"aku juga ingin membalas mereka tapi aku bisa apa, aku hanya orang rendah yang tidak akan bisa berbuat apa-apa" ucap Juna sambil menahan perih di wajahnya.
"Kenapa ngomong kaya gitu, semakin lo diam semakin sering lo ditindas" ucap Jehan sambil mengambil obat merah.
"kekuasaan akan mengalahkan segalanya, dan aku yang tidak punya kuasa apa-apa bisa apa?"
"menyedihkan, ogah sebenarnya gw punya temen lemah kaya lo, tapi ya udah lah gw ngga rela juga ngelihat orang-orang memperlakukan lo dengan seenak mereka. Mulai sekarang jangan menjauh dari gw". gadis itu pun menata kembali obat nya dan menyimpan dalam tas nya.
"apa kamu beneran mau temenan sama aku?" ucap Juna, laki-laki itu ragu dan tidak percaya diri bagaimana bisa seorang jehan yang pemilih itu menerima nya menjadi teman. padahal banyak yang mencaci nya bahkan tidak ingin berdekatan dengannya.
"hey kakak senior, aku sudah mengatakan kalau aku mau menjadi temanmu apa itu masih kurang jelas" gadis itu mulai merubah kata-kata nya menjadi lebih sopan. Ya begitulah Jehan dia akan bersikap berbeda kepada teman-temannya.
"kenapa sekarang jadi aku kamu, tadi gw lo" ucap Juna pelan.
"ck, terserah gw lah" sebenarnya Jehan memang begitu, sikap sanggarnya hanya benteng. Saat Jehan ingin berdiri dia mendengar suara sesuatu yang ternyata berasal dari perut laki-laki itu.
"lapar ?" ucap Jehan sambil melihat laki-laki di sampingnya.
"hem" Juna hanya menanggapi dengan anggukan, memang laki-laki itu belum sarapan, uang untuk beli makan pun sudah dia berikan kepada bapak paruh baya tadi.
"pesen makanan sana" ucap Jehan sambil memainkan ponselnya.
"tidak, nanti saja" ucap Juna sambil menundukkan kepalanya.
Jehan berdiri menuju ke arah kantin depan dia memesan nasi dan es teh, lalu mengambil beberapa snack. Ketika semua yang dia perlukan sudah siap dia pun membawa semua nya ke tempat Juna duduk.
"nih, dimakan dulu. Jangan suka nunda makan. Trus ini snack nya buat kamu semuanya aja. Aku mau cabut dulu" gadis itu pun pergi tanpa menunggu jawaban dari Juna. Dia ada praktek hari ini jadi tidak bisa menemani laki-laki itu makan.
Juna hanya tersenyum dia bukan nya menunda makan, hanya saja dia tidak yakin uang nya akan cukup, sepertinya dia harus mengambil uang tabungannya untuk membayar itu semua. Juna pun mulai menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Tangannya masih terasa perih karena di injak oleh dion tadi jadi dia makan dengan gerakan pelan. Setelah menghabiskan sarapannya juna pun berdiri dan melangkah menuju ke depan.
"bu, total nya berapa ya, makanan dan snack yang di ambil perempuan tadi ?" tanya Juna sambil mengambil uang di dompetnya.
"oh yang diambil sama mba Jehan ya, udah di bayar tadi sama mbak Jehan nya" ucap sang ibu kantin sambil tersenyum ke arah Juna.
"udah di bayar bu ?" tanya Juna memastikan
"iya udah di bayar"
"ya sudah bu jika begitu" akhirnya Juna pun pergi meninggalkan kantin, dia heran kenapa gadis itu membayar makanannya dia tidak meminta untuk di belikan makanan. Juna pun melangkah menuju kelas nya. Dia yakin akan mendapat panggilan dari guru BK setelah ini karena telat masuk kelas.
🌿🌿🌿
"Jehan" Jehan menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya.
"kak Juna" gadis itu pun meletakkan es yang berada di gelas kaca yang dia minum.
"belum pulang ?" ucap jehan, gadis itu menatap luka di pelipis arjuna.
"belum, tadi kenapa di bayar. Padahal aku ngga minta lo" ucap Juna sambil mengambil duduk di depan gadis yang dia sukai itu.
"ngga papa, aku iklhas kok. Itu luka nya gimana, masih sakit ?" Juna hanya tersenyum, tidak pernah dalam hidupnya di khawatirkan oleh orang lain. Jadi ketika mendapat perhatian kecil seperti ini dia merasa terharu.
"sudah tidak apa-apa, tadi juga udah kamu obati. Pasti akan cepat sembuh". Gadis itu hanya mengangguk meminum kembali minumannya, dia sedang menunggu Gibran dan Hanna yang sedang ada pelajaran tambahan. Sedangkan Johan dan Arga pulang duluan karena sedang ada kepentingan.
"sepeda kamu.." saat Jehan ingin mengucapkan sesuatu Juna lebih dulu memotongnya.
"tidak apa-apa nanti aku benerin aja" ucap Juna sambil mengambil minuman dingin di kulkas.
lagi-lagi Jehan mengangguk, sejenak suasana berubah hening, Juna yang bingung ingin bicara apa. Dan Jehan yang memang malas bicara.
"weh, siapa nih. Tumben deket sama cowok. Pacarnya Jehan ya kak ?" Tiba-tiba Hanna dan Gibran datang sambil menatap ke arah Juna dan Jehan.
"udah lama nunggu nya Je" ucap Hanna sambil duduk di depan Jehan, sedangkan Gibran berada di depan Juna sambil terus menatap wajah Arjuna tanpa berkedip.
"buat gw yang nggak suka menunggu jelas lama" ucap Jehan sinis
"trus ngapain lo tunggu" ucap Hanna sambil menerima minuman dingin dan bakso yang dia pesan.
"mau ngga Bran" ucap Hanna yang di acuhkan oleh Gibran. Cowok itu terus menatap Juna.
"lu ngapain anjir natap kak Juna kaya gitu" ucap Jehan
"oh Juna namanya, siapanya lo" tanya Gibran
"dasar kepo, udah yuk balik"
"tunggu dulu lah je, orang baru pesen makan nih main pulang aja" ucap Hanna sambil mempercepat makan nya. Setelah makanan Hanna tandas mereka pun mulai berdiri dan memakai jaket serta sarung tangan. Dan pergi meninggalkan Juna sendirian.
Juna memperhatikan Jehan dan teman-temannya yang sudah hilang di balik pagar. Laki-laki itu pun berdiri dan membayar minuman yang dia ambil. Ada masalah baru sekarang. Sepedanya rusak jadi dia harus membawa nya ke bengkel untuk di perbaiki.
saat Juna sampai di tempat dimana dia memarkirkan sepedanya. Dia terkejut sampai mengerjapkan matanya, bukannya terkejut melihat kondisi sepeda nya yang mengenaskan seperti tadi lagi, namun terkejut karena sepedanya yang tadinya perlu perbaikan sudah kembali seperti semua tanpa lecet sekalipun. Bahkan pedal nya tadi yang copot sudah terpasang dengan rapi. Siapa yang memperbaikinya, apakah dia sedang salah lihat. Namun tidak itu benar sepedanya, karena hanya dia yang bersekolah naik sepeda. Apakah sepeda anak ibu kantin tapi tidak mungkin itu jelas persis seperti sepedanya.
Arjuna pun menaiki sepeda itu, dia sangat berterimakasih dengan orang baik yang memperbaiki sepedanya. Siapa pun itu Juna benar-benar berterimakasih.
🌹🌹🌹
"Jehan" Jehan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang sangat dia rindukan.
"papa" ucap Jehan pelan
"Sini nak" dengan semangat Jehan pun menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di kursi meja makan.
"papa pulang, astaga Je seneng papa udah pulang lagi ke Indo" ucap Jehan sambil mencium pipi orang tuanya.
"memang Je, papa kamu itu terlalu sibuk sama pekerjaan nya sehingga pulang aja dua bulan sekali" ucap mama sambil mengupas buah.
"tau ni papa, ternyata pekerjaan lebih penting dari keluarga sendiri."
"ngga gitu sayang, ya udah papa salah papa minta maaf. Kamu duduk dulu gih. Udah makan siang belum ?"
"belum, Je ngga laper, Je mau ke kamar aja dulu. Mau mandi gerah banget dari luar."
"ya udah kamu mandi dulu aja nak, trus habis itu turun makan dulu. Apa kamu ambil roti bawa ke atas."
"iya mah" Jehan pun mengambil satu piring kecil dan mengambil roti bakar dengan selai Blueberry. lalu menuang minuman dingin ke dalam gelas. Dan membawa ke kamarnya.
"Je ke kamar dulu ya mah pa" ucap Jehan sambil naik ke atas
"Iya" ucap mama dan papa nya sambil tersenyum ke arahnya.
Jehan adalah putri satu-satunya dari keluarga Dawson, mempunyai satu kakak laki-laki yang juga sedang mengerjakan bisnis nya di luar Negeri. Sangat dekat dengan kakak nya membuatnya cenderung berteman dengan banyak laki-laki. Jehan adalah gadis baik dan cantik yang tidak suka sesuatu yang rumit atau membuat kepalanya sakit. Sedikit bar-bar dan masih sulit untuk bisa mengontrol emosi. Padahal papa dan kakak nya terkenal dingin dan tenang. namun berbeda dengan Jehan yang terkadang masih sedikit sulit mengendalikan emosinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments