Memilih berontak

Sudah 1 tahun lebih sembilan bulan Juna belajar di sekolahnya. Dia semakin menekuni untuk belajar dengan rajin dan fokus pada pendidikannya. Sudah lebih dari 3 minggu dia tidak menemui Jehan sejak pertemuan terakhir mereka ketika Juna menjenguk Jehan di rumah sakit.

Juna berfikir mungkin menjaga jarak dari gadis itu, ini dia lakukan demi sekolah nya. Dia harus bisa meraih mimpi-mimpi nya. Juna juga semakin di kenal namanya di sekolah akan prestasinya yang terus meningkat pesat.

kelas 12 sedang libur hanya tinggal menunggu kelulusan mereka. Semua ujian materi dan praktek telah mereka selesaikan dengan baik.Banyak yang puas akan nilainya tapi ada beberapa yang kecewa karena nilai mereka kurang memuaskan.

Juna menyusuri kantin belakang yang sepi, dia tidak memiliki perasaan apapun. Dia merasa bahwa tidak akan ada lagi yang menganggu nya. Namun semua itu tidak sepenuhnya benar, walaupun Dion sudah jarang mengganggunya namun masih ada anak buah Dion yang mengantikan peran bos mereka.

Juna tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan mereka di belakang kantin sekolah. Dia sudah lelah menghadapi mereka, apalagi mood Juna sedang tidak ingin meladeni tingkah anak-anak itu yang baginya sangat tidak berguna.

karena anak-anak seperti mereka hanya gemar mencari ulah, tidak pernah peduli akan nilai dan sikap. Mereka hanya terus mencari masalah dan menyusahkan pihak sekolah. Juna sudah tidak kaget lagi jika harus berhadapan dengan anak-anak seperti mereka.

"wah, kayanya lo sekarang hebat banget ya, udah ngga takut sama kita. Udah ngga menghindar lagi ketika ketemu sama kita" anak-anak itu berbicara dan mengejek Juna, namun Juna masih berdiri dengan tenang di posisi nya. Dia bahkan bersiap untuk melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan anak-anak itu.

"kasih dia pelajaran" tiba-tiba mereka semua menghampiri Juna dan mulai menghajar Juna. Namun Juna melawan mereka dengan gesit bahkan ada beberapa yang Juna jatuhkan di tanah. Juna memang tidak pernah bodoh dalam bela diri dia dulu hanya malas saja berontak. Seperti orang bodoh dia selalu menerima dirinya di tindas namun sekarang tidak dia sudah muak akan semuanya.

semuanya jatuh dan ada yang luka parah mereka berdiri dengan saling membantu temannya yang terluka di bagian tangan dan kaki. "jangan kalian pikir aku bakal diem aja kalian tindas, mungkin cukup bodoh karena kemarin aku selalu diam tapi sekarang jangan harap aku akan diam karena aku tidak segan untuk membunuh kalian" Juna menatap tajam mereka semua yang juga menatap rendah ke arahnya. Saat ingin melangkah meninggalkan mereka semua Juna mendengar suara yang amat di kenalnya. Suara yang sudah jarang dia dengar.

"mau kemana, kita main aja lah dulu. Gw penasaran sama lo yang sekarang udah sok berani itu. Lo itu bukan apa-apa di sekolah ini. Gw bahkan bisa dengan mudah mendepak lo dari sekolah ini" Dion berjalan ke arahnya dengan muka datar, dia melihat teman-temannya yang sudah terluka. Dia menatap Juna tajam yang sekarang bahkan sudah tidak takut kepada nya.

Dion pun berjalan ke arah Juna dan segera menerjang laki-laki itu, cukup lama mereka bertarung dengan kekuatan yang imbang, mereka sama-sama terluka namun itu tidak membuat salah satu dari mereka mundur. Juna terus menerus memukul perut Dion yang terluka sampai akhirnya Dion terjatuh ke tanah. Juna pun pergi tanpa menunggu waktu lagi.

Juna berjalan ke arah belakang sekolah karena memang itu satu-satunya tempat yang aman dari para siswa maupun dari kamera Cctv, Juna duduk di bawah pohon sambil mengatur nafas nya. Di saat dia sedang termenung dan menghentikan darah yang terus mengalir dari kakinya dia malah memikirkan Jehan yang sudah lama tidak dia temui.

mungkin jika sekarang Jehan ada di sampingnya dia akan langsung memeluk perempuan itu, dan mungkin pelukan dari Jehan bisa membuat rasa nyeri di lukanya berangsur membaik.

kesibukannya membuat dia lupa akan perempuan itu, dia terlalu fokus untuk belajar sehingga lupa akan gadis itu. Dia harus bisa menjadi pintar secepatnya, mungkin dia harus fokus terlebih dahulu sampai dia bisa lulus dengan nilai yang memuaskan nanti.

saat sudah 20 menit dia bersantai di halaman belakang, Juna pun berdiri karena ingin pergi ke kelas, namun langkahnya terhenti saat dia melihat sepasang anak manusia yang sedang berciuman dengan intens, Juna menggelengkan kepalanya. Bisa-bisa nya dia melihat hal seperti itu sangat tidak baik untuk matanya. Dia pun berjalan sambil menginjak botol minuman sehingga kedua anak itu menghentikan kegiatan mereka.

"kalau mau berbuat mesum jangan di sekolah, memperburuk nama baik sekolah aja" setelah mengatakan itu Juna pun melanjutkan langkah nya menuju kelas tanpa menengok ke tempat dua remaja itu berada yang mungkin saja sekarang sedang merasakan malu karena ketahuan.

"Juna" Juna menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya di panggil, dia pun membalikkan tubuhnya.

"kak Hugo" yah itu adalah kakak senior nya, dia memanggil Juna membuat Juna keheranan. Kakak seniornya itu adalah salah satu murid cerdas dan teladan kebanggan sekolah. Mempunyai wajah yang tampan, kepintaran yang tinggi, postur tubuh yang tinggi dan sifat yang dingin. Membuat Juna heran kenapa kakak senior nya itu mengetahui namanya.

"kamu bisa ke lab setiap pulang sekolah"

"em, kenapa ya kak ?" Juna heran kenapa dia harus ke lab setiap pulang sekolah.

"aku di suruh pak Egan buat ajarin kamu tentang sistem komputer, juga ada beberapa tentang desain di berbagai jenis aplikasi. Waktu aku di sekolah ini tinggal 3 bulan kalau kamu mau ayo karena aku juga sibuk ngurusin kelulusan serta pendaftaran aku di universitas." Seniornya itu menjelaskan panjang lebar yang memuat Juna tau kalau dia akan mendapat pelajaran tambahan.

"saya mau kak, nanti setiap pulang sekolah saya akan ke lab untuk menemui kakak"

"waktu kamu cuma tiga bulan Juna, karena setelah ini saya akan sibuk sama kuliah saya. Jadi saat saya lulus dari sekolah ini saya tidak akan bisa membantu kamu."

"baik, kak saya akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin"

"pak Egan bilang kamu siswa yang mudah paham, jadi buktikan kata-kata pak Egan. Karena dia tidak pernah memuji orang jika kenyataannya kosong."

"ya sudah saya pergi dulu, pelajaran bisa kita mulai besok" Juna mengangguk dan membiarkan seniornya pergi. Dia harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin, menyerap apapun yang senior nya ajarkan. Dia harus bisa lulus dari sekolah ini dengan banyak pengetahuan dan wawasan.

"aku akan jarang ketemu Jehan mulai sekarang" Juna pun melanjutkan langkahnya, hari ini kelas sedang kosong karena guru yang mengajar sedang sakit, jadi Juna bisa lebih santai.

Episodes
1 Berteman
2 Di tindas
3 Papa pulang
4 Di bawah pohon
5 Perhatian dari Jehan
6 Sedikit lelah
7 Salah satu impian
8 Sakit
9 Mendapat izin
10 Cemburu
11 Memilih berontak
12 Kecerobohan yang manis
13 Ragu
14 Mendapat jawaban
15 Menghindar
16 Pergi dengan teman-teman
17 Perjanjian
18 Harus terus bersyukur
19 Pertemuan Arjuna
20 Penghinaan kakak senior
21 Tangisan dalam pelukan
22 Apa sedang cemburu
23 Menjadi sorotan
24 Merasa rendah
25 Salah paham
26 Nama baik di pertaruhkan
27 Apa kamu menyukai nya ?
28 Bertiga di taman
29 Kesalahan ?
30 Berjuang
31 Suasana seperti apa
32 Ngga suka dicuekin
33 Kekesalan yang meluap
34 Takdir
35 Bukan Jehan
36 Seperti Patung Hidup
37 Acuh
38 Kejadian Jehan
39 Fauza
40 Di Kantin
41 Terluka
42 Bungkusan
43 Bungkusan (2)
44 Darah tinggi
45 Jangan Mimpi
46 Canggung
47 Berkunjung Ke Panti
48 Tentang Indah
49 Tugas Tak Terkira
50 Di halaman sekolah
51 Jehan dan Gibran
52 Kedatangan Dion dan Fauza
53 Di Culik
54 Perpisahan paling menyakitkan
55 Jehan hilang ?
56 Siswi Julid
57 Hati yang sulit untuk di mengerti
58 Menginap
59 Masalah hati
60 Perasaan yang bercampur
61 Ada Yang Salah ?
62 Laki-laki asing
63 Terikat
64 Kenzie
65 Tak Dapat Mengenali
66 Hati Yang Retak
67 Siapa ?
68 Pertemuan
69 Berita Mencengangkan
70 Dua laki-laki
71 Keinginan Menghindar
72 Menunggu seseorang di masa lalu
73 Makan bersama Dion
74 Kembali Bertemu
75 Bersama
76 Bingung
77 Kekasih
78 Mood buruk
79 Pencemburu
80 Pulang
81 Mengajak nya menghabiskan waktu
82 Memutuskan Perjodohan
83 Insiden makanan
84 Mendapatkan kesialan
85 Menangis Bersama
86 Kriteria Wanita
87 Kecelakaan
88 Desya
89 Tiramisu untuk Kenzie
90 Ke luar kota
91 Keras Kepala
92 Mimpi yang menjadi nyata
93 Merasa Hancur
94 Menjaga gadis kakak nya
95 Semuanya Telah Berakhir
96 Berita Duka
97 Buku dari Gibran
98 Jangan menghindar
99 Pusing
100 Diary
101 Diary
102 Patah Hati Terhebat
103 Akan Berusaha Lupa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Berteman
2
Di tindas
3
Papa pulang
4
Di bawah pohon
5
Perhatian dari Jehan
6
Sedikit lelah
7
Salah satu impian
8
Sakit
9
Mendapat izin
10
Cemburu
11
Memilih berontak
12
Kecerobohan yang manis
13
Ragu
14
Mendapat jawaban
15
Menghindar
16
Pergi dengan teman-teman
17
Perjanjian
18
Harus terus bersyukur
19
Pertemuan Arjuna
20
Penghinaan kakak senior
21
Tangisan dalam pelukan
22
Apa sedang cemburu
23
Menjadi sorotan
24
Merasa rendah
25
Salah paham
26
Nama baik di pertaruhkan
27
Apa kamu menyukai nya ?
28
Bertiga di taman
29
Kesalahan ?
30
Berjuang
31
Suasana seperti apa
32
Ngga suka dicuekin
33
Kekesalan yang meluap
34
Takdir
35
Bukan Jehan
36
Seperti Patung Hidup
37
Acuh
38
Kejadian Jehan
39
Fauza
40
Di Kantin
41
Terluka
42
Bungkusan
43
Bungkusan (2)
44
Darah tinggi
45
Jangan Mimpi
46
Canggung
47
Berkunjung Ke Panti
48
Tentang Indah
49
Tugas Tak Terkira
50
Di halaman sekolah
51
Jehan dan Gibran
52
Kedatangan Dion dan Fauza
53
Di Culik
54
Perpisahan paling menyakitkan
55
Jehan hilang ?
56
Siswi Julid
57
Hati yang sulit untuk di mengerti
58
Menginap
59
Masalah hati
60
Perasaan yang bercampur
61
Ada Yang Salah ?
62
Laki-laki asing
63
Terikat
64
Kenzie
65
Tak Dapat Mengenali
66
Hati Yang Retak
67
Siapa ?
68
Pertemuan
69
Berita Mencengangkan
70
Dua laki-laki
71
Keinginan Menghindar
72
Menunggu seseorang di masa lalu
73
Makan bersama Dion
74
Kembali Bertemu
75
Bersama
76
Bingung
77
Kekasih
78
Mood buruk
79
Pencemburu
80
Pulang
81
Mengajak nya menghabiskan waktu
82
Memutuskan Perjodohan
83
Insiden makanan
84
Mendapatkan kesialan
85
Menangis Bersama
86
Kriteria Wanita
87
Kecelakaan
88
Desya
89
Tiramisu untuk Kenzie
90
Ke luar kota
91
Keras Kepala
92
Mimpi yang menjadi nyata
93
Merasa Hancur
94
Menjaga gadis kakak nya
95
Semuanya Telah Berakhir
96
Berita Duka
97
Buku dari Gibran
98
Jangan menghindar
99
Pusing
100
Diary
101
Diary
102
Patah Hati Terhebat
103
Akan Berusaha Lupa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!