aroma kebebasan menguar menusuk hidung dan memenuhi paru-parunya saat kakinya menginjak tanah di luar gerbang Istana Dingin yang biasanya selalu tertutup. Demi kebebasan tersebut, dia harus menghabiskan seluruh sisa tabungannya untuk menyuap penjaga dan meminjam baju kasim.

Di sebelah barat pagar pembatas, Wei Linglong melihat sebuah lubang anjing. Uangnya sudah habis, tidak mungkin lagi jika harus menyuap penjaga di gerbang utama. Tubuhnya yang kecil mulai masuk, melewati lubang kecil tersebut. Meski sempat tersendat di bagian pinggul, Wei Linglong tetap bisa keluar.

“Untung saja badanku kecil. Wei Linglong, kau benar-benar menjaga tubuhmu dengan baik, ya!”

Wei Linglong berjalan menyusuri jalan besar yang sepi. Jalan itu mengarah ke bagian barat. Tidak ada penjaga di sini. Dia sesuka hati bersenandung tanpa takut ditangkap. Rupanya, dinding pembatas dekat Istana Dingin tidak dijaga. Mungkin pihak istana sendiri tidak khawatir karena penghuni Istana Dingin semuanya adalah orang yang berputus asa.

Rasa senangnya bertambah berkali-kali lipat saat matanya menangkap pemandangan luar biasa.

“Wah, ini benar-benar nyata?”

Orang-orang menyebut ibukota Dinasti Yuan dengan Yongji. Kota Yongji. Ibukota kekaisaran. Kotaraja. Imperial city. Wei Linglong terpukau melihat keramaian yang sangat nyata ada di depannya. Bahkan, ini lebih ramai daripada yang dia lihat di film televisi dan serial aplikasi. Potret nyata dari kehidupan sejarah yang agung ternyata benar-benar luar biasa.

Wei Linglong berjalan di tengah keramaian kota sendirian. Matanya nyalang, mencari tempat yang sekiranya cocok dan strategis untuk menjalankan bisnis. Dia memilih sebuah lahan kosong di dekat sebuah gedung yang ramai. Akar teratai di gendongannya dia letakkan, kemudian dia tata sedemikian rupa. Wanita itu mulai menjajakan dan menawarkan harga.

“Nona, berapa harga akar teratai ini?” tanya seorang wanita setengah baya sambil menunjuk satu akar teratai yang ukurannya paling besar.

“Harganya hanya lima tael perak, nyonya.”

Wanita paruh baya terkejut bukan kepalang.

“Apa? Lima tael perak? Mahal sekali!”

“Nyonya, ini sudah harga diskon. Harga aslinya delapan tael perak. Untuk nyonya, aku beri potongan harga.”

Wanita paruh baya protes. Lima tael perak adalah harga yang terlalu mahal untuk sebuah akar teratai yang dijajakan di pinggir jalan. Harga ini setara dengan satu bulan gaji pejabat eselon sembilan. Namun, pemikiran

tersebut tidak ada dalam otak Wei Linglong yang sedang kekurangan uang. Dia perlu bermain harga agar akar teratainya terjual habis dan dia mendapat keuntungan.

Sebagai mahasiswa pertanian, dia tidak hanya belajar bertani. Dosennya di kampus juga mengajarkan agrobisnis pada mahasiswanya hingga Wei Linglong cukup terampil dalam bisnis jual beli sayuran hasil panen. Keterampilan ini kemudian dia terapkan di sini, di kehidupan barunya.

“Kulihat kau bukan berdagang, tapi memeras. Nona, kau menjual harga tinggi, siapapun tidak akan membelinya!”

“Ini karena akar terataiku spesial!”

Terjadi cekcok antara Wei Linglong dan Si Wanita Paruh Baya. Penawaran harga masih berlangsung namun  kedua belah pihak masih ribut dan tetap pada pendiriannya. Wei Linglong tetap pada harga awal, sedangkan wanita paruh baya di depannya bersikeras menawar dengan harga pasar.

Seratus meter dari lapak jual Wei Linglong, sebuah kereta kuda yang mewah berhenti. Seorang pria yang pakaiannya biasa saja turun dari kursi kusir, menatap ke arah depan. Kereta kuda tersebut sepertinya hendak lewat, namun terhenti karena cekcok antara Wei Linglong dan wanita paruh baya mengundang perhatian hingga orang-orang berkerumun dan menutup akses jalan.

“Ada apa?” tanya seseorang dari dalam kereta. Suaranya berat dengan tone yang khas. Suara laki-laki. Namun, terkesan dingin.

“Tuan Muda, di depan ada seorang tukang sayur bertengkar dengan seorang wanita paruh baya,” jawab pria berpakaian biasa.

“Singkirkan mereka!”

“Baik, Tuan Muda.”

Pria berpakaian biasa kemudian menghampiri kerumunan yang ditimbulkan akibat perdebatan Wei Linglong dengan calon pelanggannya. Namun, sepertinya kesempatan untuk membubarkan kerumunan sangat kecil karena orang-orang ini sangat berisik. Mereka semua masing-masing mendukung Wei Linglong dan wanita paruh baya. Alhasil, pria berpakaian biasa tersebut kembali ke kereta kuda.

“Tuan Muda, kerumunannya tidak bisa dibubarkan.”

“Bubarkan paksa!”

Pria berpakaian biasa menarik tali kendali kuda. Kereta berjalan kembali, hendak menerobos kerumunan. Beberapa orang yang sudah tahu mulai menyingkir memberi jalan. Sebagian lagi masih berdiri menyaksikan pertunjukan debat antara seorang pedagang wanita dengan calon pelanggannya.

“Nyonya, akar terataiku diambil dari kolam istana Kaisar. Air tempatnya tumbuh sangat berharga. Jadi, harganya tentu berbeda dengan akar teratai yang dijual di pasaran,” ungkap Wei Linglong begitu meyakinkan.

“Istana Kaisar? Haha, tidak mungkin. Bagaimana bisa akar teratai di kolam istana Yang Mulia bisa kau petik sesuka hati?”

“Itu karena aku ini pandai. Asal kau tahu, temanku bekerja di sana dan menyuruhku menjualnya agar rakyat negeri ini merasakan berkah dari Kaisar!”

Kereta kuda semakin dekat. Suara Wei Linglong yang keras dan tegas mendengung di telinga hingga tuan muda di dalam kereta berseru,

“Berhenti!”

Kereta kuda berhenti tepat di dekat kerumunan.

“Tuan Muda, mereka?”

“Jangan bicara.”

Tirai penutup kereta kuda tersingkap. Seorang laki-laki muda dalam balutan pakaian indah berwarna cokelat keluar dari dalam. Rambutnya panjang sepunggung, diikat sebagian seperti pemuda pada umumnya. Di tangannya terdapat sebuah kipas dari kain polos berwarna senada dengan pakaiannya. Wajahnya putih bersinar, tampan dan cantik dalam waktu bersamaan.

Orang itu turun dari kereta. Kerumunan orang kemudian memberi jalan pada pemuda tersebut. Wajahnya yang indah itu ternyata menarik perhatian banyak orang, tidak terkecuali Wei Linglong dan wanita paruh baya. Gaya

berjalannya sangat tegap bak bintang film berjalan di karpet merah. Wei Linglong sempat terkesima. Dia baru tersadar ketika pria berpakaian biasa di samping pemuda itu berdehem dan bersiap mengeluarkan senjata di tangan kirinya.

“Beraninya kau menatap Tuan Mudaku!”

Perkataan pria berpakaian biasa membuat Wei Linglong berdecih. Tampangnya saja yang bagus, tapi tidak mampu mendidik bawahan hingga berkata kasar pada seorang wanita dengan nada tinggi. Tipe pria seperti ini pasti hanya mengandalkan kekayaan dan kekuasaan orang tua untuk menggapai popularitas dan menggaet hati banyak gadis. Semua yang terlihat tidak lebih dari sebuah cangkang kosong atau topeng palsu.

“Ckck… Pria kecil, kenapa kau menghalangi bisnisku?”

“Hei pedagang kecil, beraninya kamu!”

Pria berpakaian biasa tidak jadi memukul Wei Linglong karena ditahan oleh isyarat tuan mudanya. Wei Linglong memperhatikan wajah pria itu dengan saksama. Tampan, alis tegas, kulit putih, hidung bangir, bibir kecil, semuanya memang tampak sempurna. Tapi, kenapa pria ini terkesan sangat dingin dan kejam?

“Kau bilang akar teratai ini dari istana Kaisar?”

Wei Linglong sempat tertegun begitu mendengar suara Si Tuan Muda. Suaranya berat namun penuh wibawa, membuat siapapun yang mendengarnya terkesima.

“Ya. Kenapa? Apa Tuan Muda mau membelinya?”

“Jika palsu, kau akan dihukum gantung.”

“Hei, mau beli atau tidak? Tidak mau beli ya sudah. Jangan menghalangi bisnisku.”

Pria itu menyunggingkan senyum kecil yang sangat dingin. Wanita di depannya sungguh punya keberanian besar. Dia sama sekali tidak terintimidasi oleh perkatannya. Sebaliknya, mata wanita itu berbicara kalau dia punya keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi. Nada bicaranya semakin tegas tanpa keraguan atau ketakutan. Jarang sekali ada wanita seperti ini.

“Berapa harganya?”

“Karena Tuan Muda sepertinya orang kaya, diskonnya aku batalkan. Jika Tuan Muda membelinya, kau cukup membayar dua ratus empat belas tael perak saja. Murah, bukan?”

Semua orang yang ada di sana terkejut bukan main. Mereka beranggapan kalau wanita itu benar-benar sudah gila. Dua ratus empat belas tael? Itu sudah setara dengan harga sehektar tanah di pegunungan yang subur. Siapa yang membeli akar teratai dari wanita ini otaknya kemungkinan sudah rusak.

Tetapi, siapa yang menyangka kalau pria itu berkehendak lain.

“Guanxi, beli semuanya!”

“Tuan Muda, apa ini tidak keterlaluan?”

“Aku bilang beli semuanya!”

Mata Wei Linglong hampir keluar saking terkejutnya. Dia pikir pemuda itu hanya main-main. Tetapi, setumpuk perak di hadapannya benar-benar nyata. Dia menggigitnya, kemudian bersorak kegirangan. Tuan muda tadi benar-benar menakjubkan! Dia tanpa ragu membeli semua akar teratainya dan membayar dengan harga yang sudah ditentukan.

Amazing! He’s really crazy rich!

“Tuan Muda, siapa namamu? Lain kali, kita mungkin bisa berbisnis lagi!”

Sambil sibuk menghitung perak, Wei Linglong tidak menyadari kalau pelanggan hebatnya sudah beranjak dari sana tanpa membawa akar teratainya. Sang Tuan Muda yang dermawan berhenti sejenak, kemudian berkata tanpa membalikkan badan,

“Murong.”

Pria berpakaian biasa di sampingnya tertegun. Barusan, tuannya ini memberitahukan namanya pada wanita itu? Apa dia tidak salah dengar? Sejak kapan tuannya menjadi ramah pada orang asing, terlebih lagi pada seorang pedagang sayur wanita yang jelas-jelas sedang menipunya?

“Tuan Muda, lalu bagaimana dengan akar teratainya?”

“Bagikan saja.”

Sang Tuan Muda kembali masuk ke dalam kereta. Kerumunan sudah bubar, Wei Linglong sudah mendapat keuntungan besar. Ilmu agrobisnis yang dia pelajari tidak sia-sia. Dua ratus empat belas tael menjadi miliknya. Harga tersebut setara dengan dua juta dolar, harga yang fantastis sekali. Hanya dengan meminjam nama Kaisar, dua juta dolar langsung berada di tangan. Tidak disangka, di dunia ini ada orang bodoh yang begitu percaya pada perkataannya.

“Tuan Muda Murong, kau sangat dermawan!”

Langit benar-benar tidak buta. Dia mengirimkan seorang tuan muda gila yang kaya raya pada Wei Linglong. Keuntungan yang didapatkan oleh wanita itu seratus kali lebih banyak, lebih dari kejatuhan durian runtuh. Langit tidak pilih kasih, hidup Wei Linglong terselamatkan.

Setelah membereskan lapaknya, dia pergi ke restoran, membeli beberapa bungkus makanan kemudian pergi lagi. Perutnya yang keroncongan sudah kenyang karena dua juta dolar dari akar teratai yang dijualnya. Makanan ini, biarkan Xiaotan saja yang memakannya.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

russehat

2024-01-29

0

Kartika Lina

Kartika Lina

kata keramat nya belum muncul 🤭

2024-01-15

0

ar wahkhu

ar wahkhu

Trus nantinya tertarik, ternyata pria itu pangeran punya prajurit bayangan, bla,, bla,,bla,,

2023-03-24

1

lihat semua
Episodes
1 FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2 FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3 FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4 FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5 FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6 FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7 FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8 FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9 FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10 FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11 FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12 FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13 FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14 FRAGMEN 14: SISI LAIN
15 FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16 FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17 FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18 FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19 FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20 FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21 FRAGMEN 21: BERPIKIR
22 FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23 FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24 FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25 FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26 FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27 FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28 FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29 FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30 FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31 FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32 FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33 FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34 FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35 FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36 FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37 FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38 FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39 FRAGMEN 39: DUA WANITA
40 FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41 FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42 FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43 FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44 FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45 FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46 FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47 FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48 FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49 FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50 FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51 FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52 FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53 FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54 FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55 FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56 FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57 FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58 FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59 FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60 FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61 FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62 FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63 FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64 FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65 FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66 FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67 FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68 FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69 FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70 FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71 FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72 FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73 FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74 FRAGMEN 74: LONGQIN
75 FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76 FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77 FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78 FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79 FRAGMEN 79: KEANEHAN
80 FRAGMEN 80: BADAI BARU
81 FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82 FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83 FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84 FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85 FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86 FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87 FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88 FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89 FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90 FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91 FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92 FRAGMEN 92: TRIK
93 FRAGMEN 93: SERGAPAN
94 FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95 FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96 FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97 FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98 FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99 FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100 FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101 SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102 SIDE STORY 2: FORECAST
103 SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104 HALO KARYA BARU!
105 Mampir Dulu Yuk!
106 Pengumuman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
FRAGMEN 1: HARI UNTUK LINGLONG
2
FRAGMEN 2: ISTANA DINGIN
3
FRAGMEN 3: INGIN KEMBALI
4
FRAGMEN 4: AKAR TERATAI DUA JUTA DOLAR
5
FRAGMEN 5: ANAK KECIL YANG MANIS
6
FRAGMEN 6: BERTEMU KAISAR
7
FRAGMEN 7: IDENTITAS YANG TERBONGKAR
8
FRAGMEN 8: ISTANA BARU
9
FRAGMEN 9: KISAH PERMAISURI PERTAMA
10
FRAGMEN 10: KEDATANGAN TAMU
11
FRAGMEN 11: UNDANGAN PERJAMUAN
12
FRAGMEN 12: MENOLAK TERLIBAT
13
FRAGMEN 13: LATAR BELAKANG
14
FRAGMEN 14: SISI LAIN
15
FRAGMEN 15: SELIR PENGANGGURAN
16
FRAGMEN 16: HADIAH PERJAMUAN
17
FRAGMEN 17: GAGAK YANG KEHILANGAN SUARA
18
FRAGMEN 18: PAVILIUN BAIHUA
19
FRAGMEN 19: MEMBAWANYA PULANG
20
FRAGMEN 20: MENYANGKAL TUDUHAN
21
FRAGMEN 21: BERPIKIR
22
FRAGMEN 22: MULAI BERTINDAK
23
FRAGMEN 23: SOSOK PANGERAN
24
FRAGMEN 24: TERKENA MARAH
25
FRAGMEN 25: MEMULAI PERJALANAN
26
FRAGMEN 26: NILAI KESEDERHANAAN
27
FRAGMEN 27: SUNGAI BEKU JIANGZHOU
28
FRAGMEN 28: DESA KECIL JIANZHU
29
FRAGMEN 29: MALAM MUSIM DINGIN DI JIAZHU
30
FRAGMEN 30: MEMULAI PEMBANGUNAN
31
FRAGMEN 31: KETIDAKSEDERHANAAN IDENTITAS
32
FRAGMEN 32: ANTARA KEHORMATAN DAN KEJUTAN
33
FRAGMEN 33: TIDAK BISA TENANG
34
FRAGMEN 34: MENGAKHIRI PERJALANAN
35
FRAGMEN 35: SURAT PEMBERITAHUAN
36
FRAGMEN 36: RACUN TUJUH WARNA
37
FRAGMEN 37: TAMU DARI NEGERI LAIN
38
FRAGMEN 38: KEJUTAN DI AWAL MUSIM SEMI
39
FRAGMEN 39: DUA WANITA
40
FRAGMEN 40: RATU LI ADALAH SAUDARAKU
41
FRAGMEN 41: MENGANCAM TANPA MENYENTUH
42
FRAGMEN 42: ARENA BERPASIR
43
FRAGMEN 43: SAMPAI JUMPA LAGI
44
FRAGMEN 44: LANGKAH KAKI MISTERIUS
45
FRAGMEN 45: HAMPIR KEHILANGAN DIA
46
FRAGMEN 46: TIDAK BISA MENUTUP MATA
47
FRAGMEN 47: PERINGATAN KECIL
48
FRAGMEN 48: TIDAK SADAR
49
FRAGMEN 49: RUANG RAHASIA DAN PERASAAN TIDAK KARUAN
50
FRAGMEN 50: TUGAS SUCI DARI YANG MULIA
51
FRAGMEN 51: BAJAK MEMBAJAK
52
FRAGMEN 52: MASUK JEBAKAN
53
FRAGMEN 53: SERANGAN BALASAN
54
FRAGMEN 54: BELAJAR MEMAHAMI
55
FRAGMEN 55: SEBUAH PENOLAKAN
56
FRAGMEN 56: MEMBERIKAN POSISI
57
FRAGMEN 57: RAHASIA TUJUH TAHUN
58
FRAGMEN 58: PROFESOR QIN
59
FRAGMEN 59: OPERASI SAPU BERSIH
60
FRAGMEN 60: ORANG YANG HARUS WASPADA
61
FRAGMEN 61: PENJAHAT TAK TERSENTUH
62
FRAGMEN 62: MENGHAJAR PRIA TAMPAN
63
FRAGMEN 63: KETIKA PERASAAN ITU DATANG
64
FRAGMEN 64: BERPURA-PURA
65
FRAGMEN 65: DIA TERLUKA
66
FRAGMEN 66: MEMELUKNYA
67
FRAGMEN 67: BERMAIN TRIK
68
FRAGMEN 68: ORANG YANG LEBIH PINTAR
69
FRAGMEN 69: TANGAN BERTUAH
70
FRAGMEN 70: DARAH TAK BERTUAN
71
FRAGMEN 71: OPERASI SAPU BERSIH (2)
72
FRAGMEN 72: MENANGKAP PENJAHAT CANTIK
73
FRAGMEN 73: MEREBUT NAGA EMAS YUAN
74
FRAGMEN 74: LONGQIN
75
FRAGMEN 75: LONGQIN DALAM PURNAMA
76
FRAGMEN 76: PENYAKIT RINDU
77
FRAGMEN 77: KENCAN MUSIM PANAS
78
FRAGMEN 78: DI BALIK LAYAR
79
FRAGMEN 79: KEANEHAN
80
FRAGMEN 80: BADAI BARU
81
FRGAMEN 81: TIDAK BAIK
82
FRAGMEN 82: HANYA KAMU
83
FRAGMEN 83: LAPORAN PERANG
84
FRAGMEN 84: ADU STRATEGI
85
FRAGMEN 85: MENUNDA RENCANA
86
FRAGMEN 86: MALAM KELAM
87
FRAGMEN 87: HAMPIR KALAH
88
FRAGMEN 88: DUA SITUASI
89
FRAGMEN 89: MEDAN YANG SESUNGGUHNYA
90
FRAGMEN 90: MELON KEBERUNTUNGAN
91
FRAGMEN 91: BERITA UNTUK KAISAR
92
FRAGMEN 92: TRIK
93
FRAGMEN 93: SERGAPAN
94
FRAGMEN 94: HADIAH PERTEMUAN
95
FRAGMEN 95: MENGAIS RINDU
96
FRAGMEN 96: KEKHAWATIRAN SEPERTI PISAU BERMATA DUA
97
FRAGMEN 97: SATU LANGKAH LEBIH DEKAT
98
FRAGMEN 98: LICIK YANG SESUNGGUHNYA
99
FRAGMEN 99: DALANG SEMUA DALANG
100
FRAGMEN 100: MENUAI KARMA
101
SIDE STORY 1: LIKE A DREAM
102
SIDE STORY 2: FORECAST
103
SIDE STORY 3: SOMETHING ELSE
104
HALO KARYA BARU!
105
Mampir Dulu Yuk!
106
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!