"Juna" ucap seorang pria yang usia nya setengah baya menghampiri Arjuna.
"maaf ya pak, saya terlambat tadi masih ada pekerjaan di sekolah" ucap juna sambil menunduk.
"tidak apa, kamu bisa membantu bapak mencuci mangkuk. Setelah itu kita lanjut jualannya". Begitulah keseharian juna di lakukan dengan bekerja dan mencari uang, tanpa peduli dengan beberapa teman seusianya yang hidup bebas tanpa beban, dia harus bisa mencari uang untuk kehidupannya sendiri.
"pembeli nya banyak tadi pak ?" ucap juna sambil mencuci mangkuk kotor.
"seperti biasa nak, sepi. Ya wajarlah sekarang penjual bakso ngga cuma bapak, banyak penjual yang bakso nya lebih enak dari buatan bapak". ucap pria setengah baya itu yang sedang mengelap meja.
"kamu sudah makan siang belum, makanlah dulu jika belum".
"tidak pak, juna sudah makan tadi siang" setelah selesai mencuci juna membersihkan tangannya menggunakan serbet. Juna termenung dengan pikirannya, biaya sekolah semakin banyak sedangkan dia bingung harus mencari uang kemana lagi.
"pak" ucap juna pelan
"ada apa, kenapa wajahmu terlihat lelah dan kusut begitu. Kamu sedang ada masalah nak ?"
"tidak pak, juna hanya memikirkan pekerjaan sekolah"
"jika kamu mempunyai banyak tugas, pulang lah nak, biar bapak yang menjaga warung".
"tidak pak, juna bisa membantu bapak sampai tutup, lagi pula tugas sekolah bisa juna kerjakan nanti". ucap juna
🌹🌹🌹
"nak juna ini bakso untuk kamu, nanti jangan bergadang kalau capek istirahat saja dulu" ucap bapak sambil menatap juna.
"iya pak, jika begitu juna pamit dulu"
"iya" ucap bapak sambil memperhatikan juna yang mengambil sepedanya.
kasian juga anak itu, harus menanggung beban sendirian, padahal mungkin jika itu orang lain mereka tidak akan se tabah juna menerima takdir. Atau mungkin malah akan mengatakan jika tuhan tidak adil, namun anak itu tetap melapangkan hatinya. Berusaha menerima takdir yang di berikan tuhan kepadanya dan mencoba menjalaninya.
saat sudah sampai di rumahnya yang sederhana, juna pun menuntun sepedanya menuju pintu rumah, membuka pintu yang terkunci dan masuk ke dalam. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mandi, setelah itu melaksanakan shalat isha. Juna berdoa kepada tuhan betapa dia bersyukurnya hari ini.
"terimakasih atas segala nikmat yang engkau beri hari ini ya allah, terimakasih karena sampai saat ini juna masih tinggal di tempat yang nyaman, masih bisa makan makanan yang enak, masih bisa melihat indahnya dunia. Kuatkan bahu juna untuk bisa lebih kuat menghadapi kerasnya kehidupan ya allah".
tak lupa dia menyematkan nama perempuan yang dia suka, mendoakan yang terbaik untuk perempuan itu. Juna tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, karena sejak dulu fokusnya hanya bisa sekolah di sekolah yang dia incar.
setelah selesai beribadah dia berjalan menuju dapur, membuka bungkusan bakso itu, hampir setiap malam dia makan bakso karena memang setiap dia bekerja dia di beri satu bungkus bakso untuk makan malamnya, terkadang juna juga membantu penjual nasi goreng, sate ayam, dan masih banyak lagi. Semua dia kerjakan demi memenuhi kebutuhannya.
dia mengambil tas yang berada di sampingnya dan mulai mengerjakan tugas sekolah hari ini, dia tidak ingin menunda pekerjaan selelah apapun badannya. Dia akan tetap menyelesaikannya.
"hem, bukannya harusnya jawaban nya begini ya. Apa aku yang tidak memperhatikan penjelasan guru tadi" juna mencoba mengingat penjelasan gurunya tadi siang, memang terkadang dia sedikit sulit untuk bisa berkonsentrasi berfikir. Setelah beberapa jam berkutat dengan bolpoin dan buku yang berada di genggamannya, akhirnya juna menutup buku itu. Jam sudah menunjukkan pukul 23.15 waktunya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Pagi harinya, juna bersiap untuk berangkat ke sekolah, dia mengayuh sepedanya menuju tempat dimana sekolahnya berada, dia selalu berangkat pagi karena memang dia orang yang disiplin apalagi dia naik sepeda jadi harus sampai di sekolah tepat waktu.
saat di jalan dia melihat seorang pria paruh baya yang ingin menyebrang dia pun mengehentikan sepedanya dan membantu kakek itu untuk menyebrang.
"terima kasih ya nak, sudah menolong kakek" ucap sang kakek yang punggungnya sudah sedikit membungkuk itu, penampilan nya pun kusut.
"kakek dari mana ?" ucap juna sambil memperhatikan sang kakek.
"kakek habis menjual barang bekas, kakek sekarang ingin mencari barang bekas lagi nak"
"kakek istirahat saja, jangan terlalu lelah kek" juna kasihan melihat kakek itu, disaat umurnya yang sudah tua tetap bekerja keras, padahal seharusnya kakek itu beristirahat dan menjaga kesehatan tubuhnya.
"iya nak, ya sudah kakek pergi dulu ya" ucap kakek itu.
"sebentar kek" juna merogoh tas nya dan mengambil beberapa lembar uang, lalu memberikannya pada kakek tua itu.
"ini kek, rezeki untuk kakek. Ini memang tidak banyak tapi semoga cukup untuk membeli makanan kakek hari ini" sebenarnya itu uang saku juna hari ini, namun dia tidak akan tega melihat kakek ini bekerja dalam kondisi lapar.
"tidak perlu nak"
"jangan di tolak kek, juna ikhlas memberikannya untuk kakek, jika begitu juna permisi dulu ya kek, doakan yang baik untuk juna hari ini".
"baiklah semoga tuhan memberkatimu nak" ucap sang kakek sambil mengelus kepala juna.
juna pun berjalan kembali menuju di mana sepedanya berada, mengayuh kan pedal sepedanya melaju menuju sekolah. Saat sudah tiba di sekolah juna melihat ada dion dan teman-temannya sedang berada di parkiran, memang hari sudah cukup siang karena tadi waktu juna terpotong untuk membantu kakek tua yang dia temui.
juna pun menuntun sepedanya di parkiran paling belakang, saat melewati rombongan dion juna pun di hadang oleh dion dan teman-temannya.
"apa sih yang bisa lo banggain dari diri lo, apa sama sekali ngga ada yang unggul dari diri lo" ucap dion dengan pandangan mengejek. Juna sendiri hanya diam tanpa berniat menjawab dia kembali menuntun sepedanya namun saat dia akan melangkah dia merasa sepedanya di tarik.
dia pun terjatuh bersama sepedanya lalu tanpa perasaan dion dan teman-temannya menendang sepeda itu sampai terlempar mengenaskan.
"sampah aja di bawa ke sini, ngga pantes tau ngga" ucap salah satu temen dion. Juna pun ingin berdiri mengambil sepedanya namun terduduk kembali saat tangan nya di injak dengan kuat oleh dion.
Saat juna ingin berontak tiba-tiba tangan nya terlepas dan dia dapat melihat dion terjatuh sambil mengusap bibirnya yang berdarah dan mukanya yang kotor.
"DASAR BINATANG KALIAN SEMUA"
arjuna mengenal suara itu, dia pun mendongak dan mendapati jehan sedang berdiri dengan muka yang terlihat tenang namun dengan tatapan mata yang tajam.
"Siapa kalian sampai berani menindas orang lain hah" jehan memang tidak suka penindasan, siapa pun yang berani menindas orang lain dan jehan melihatnya maka jangan harap dia akan tinggal diam.
"memalukan nama baik sekolah cih" gadis itu berdiri sambil melepas sarung tangan yang terpasang di telapak tangan gadis itu.
"lu lagi, bisa ngga sih ngga usah ikut campur urusan gw. Lo siapa nya si cunguk ini hah sampai segitunya ngebelain".
"apa urusannya sama lo heh, mending kalian keluar aja dari sekolah ini daripada jadi sampah yang bikin sekolah jadi buruk" perempuan itu masih belum puas, inggin rasanya dia memberikan pelajaran ke mereka semua.
"sombong banget adek kelas, apa perlu gw beli ini sekolah trus gw keluarin lo dan pacar lo yang kampungan ini" ucap dion sambil memandang jijik ke arah jehan.
Arjuna hanya diam, memang dia bisa apa, mau berontak pun percuma dia akan tetap di tindas. Mau berontak atau pun diam akan sama-sama merugikannya.
"APA PERLU GW BELI MULUT LO, TRUS GW BUANG KE LAUT" gadis itu menatap tajam ke arah dion, berani sekali laki-laki itu mengatakan sesuatu yang mengusik harga dirinya. Bahkan berani meremehkannya dengan tatapan nya itu.
"BRAK"
jehan semakin marah melihat laki-laki yang sudah dia anggap musuhnya itu menendang tubuh juna hingga laki-laki itu berpindah tempat.
"Kurang ajar ya lo, manusia apa bukan sih hah" karena sudah kesal jehan pun melempar helm nya ke arah dion berdiri dan mengenai kepala laki-laki itu. Tanpa menunggu waktu jehan menghampiri juna yang kepalanya sudah mengeluarkan darah dan membantu laki-laki itu berdiri.
mencari tempat yang sepi jehan lebih memilih pergi ke kantin, dia melepaskan tas nya dan mengambil sesuatu. Juna dapat melihat bahwa gadis itu mengambil obat yang di tata rapi di kotak p3k.
"udah pernah gw bilang kalau di tindas itu jangan diam aja" gadis itu mengomel sambil menuangkan rivanol ke kapas.
"aku juga ingin membalas mereka tapi aku bisa apa, aku hanya orang rendah yang tidak akan bisa berbuat apa-apa" ucap juna sambil menahan perih di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Tia Prayuda
kasian arjuna,, semoga jihan tulus berteman nya
2022-04-28
0