Salah satu impian

Pagi itu Juna berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda, kakinya terasa amat sakit namun dia tetap nekat untuk sekolah karena memang tidak ingin ketinggalan pelajaran. Dia berharap hari ini tidak bertemu dengan Dion dan teman-temannya.

dia mengayuh sepedanya pelan dengan keadaan kaki yang terasa perih sampai akhirnya dia tiba dengan selamat sampai sekolah. Dia memarkirkan sepedanya di tempat biasa paling belakang sendiri. Saat dia ingin ke kelas dia berpapasan dengan Dion yang memandangnya dengan pandangan sinis.

"lihat aja gw pastiin lo bakal menderita sekolah di sini" Laki-laki itu pergi menabrak bahu Arjuna. Arjuna menghela nafas nya pelan. Kenapa selalu saja ada yang tidak menyukainya dan berusaha menyingkirkannya dari sekolah itu. Apa dia seburuk itu, apa begitu buruk menjadi orang miskin yang tidak memiliki orang tua. Apa dia begitu buruk sehingga orang lain bisa melakukan hal penindasan kepadanya semau mereka.

walaupun Juna berusaha untuk tidak peduli akan kata-kata Dion, nyatanya dia tidak bisa menganggap remeh omongan laki-laki itu. Dion adalah orang yang selalu nekat dan berbuat semaunya. Dia tidak akan diam sebelum mendapatkan apa yang dia inggin kan.

setelah selesai pulang sekolah Juna berjalan menuju belakang sekolah yang terdapat banyak pohon dan rerumputan yang di tata rapi dia duduk sejenak dan menikmati angin yang menabraknya seolah ikut membawa beban yang laki-laki itu derita.

Karena kelelahan dia pun tertidur pulas, jika di fikir mungkin hidup nya akan terus seperti ini. Dia harus berjuang untuk dirinya sendiri, karena masa depannya ada di tangannya. Siapa lagi yang akan membantu nya jika dia tidak berdiri pada kakinya sendiri.

dia harus bisa menjadi anak yang kuat, dan lebih berani. Selama ini dia selalu pasrah pada takdir, tidak perduli kemana takdir membawanya, dia seperti debu yang pasrah di hempaskan oleh angin tapi sepertinya tidak untuk sekarang dia harus bisa lebih kuat dari itu.

Juna terbangun ketika ada suara seseorang yang menangis, dia mencari arah suara itu berasal dan mulai berdiri untuk mengikuti suara itu.

dia terdiam di dekat toilet belakang yang sudah rusak, melihat ada seseorang yang sangat dia kenal sedang menampar seorang perempuan, tidak asing itu adalah Dion.

kenapa laki-laki itu kasar sekali, bahkan dia bisa menyakiti seorang perempuan sampai menangis tersedu-sedu. Juna inggin menghampiri tapi dia mengurungkan niatnya dia tau meski dia menegur Dion semua tidak akan berubah. Laki-laki itu mungkin malah akan mempermalukan mereka berdua.

"inget ya, jangan pernah ikut campur urusan gw. Lo bukan siapa-siapa jadi jangan ngatur gw" Dion pergi setelah bicara, meninggalkan perempuan itu yang jatuh duduk bersimpuh. Juna hanya diam tidak berniat untuk menghampiri. Dia pun ikut pergi meninggalkan perempuan itu sendiri. Apapun permasalahan mereka itu bukan urusannya. Dia tidak bisa ikut campur apapun yang berurusan dengan Dion.

"kak Juna" Juna melihat seseorang yang memanggilnya, itu Jehan perempuan kesayangannya.

"pulang naik apa ?" gadis itu menatap Juna sambil memperhatikan sekeliling yang kosong, karena semua orang sudah pulang.

"naik sepeda seperti biasa" Juna menunjuk sepeda yang terparkir menggunakan dagunya.

"pulang sama aku aja yuk, aku mau di temenin jalan-jalan. Lagi bosen banget" gadis itu menghela nafas, sebenarnya dia bukan gadis yang suka memaksa, andai Juna menolak dia akan langsung pergi. Karena dia hanya menganggap Juna sebagai teman yang sefrekuensi. Namun Juna jelas tidak menolak, kapan lagi bisa dekat dengan gadis itu pikirnya.

"boleh aja sih, tapi sepeda kakak"

"naik motor aku aja, nanti sepedanya aku titipin ke orang kantin. Pasti mereka jaga kok" potong gadis itu cepat, dia melihat jam yang melingkar di tangannya, lalu kembali menatap Juna.

"baiklah" mereka berdua pun pergi dengan Juna yang di bonceng oleh Jehan, Juna inggin mengantikan untuk membonceng perempuan itu. Ya walau dia tidak punya motor dia bisa naik motor, tapi saat ini kakinya sedang tidak memungkinkan untuk naik motor besar seperti punya Jehan.

"kita duduk di sini aja ya kak" ternyata gadis itu membawanya ke sebuah danau yang terletak di dataran tinggi, cukup jauh dari sekolah. Bahkan perjalanan mereka tadi membutuhkan waktu berjam-jam.

"jauh banget dek" Juna melihat samping kanan dan kiri yang terasa asing baginya.

"iya, karena ngga akan seru kalau di deket sekolah, ngga ada yang sesegar ini udaranya" gadis itu memejamkan mata, menikmati angin yang berhembus.

"iya sih, udaranya seger" Juna ikut memejamkan mata, menikmati waktu berdua bersama gadis kesayangannya.

"lebih seger lagi kalau kita ke pegunungan, aku pastiin kakak bakal bisa menghirup udara dengan tenang" gadis itu berbicara dengan antusias, Sepertinya dia memang menyukai tempat yang tenang dan jauh dari keramaian.

"kapan coba bisa ke sana, ngga ada bus juga yang akan ke pegunungan kan dek ?"

"emang kalau ada, kakak mau naik bus" gadis itu meledek Juna sambil terus menatap depan.

"ya nggak sih, cuma ya gimana ya"

"lain kali aja, aku ajak ke pegunungan deket sini. Biasanya aku selalu merayakan ulang tahun di gunung sih sama temen-temen".

mereka pun menghabiskan waktu bersama, Jehan merasa bahwa kakak senior nya yang satu ini memang cocok jadi temannya. Ya walau dulu dia sempat ragu untuk menerima laki-laki itu tapi sekarang tidak lagi semenjak tau sifat Juna yang berbeda dari laki-laki lain.

🌿🌿🌿

hari demi hari Juna lalui dengan belajar dan bekerja, akhir-akhir ini dia merasa sering lelah terkadang merasakan nyeri pada perutnya membuatnya sering pingsan. Namun dia merasa itu terjadi karena dia yang selalu bekerja hingga larut, sehingga tubuhnya tidak dapat menopang.

dia bersiap-siap untuk berangkat sekolah, namun dia merasakan sakit di bagian perutnya, dia mencoba mencari pegangan. Benar-benar luar biasa sakit nya.

"apa separah ini akibat aku bekerja terlalu keras" Juna menahan sakit sambil menekan rasa sakit itu agar segera hilang.

"aku harus segera berangkat, sebelum telat dan mendapat poin" mengayuh sepeda dengan pelan, keringat terus menetes dari dahi laki-laki itu, namun tidak membuat laki-laki itu putus asa, dia menahan sakit yang terus muncul dan terus bershalawat di sepanjang jalan untuk menguatkan tubuhnya.

"syukurlah akhirnya tiba juga" Juna duduk di kursi kantin sambil mengatur nafasnya, tadi dia mengendarai sepeda dengan pelan namun seperti membutuhkan tenaga lebih besar.

Pelajaran lima menit lagi di mulai, Juna mulai melangkahkan kaki menuju kelas nya. Dia harus terus semangat untuk tetap bertahan. Apapun rintangan yang harus dia hadapi dia harus mampu untuk melewati semua itu.

dia melihat barisan motor dan tidak melihat motor Jehan terparkir di parkiran yang biasa di gunakan Jehan dan teman-temannya memarkirkan motornya, tak ingin memikirkan Juna pun melanjutkan langkahnya menuju kelas.

para siswa siswi banyak yang baru tiba, mendapat pemeriksaan untuk mengatur kedisiplinan, seperti kuku, kaos kaki yang pendek, dan beberapa yang telat juga mendapat poin, Juna berjalan menuju kelasnya setelah di periksa. Kelas sudah ramai namun pelajaran belum di mulai, para guru jurusan masih ada rapat dadakan soal ujian kelas 12 yang akan di laksanakan sebentar lagi.

Juna duduk di tempat duduknya, banyak teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas yang belum selesai, Juna membuka bukunya dan membaca materi yang sulit baginya. Memanfaatkan waktu dengan membaca karena sebentar lagi juga akan ada ujian kelulusan untuk naik ke kelas 12 begitupun kelas 12 yang akan lulus menempuh perjalanan baru mencari kerja atau duduk di bangku kuliah.

jika mengingat soal kuliah, Juna selalu melamun. Dia ada impian untuk melanjutkan pendidikannya namun dia sendiri takut jika tidak mampu untuk membayar uang kuliah itu. Apalagi kuliah dalam jurusan TI sekarang tidak murah. Dengan keadaannya yang sering pingsan dia tidak yakin bisa mengumpulkan uang dengan cepat. Kadangkala dia ingin pergi ke dokter untuk tau apa yang terjadi pada tubuhnya namun dia merasa itu tidak perlu. .

Episodes
1 Berteman
2 Di tindas
3 Papa pulang
4 Di bawah pohon
5 Perhatian dari Jehan
6 Sedikit lelah
7 Salah satu impian
8 Sakit
9 Mendapat izin
10 Cemburu
11 Memilih berontak
12 Kecerobohan yang manis
13 Ragu
14 Mendapat jawaban
15 Menghindar
16 Pergi dengan teman-teman
17 Perjanjian
18 Harus terus bersyukur
19 Pertemuan Arjuna
20 Penghinaan kakak senior
21 Tangisan dalam pelukan
22 Apa sedang cemburu
23 Menjadi sorotan
24 Merasa rendah
25 Salah paham
26 Nama baik di pertaruhkan
27 Apa kamu menyukai nya ?
28 Bertiga di taman
29 Kesalahan ?
30 Berjuang
31 Suasana seperti apa
32 Ngga suka dicuekin
33 Kekesalan yang meluap
34 Takdir
35 Bukan Jehan
36 Seperti Patung Hidup
37 Acuh
38 Kejadian Jehan
39 Fauza
40 Di Kantin
41 Terluka
42 Bungkusan
43 Bungkusan (2)
44 Darah tinggi
45 Jangan Mimpi
46 Canggung
47 Berkunjung Ke Panti
48 Tentang Indah
49 Tugas Tak Terkira
50 Di halaman sekolah
51 Jehan dan Gibran
52 Kedatangan Dion dan Fauza
53 Di Culik
54 Perpisahan paling menyakitkan
55 Jehan hilang ?
56 Siswi Julid
57 Hati yang sulit untuk di mengerti
58 Menginap
59 Masalah hati
60 Perasaan yang bercampur
61 Ada Yang Salah ?
62 Laki-laki asing
63 Terikat
64 Kenzie
65 Tak Dapat Mengenali
66 Hati Yang Retak
67 Siapa ?
68 Pertemuan
69 Berita Mencengangkan
70 Dua laki-laki
71 Keinginan Menghindar
72 Menunggu seseorang di masa lalu
73 Makan bersama Dion
74 Kembali Bertemu
75 Bersama
76 Bingung
77 Kekasih
78 Mood buruk
79 Pencemburu
80 Pulang
81 Mengajak nya menghabiskan waktu
82 Memutuskan Perjodohan
83 Insiden makanan
84 Mendapatkan kesialan
85 Menangis Bersama
86 Kriteria Wanita
87 Kecelakaan
88 Desya
89 Tiramisu untuk Kenzie
90 Ke luar kota
91 Keras Kepala
92 Mimpi yang menjadi nyata
93 Merasa Hancur
94 Menjaga gadis kakak nya
95 Semuanya Telah Berakhir
96 Berita Duka
97 Buku dari Gibran
98 Jangan menghindar
99 Pusing
100 Diary
101 Diary
102 Patah Hati Terhebat
103 Akan Berusaha Lupa
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Berteman
2
Di tindas
3
Papa pulang
4
Di bawah pohon
5
Perhatian dari Jehan
6
Sedikit lelah
7
Salah satu impian
8
Sakit
9
Mendapat izin
10
Cemburu
11
Memilih berontak
12
Kecerobohan yang manis
13
Ragu
14
Mendapat jawaban
15
Menghindar
16
Pergi dengan teman-teman
17
Perjanjian
18
Harus terus bersyukur
19
Pertemuan Arjuna
20
Penghinaan kakak senior
21
Tangisan dalam pelukan
22
Apa sedang cemburu
23
Menjadi sorotan
24
Merasa rendah
25
Salah paham
26
Nama baik di pertaruhkan
27
Apa kamu menyukai nya ?
28
Bertiga di taman
29
Kesalahan ?
30
Berjuang
31
Suasana seperti apa
32
Ngga suka dicuekin
33
Kekesalan yang meluap
34
Takdir
35
Bukan Jehan
36
Seperti Patung Hidup
37
Acuh
38
Kejadian Jehan
39
Fauza
40
Di Kantin
41
Terluka
42
Bungkusan
43
Bungkusan (2)
44
Darah tinggi
45
Jangan Mimpi
46
Canggung
47
Berkunjung Ke Panti
48
Tentang Indah
49
Tugas Tak Terkira
50
Di halaman sekolah
51
Jehan dan Gibran
52
Kedatangan Dion dan Fauza
53
Di Culik
54
Perpisahan paling menyakitkan
55
Jehan hilang ?
56
Siswi Julid
57
Hati yang sulit untuk di mengerti
58
Menginap
59
Masalah hati
60
Perasaan yang bercampur
61
Ada Yang Salah ?
62
Laki-laki asing
63
Terikat
64
Kenzie
65
Tak Dapat Mengenali
66
Hati Yang Retak
67
Siapa ?
68
Pertemuan
69
Berita Mencengangkan
70
Dua laki-laki
71
Keinginan Menghindar
72
Menunggu seseorang di masa lalu
73
Makan bersama Dion
74
Kembali Bertemu
75
Bersama
76
Bingung
77
Kekasih
78
Mood buruk
79
Pencemburu
80
Pulang
81
Mengajak nya menghabiskan waktu
82
Memutuskan Perjodohan
83
Insiden makanan
84
Mendapatkan kesialan
85
Menangis Bersama
86
Kriteria Wanita
87
Kecelakaan
88
Desya
89
Tiramisu untuk Kenzie
90
Ke luar kota
91
Keras Kepala
92
Mimpi yang menjadi nyata
93
Merasa Hancur
94
Menjaga gadis kakak nya
95
Semuanya Telah Berakhir
96
Berita Duka
97
Buku dari Gibran
98
Jangan menghindar
99
Pusing
100
Diary
101
Diary
102
Patah Hati Terhebat
103
Akan Berusaha Lupa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!