Sedikit lelah

Juna memperhatikan Jehan yang tertidur di samping ranjang, tidur dengan posisi duduk bertumpu pada kepala nya. Juna bahkan mendekatkan diri untuk menatap wajah itu lama-lama. Dia sepertinya benar-benar tidak sadar jika gadis itu semakin dalam ada di hatinya. Melihat gadis itu yang tertidur dengan muka tenang rambut yang sedikit berantakan karena tidur dengan posisi duduk menambahkan kecantikan untuk gadis itu.

ya dia kan Jehan, gadis yang akan selalu cantik dalam keadaan apapun. Juna mengangkat tangannya bermaksud untuk merapikan rambut Jehan yang berantakan tapi belum sampai pada kepala gadis itu dia kembali menarik tangannya. Dia merasa tidak mempunyai hak dan merasa tidak pantas menyentuh gadis itu. Dia bukan siapa-siapa.

cukup lama Juna menunggu sepertinya gadis itu benar-benar mengantuk. Wajahnya tenang tanpa menunjukkan khawatir karena sudah meninggalkan kelas tanpa izin. Dia merasa bersalah karena nya gadis itu mungkin akan ikut mendapatkan poin, lebih parah lagi mungkin mendapatkan hukuman dari beberapa guru yang pelajaran tidak di ikuti tanpa izin.

"emm" gadis itu mulai membuka mata dan merenggangkan otot tubuhnya, Juna memalingkan muka gadis itu terlihat cantik sekali. Sepertinya Juna harus bisa menahan diri setiap melihat gadis itu.

"kak Juna ini jam berapa" tanya gadis itu dengan suara yang mengalun lembut, Juna tersenyum menetralkan jantung nya yang bekerja lebih cepat setiap berada di dekat Jehan.

"sebentar lagi mau pulang tu dek, ngga mau ke kelas aja" tanya Juna sambil melihat ke arah jam yang menempel pada dinding.

"em nanti aja deh, sekalian nunggu pulang. Tanggung kalau balik ke kelas" ucap gadis itu, dia mengambil air miliknya yang di belinya tadi. Meneguknya sedikit lalu menutupnya lagi.

"makasih ya" kata Juna dengan tulus, dia benar-benar berterimakasih atas kebaikan hati perempuan itu.

"iya" ucap Jehan sambil menguncir kembali rambutnya yang berantakan. Lagi-lagi Juna membuang muka, apa perempuan itu tidak menyadari jika jantung Juna berdetak melebihi batas normal.

"drtttt" Jehan mengambil handphone nya ketika mendengar handphone nya berdering, ternyata dari Johan dia pun mengangkatnya.

"kenapa" ucap gadis itu

"dimana ?"

"di UKS kenapa"

"balik gw tunggu sekarang" setelah itu sang penelfon pun mematikan tanpa pamit.

"kebiasaan" gadis itu berdecak kesal, dengan tingkah temannya itu. Dia pun menaruh handphone ke saku nya kembali, lalu menatap Juna.

"kak aku ke kelas dulu ya, udah di tunggu sama temen-temen. Jam pulang sekolah juga udah bunyi kan" ucap Jehan sambil merapikan diri.

"iya makasih ya, maaf udah ngrepotin" ucap Juna sambil tersenyum ke arah Jehan.

"hem" gadis itu mengangguk lalu meninggalkan Juna sendiri.

🌿🌿🌿

"lama ya" ucap Jehan menghampiri teman-teman nya yang duduk di kelas sambil sibuk menatap hp nya masing-masing.

"lo kemana aja sih Je, kata Gibran lo udah ngga ada sejak jam ke 7"

"gw masih hidup ya enak aja udah ngga ada sejak jam ke 7"

"ayo pulang, gw udah membuang waktu cuma buat nunggu satu anak yang ngga peduli sama kita ini" ucap Arga dengan melirik Jehan sinis. Kenapa lagi anak itu, setiap kesal pasti semuanya dilibatkan.

"ya udah yuk" ucap Hanna, akhirnya mereka berlima pun keluar kelas bersama, banyak siswa siswi yang menatap kagum ke mereka, namun mereka abaikan. Sudah biasa mereka mendapat tatapan seperti itu. Iri, kagum, suka, atau apalah mereka tidak peduli.

Jehan memperhatikan sekeliling, mencoba mencari keberadaan Arjuna, gadis itu takut jika Arjuna masih sakit dan membutuhkan bantuannya.

"kalian balik duluan ya, gw..."

"lo balik sekarang, sama kita" ucap Arga dengan tegas, Jehan mengernyitkan dahinya. Sejak kapan laki-laki itu berani mengaturnya.

"gw masih ada urusan, kenapa lo maksa gw balik sama kalian. Urusan gw penting kali". ucap Jehan, gadis itu sedikit jengkel dengan sifat Arga yang sok keras dan mengatur dia se enaknya. Padahal laki-laki itu tau dia tidak suka di atur.

"urusan sama laki-laki payah itu yang dengan bodohnya diam aja ketika di bully, bahkan dia tidak pantas di sebut lelaki" ucap Arga menohok, walau ucapan itu tidak di tunjukkan untuknya tapi ada bagian terkecil hatinya yang merasa tidak terima dengan ucapan temannya itu.

"jangan ribut bisa ngga si" ucap Johan pertama kali sejak dari tadi diam saja mendengarkan temannya yang ribut.

"udah lah Je, kita pulang aja sekarang" ucap Hanna ikut membantu Johan menengahi, tatapan mata antara Arga dan Jehan sama-sama tajam menandakan mereka sedang kesal satu sama lain. Andai aja tidak ada teman-temannya sudah pasti dia dan Arga ribut dan adu mulut dari tadi.

gadis itu berdecak kesal lalu pergi tanpa mengatakan apapun, dia juga tidak ingin bersama teman-temannya lebih lama, entahlah dia marah mendengar ucapan Arga yang seenaknya itu.

🌹🌹🌹

"assalamualaikum" ucap Juna sambil memarkirkan sepedanya, dia menghampiri bapak tempat nya bekerja yang sedang menyiapkan bakso untuk para pembeli.

"wa'alaikumsalam, eh nak sudah datang" ucap bapak itu yang sedang sibuk menata bakso dalam mangkuk, aroma bakso yang begitu menggoda seketika tercium menguar ke udara.

"biar Juna bantu pak" ucap Juna

"iya nak, tolong antar bakso ini ke pembeli yang duduk di paling ujung ya"

"siap pak bos" Juna pun mengambil nampan dan meletakkan mangkuk yang sudah terisi bakso dan membawa ke orang yang di maksud bapak.

Juna tersenyum, karena dia ikut senang banyak pembeli hari ini, dia berharap ke depannya akan terus seramai ini bahkan kalau bisa lebih ramai dari ini.

"eh bro itu bukannya Juna ya" ucap salah satu pemuda yang berada di salah satu meja.

"eh iya, haha gw ngga nyangka kalau dia kerja di tempat ini, semiskin itu dia" ucap teman di sampingnya. Sedangkan teman mereka yang satu hanya diam menatap tajam ke seseorang yang ditunjuk temannya.

"eh, dia kesini tu" menunjuk Juna yang berjalan ke arah mereka degan membawa nampan yang berisi bakso.

Juna berjalan untuk memberikan bakso pembeli dia berjalan tanpa melihat ke bawah karena tertutup oleh nampan yang dia bawa. Namun tiba-tiba dia tersandung oleh sesuatu sehingga dia terjatuh, bakso itu jatuh ke tanah dengan mangkuk yang sudah pecah berserakan, sedangkan bakso yang satunya tumpah mengenai kaki nya.

"akh panas" ucap Juna tertahan, dia mengipas kakinya yang terkena kuah menggunakan tangan. Rasanya panas sekali seperti membakar kakinya.

"gimana sih mas, saya udah nunggu dari tadi malah tumpah. Udah lama juga nunggu nya" ucap pembeli laki-laki yang berusia sekitar 27 tahun itu.

"maaf mas, biar saya buatkan lagi" Juna berusaha untuk berdiri, walau mungkin kulit kakinya melepuh saat ini. Tapi dia tidak peduli dia tetap mencoba untuk berdiri.

"Ngga usah, udah capek saya nunggu" laki-laki itu pun pergi bersama temannya. Meninggalkan Juna yang terdiam sambil membereskan pecahan mangkuk di tanah.

"kalau ngga mampu kerja ngga usah kerja, heran kerjaannya nyusahin aja" Juna menatap ke arah orang yang baru saja berbicara, ternyata itu dion dan beberapa temannya. Juna menghela nafas pelan, kenapa dia selalu bertemu dengan orang yang tidak inggin dia temui.

"udah kita balik aja yuk, males kalo udah ketemu upik abu" mereka pun pergi setelah membuat Juna susah. Juna pun berdiri, berjalan tertatih-tatih. Dia mengusap dahinya yang berkeringat.

"pak maaf ya tadi bakso nya tumpah, trus pembeli nya juga pergi. Maaf banget pak" ucap Juna pelan, ada setitik air mata di matanya yang tidak dia biarkan menetes. Jujur dia lelah tapi realita memaksanya untuk terus kuat.

"nanti di ganti pakai bayaran Juna aja pak" lanjut Juna sambil duduk di kursi belakang. Dia memandang kaki nya yang melepuh. Terasa sangat sakit karena kuah bakso yang panas tadi. Mungkin saja bekas nya tidak akan hilang sampai beberapa hari ke depan.

"iya nak tidak perlu di pikirkan, namanya juga jualan. Ini kamu obati dulu lukanya habis ini pulang aja nak, Istirahat" Bapak itu memberikan salep ke Juna dengan tatapan sendu.

"iya pak, makasih. Maaf gara-gara Juna pembelinya pergi tadi"

"tidak apa-apa cuma dua juga tidak akan membuat bapak rugi."

Episodes
1 Berteman
2 Di tindas
3 Papa pulang
4 Di bawah pohon
5 Perhatian dari Jehan
6 Sedikit lelah
7 Salah satu impian
8 Sakit
9 Mendapat izin
10 Cemburu
11 Memilih berontak
12 Kecerobohan yang manis
13 Ragu
14 Mendapat jawaban
15 Menghindar
16 Pergi dengan teman-teman
17 Perjanjian
18 Harus terus bersyukur
19 Pertemuan Arjuna
20 Penghinaan kakak senior
21 Tangisan dalam pelukan
22 Apa sedang cemburu
23 Menjadi sorotan
24 Merasa rendah
25 Salah paham
26 Nama baik di pertaruhkan
27 Apa kamu menyukai nya ?
28 Bertiga di taman
29 Kesalahan ?
30 Berjuang
31 Suasana seperti apa
32 Ngga suka dicuekin
33 Kekesalan yang meluap
34 Takdir
35 Bukan Jehan
36 Seperti Patung Hidup
37 Acuh
38 Kejadian Jehan
39 Fauza
40 Di Kantin
41 Terluka
42 Bungkusan
43 Bungkusan (2)
44 Darah tinggi
45 Jangan Mimpi
46 Canggung
47 Berkunjung Ke Panti
48 Tentang Indah
49 Tugas Tak Terkira
50 Di halaman sekolah
51 Jehan dan Gibran
52 Kedatangan Dion dan Fauza
53 Di Culik
54 Perpisahan paling menyakitkan
55 Jehan hilang ?
56 Siswi Julid
57 Hati yang sulit untuk di mengerti
58 Menginap
59 Masalah hati
60 Perasaan yang bercampur
61 Ada Yang Salah ?
62 Laki-laki asing
63 Terikat
64 Kenzie
65 Tak Dapat Mengenali
66 Hati Yang Retak
67 Siapa ?
68 Pertemuan
69 Berita Mencengangkan
70 Dua laki-laki
71 Keinginan Menghindar
72 Menunggu seseorang di masa lalu
73 Makan bersama Dion
74 Kembali Bertemu
75 Bersama
76 Bingung
77 Kekasih
78 Mood buruk
79 Pencemburu
80 Pulang
81 Mengajak nya menghabiskan waktu
82 Memutuskan Perjodohan
83 Insiden makanan
84 Mendapatkan kesialan
85 Menangis Bersama
86 Kriteria Wanita
87 Kecelakaan
88 Desya
89 Tiramisu untuk Kenzie
90 Ke luar kota
91 Keras Kepala
92 Mimpi yang menjadi nyata
93 Merasa Hancur
94 Menjaga gadis kakak nya
95 Semuanya Telah Berakhir
96 Berita Duka
97 Buku dari Gibran
98 Jangan menghindar
99 Pusing
100 Diary
101 Diary
102 Patah Hati Terhebat
103 Akan Berusaha Lupa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Berteman
2
Di tindas
3
Papa pulang
4
Di bawah pohon
5
Perhatian dari Jehan
6
Sedikit lelah
7
Salah satu impian
8
Sakit
9
Mendapat izin
10
Cemburu
11
Memilih berontak
12
Kecerobohan yang manis
13
Ragu
14
Mendapat jawaban
15
Menghindar
16
Pergi dengan teman-teman
17
Perjanjian
18
Harus terus bersyukur
19
Pertemuan Arjuna
20
Penghinaan kakak senior
21
Tangisan dalam pelukan
22
Apa sedang cemburu
23
Menjadi sorotan
24
Merasa rendah
25
Salah paham
26
Nama baik di pertaruhkan
27
Apa kamu menyukai nya ?
28
Bertiga di taman
29
Kesalahan ?
30
Berjuang
31
Suasana seperti apa
32
Ngga suka dicuekin
33
Kekesalan yang meluap
34
Takdir
35
Bukan Jehan
36
Seperti Patung Hidup
37
Acuh
38
Kejadian Jehan
39
Fauza
40
Di Kantin
41
Terluka
42
Bungkusan
43
Bungkusan (2)
44
Darah tinggi
45
Jangan Mimpi
46
Canggung
47
Berkunjung Ke Panti
48
Tentang Indah
49
Tugas Tak Terkira
50
Di halaman sekolah
51
Jehan dan Gibran
52
Kedatangan Dion dan Fauza
53
Di Culik
54
Perpisahan paling menyakitkan
55
Jehan hilang ?
56
Siswi Julid
57
Hati yang sulit untuk di mengerti
58
Menginap
59
Masalah hati
60
Perasaan yang bercampur
61
Ada Yang Salah ?
62
Laki-laki asing
63
Terikat
64
Kenzie
65
Tak Dapat Mengenali
66
Hati Yang Retak
67
Siapa ?
68
Pertemuan
69
Berita Mencengangkan
70
Dua laki-laki
71
Keinginan Menghindar
72
Menunggu seseorang di masa lalu
73
Makan bersama Dion
74
Kembali Bertemu
75
Bersama
76
Bingung
77
Kekasih
78
Mood buruk
79
Pencemburu
80
Pulang
81
Mengajak nya menghabiskan waktu
82
Memutuskan Perjodohan
83
Insiden makanan
84
Mendapatkan kesialan
85
Menangis Bersama
86
Kriteria Wanita
87
Kecelakaan
88
Desya
89
Tiramisu untuk Kenzie
90
Ke luar kota
91
Keras Kepala
92
Mimpi yang menjadi nyata
93
Merasa Hancur
94
Menjaga gadis kakak nya
95
Semuanya Telah Berakhir
96
Berita Duka
97
Buku dari Gibran
98
Jangan menghindar
99
Pusing
100
Diary
101
Diary
102
Patah Hati Terhebat
103
Akan Berusaha Lupa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!