Pagi hari Jehan duduk di ruang makan bersama mamah nya, karena papa nya kembali mengurus pekerjaan yang harus di tangani di luar negeri. Jadi hanya Jehan dan mamanya yang kini berada di rumah itu, ada juga para pembantu, supir, pekebun, dan bodyguard yang tinggal di belakang rumah.
"rumah terasa sepi ya mah, iya sih gede tapi cuma ada kita" Jehan memotong sandwich dan menyuapkan ke mulutnya, kenapa dia tidak bisa berada di dekat keluarga nya. Kenapa kakak dan papa nya harus terus pergi meninggalkan nya dan sang mama.
"kamu yang sabar ya nak, papa bilang ke mama kalau dia akan memindahkan pusat bisnis nya di Indonesia. Agar bisa sering bersama kita." Mama nya mencoba untuk menenangkannya, sebenarnya Jehan itu orang yang sangat waspada, dia mempunyai rasa curiga yang sangat tinggi. Mamanya itu terlalu santai. Apa mama nya tidak takut jika ada yang menggoda papa nya di luar sana.
"iya, Je mau papa mindahin bisnis nya di sini aja. Jangan sering keluar lagi, lagian papa itu udah punya istri dan anak malah fokus sama bisnis." sudah sejak kecil, Jehan menahan diri, dia tidak mempunyai waktu banyak main bersama papa nya karena papa nya itu orang yang sangat sibuk.
ketika pulang dari perjalanan bisnis pun, papa nya tidak punya waktu banyak bersamanya, membuat Jehan merasa kekurangan kasih sayang. Harta tidak membuatnya bahagia karena dia menginginkan kedua orang tuanya selalu ada di sampingnya.
"papa kan kerja demi kita nak, buat sekolah kamu juga. Biar nanti kamu ngga kekurangan biaya untuk kuliah." mama nya itu terlalu tenang, ya walau memang papa nya setia dengan mamahnya namun tetap Jehan merasa takut.
"ya sudah Je berangkat dulu, mama sering-sering telfon papa. Suruh dia pulang dan alihkan semua bisnis ke Indo. Jehan mau ada di dekat papa terus." Jehan berdiri mencium pipi mama nya dan mengambil jaket yang di sampirkan ke kursi lalu memakainya.
di sekolah Jehan tidak menemui Juna, setiap bertemu Jehan selalu bersembunyi, kadang dia menunggu Juna pulang terlebih dahulu baru pulang. Dia ingin menghindari Juna karena tidak ingin di tondong dengan berbagai pertanyaan. Teman-temannya sempat di buat heran dengan sikap Jehan yang aneh, namun mereka tidak mengambil pusing. Toh memang Jehan adalah gadis yang aneh.
seperti pagi ini Jehan memilih berjalan lewat kantin belakang, dia menggunakan masker. Dia melewati lab Tata boga, lab Akutansi dan berjalan menaiki tangga menuju kelasnya.
kelas nya dan Juna berada pada lantai yang sama namun terbentang oleh beberapa kelas sehingga cukup jauh. Jehan berjalan menuju kelasnya lalu melepas masker di wajahnya. Kelas akan di mulai lima menit lagi.
"Je, lo kenapa sih setiap ke kelas selalu pakai masker" Gibran menghampiri Jehan, akhir-akhir ini gadis itu sudah jarang berangkat dan pulang bersama teman-teman. Kadang kala menyuruh teman-teman untuk pulang terlebih dahulu.
"ngga papa lagi pengen aja" Jehan menjawab santai, dia mengeluarkan hp nya dan mengecek beberapa pesan yang masuk ke hp nya.
"sok misterius banget sih lo" Gibran mencibir Jehan yang aneh, sikap Jehan yang seperti itu seperti Jehan yang punya musuh dan sedang berusaha untuk menghindari musuh itu.
"banyak bicara banget dah bran. Mending lo balik ke tempat lo. Bentar lagi guru dateng"
"pasti lo punya musuh baru ya di sekolah ini" Jehan memasukkan hp nya, lalu dia mengeluarkan bukunya dan membacanya, menandakan dia tidak ingin memperpanjang obrolan mereka.
"nyebelin lo Je" Gibran pun pergi dari tempat Jehan, dia kesal sendiri karena tidak mendapat jawaban yang dia inginkan. Setelah Gibran duduk di bangkunya guru pun datang. Hari ini ada pelajaran sejarah, dimana siswa-siswi harus melakukan presentasi di depan kelas.
setelah pulang sekolah, Jehan berjalan keluar kelas, dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya. Kalau di pikir dia sekarang seperti orang yang sedang mempunyai banyak hutang karena terus bersembunyi. Jehan pun berjalan menuju perpustakaan dan bersembunyi di sana. Dia mencari buku dan membacanya.
selama dia bersembunyi dia selalu menggunakan waktu nya untuk membaca, perpustakaan ini cukup luas. Jadi kalau Juna datang ke perpustakaan ini pun Jehan bisa dengan mudah menghindarinya karena di halangi oleh rak buku yang banyak.
Jehan menghentikan aktivitas nya dan melihat jam yang melingkar di tangannya, dia pun mengembalikan buku dalam rak dan mengambil tas nya, lalu pergi. Saat berada di parkiran Jehan melihat Juna yang duduk santai di motornya. Astaga bahkan laki-laki itu menunggu dan tau dia belum pulang.
Jehan pun mengambil hp dan berbalik arah menuju parkiran depan dekat gerbang sekolah. Dia menghubungi Gibran.
"apa Je ?"
"lo udah balik ?"
"masih di rumah temen sama Johan dan Arga kenapa emang ?"
"samperin gw di sekolah" Jehan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Tidak ingin ketahuan oleh siapa pun
"lah lo belum balik ?"
"belum bran, lo kesini ya gw tunggu!! , makasih" Jehan menutup telfonnya. Dan menunggu Gibran. Semoga saja Juna tidak tau dia berada di sini. Setelah 10 menit menunggu Gibran pun datang sambil membawa motornya, Jehan pun tersenyum dan menghampiri temannya itu.
"kenapa masih di sekolah ?" Gibran bertanya setelah melepas helm nya
"ngga papa, turun gw ngga mau boncengan sama lu"
"wah ngelunjak ya lo, udah baik gw samperin malah ngga tau diri" Jehan hanya nyengir, dia memang tidak ingin berboncengan dengan siapapun.
"motor gw ada di parkiran, nih kunci nya lo bawa aja. Mana helm lo" Gibran melepas helm nya lalu dengan cepat Jehan ambil. Gadis itu pun menyalakan motor dan menjalankan dengan cepat meninggalkan Gibran di sana sendirian.
"ngeselin banget sih cewek tu" Gibran menendang botol yang berada di depannya, lalu dia pun berjalan menuju parkiran, dia melihat motor Jehan lalu pergi mengendari motor gadis itu, Juna sudah tidak ada di motor itu, entah kemana.
Jehan langsung pulang ke rumahnya, dia membawa motor Gibran dan memarkirkan di halaman depan. Biar gampang saja jika laki-laki itu mengambilnya nanti. Jehan masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya, dia membersihkan diri dan menganti pakaian nya menggunakan pakaian pendek.
"tugas gw banyak banget dah, ini sih di internet ngga ada. Terpaksa harus cari sendiri. Untung besok libur jadi gw bisa bebas." Jehan mengambil bolpoin dan buku lalu mulai membukanya. Dia mulai mengerjakan soal yang tertera di lembar kertas. Soal itu memang tidak akan ada jika di cari di internet. Kalau ada pun kadang jawabannya berbeda. Jadi harus benar-benar mendapatkan sendiri jawabannya.
soal itu terdiri dari 3 file setiap file nya terdiri dari 60 soal, dan Jehan harus bisa menyelesaikan itu secepatnya karena guru akan mengambilnya kapan saja tanpa pemberitahuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments