"sayang bangun" Jehan menutup telinganya menggunakan bantal, sungguh dia sedang tidak ingin di ganggu sekarang. Tadi setelah pulang dari taman dia mandi dan langsung merebahkan tubuhnya yang lelah.
"Jehan bangun dong, ini udah malam" kembali mamahnya menganggu nya, menarik-narik selimut yang membungkus gadis itu sehingga terlepas.
"Jehan capek mah, jangan ganggu ya" ucap Jehan sambil mencari titik ternyaman nya. Dia benar-benar sedang tidak ingin di ganggu saat ini.
"papa udah nunggu kamu di bawah, kamu juga belum makan tadi siang bangun dulu dong. Atau kamu mau papa bilang ke kakak kalau kamu ngga nurut" mulai lagi, mamahnya sudah mengancam begini dia bisa apa.
Jehan menendang selimut di bawahnya, berlalu ke kamar mandi dengan rambut yang berantakan. Dia tidak suka di bangunkan dia sedang benar-benar ingin tidur tidak ingin ke manapun meski itu makan sekalipun. Dia mulai membasuh wajahnya menggunakan facial wash dan air lalu mengambil tisu untuk mengusap butiran air yang masih menetes di wajahnya.
memilih langsung turun agar bisa melanjutkan tidur nya gadis itu berjalan cepat turun dari tangga, dapat dia lihat papa dan mamanya yang sedang duduk manis menunggu tuan putri untuk turun sedangkan sang putri berdecak kesal semakin malas saja rasanya.
"jangan marah kamu harus bersyukur karena masih bisa makan makanan yang enak. Bukannya malah mengabaikan untuk makan" tuh kan Papa nya akan selalu menyindirnya seolah olah dia yang paling salah di sini. Padahal dia memang tidak ingin makan dan sedang ingin tidur.
"hem" jawab Jehan malas, dia mengambil nasi untuknya dan beberapa lauk yang dia suka. Dia berdecak kesal karena ayam itu seolah sangat sulit untuk dia telan. Akhirnya dia pun mengambil sayur sup dan telur yang dia rasa bisa masuk ke perutnya. Mengabaikan ayam balado yang terasa sangat menggunggah selera namun susah di telan itu.
"Jehan gimana sekolah kamu" tanya papa nya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"biasa aja" jawab Jehan malas
"apa kamu senang dengan sekolahmu" tanya papahnya lagi
"tentu tidak" Jehan masih asik menyuapkan makanan ke mulutnya, sepertinya menu itu cukup membuat nya tergoda untuk makan lebih banyak.
"kenapa begitu, bukannya kamu yang memilih sendiri sekolah di sana" ucap papahnya sambil mengernyitkan dahi.
"hem" Jehan menuang air ke dalam gelas dan meneguknya dia juga mengambil beberapa buah. Lalu berjalan mendekat ke arah orang tuanya dan mencium kedua pipi mereka.
"Je ke atas dulu ya pah mah, ngga bisa nemenin kalian ngobrol. Je lagi capek banget" Jehan pun pergi setelah mendapat anggukan dari orang tuanya. Dia terus berjalan sambil menikmati buah anggur yang berada di tangannya. Setelah sampai di kamar dia pun menaruh buah itu di wadah dan di taruh di atas ranjang. Mencoba mencari handphone nya dan membukanya.
tugas nya banyak sekali, tapi dia sedang malas untuk belajar, tidak di kerjakan pun yang ada makin menumpuk dia menyuapkan anggur itu sekaligus membuka buku yang berada di tangannya. Tidak ingin semakin tersiksa dengan banyak nya tugas yang ada, dia mencoba mengerjakan walau tubuh dan matanya mengajaknya untuk tidur saja.
🌿🌿🌿
Pagi itu Jehan berjalan dari arah kantin tadi dia memang lari dari jam pelajaran yang sangat tidak dia sukai. Bukan karena pelajarannya tapi karena gurunya yang kelewat bawel. Jadi dia memutuskan keluar demi keamanan otaknya dari guru seni budaya yang selalu mempersulitnya itu.
saat sedang berjalan dia melihat Juna yang berjalan sambil membawa banyak tumpukan buku sendirian, apa buku sebanyak itu dia bawa sendiri apa tidak berat. Akhirnya Jehan pun menghampiri kakak kelas yang sudah dia jadikan temannya itu. Berjalan di samping cowok itu yang muka nya,tunggu mukanya pucat sekali bibir nya bahkan juga pucat.
"dek" ucap Juna pelan laki-laki itu berusaha tersenyum. Namun pandangan laki-laki itu mulai buram. Tanpa mampu menopang tubuh nya lagi, laki-laki itu pun jatuh dia merasakan rasa sakit yang bertubi-tubi sebelum kesadarannya menghilang.
di UKS Jehan duduk sambil memperhatikan Juna yang terbaring tak sadarkan diri, perempuan tadi meminta tolong ke kakak kelas nya jurusan Akutansi untuk mengamankan buku-buku yang amat banyak yang di bawa oleh Juna. Setelah buku aman dia membawa Juna ke UKS di bantu oleh senior laki-laki Jurusan Akutansi karena memang lantai bawah adalah kelas dari Jurusan Akutansi dan Tata busana.
"dia tidak apa-apa hanya keadaanya sedikit lemah tapi tidak berbahaya. Wajar dia tidak makan dari kemarin di tambah tubuhnya yang lelah membuat dia pingsan" Jehan kaget mendengar penjelasan kakak senior yang bisa di bilang calon dokter itu, yang sangat menyukai sesuatu berbau medis.
Jehan menatap miris ke arah kakak kelas nya, karena kasihan Jehan pun menyuruh beberapa orang untuk membeli makanan paling enak di kantin apapun itu dia meminta untuk di antar ke sini. Dia mendengus kesal karena laki-laki itu tidak makan dari kemarin. Bagaiman bisa coba ?
Jehan masih diam sambil menatap Juna yang belum membuka matanya, dia tidak berniat untuk pergi dari ruangan itu, bahkan dia tidak kembali ke kelas padahal masih banyak pelajaran yang harus dia ikuti. Membuang waktunya untuk laki-laki di samping nya yang baru menjadi temannya itu.
saat sedang berfikir dengan pikiran nya sendiri Jehan kaget saat melihat Juna membuka matanya dan berusaha untuk duduk. Refleks dia membantu laki-laki itu.
"dek, kamu di sini" ucap Juna sambil terbatuk-batuk, mukanya masih sedikit pucat walau sudah di periksa tadi.
"hem" ucap gadis itu sambil membuang muka, kesal sendiri dia melihat keadaan kakak seniornya itu.
"kenapa kakak mengabaikan makan, lihat kakak jadi sakit kan" ucap Jehan dengan ketus, dia tidak tega melihat orang lain kesusahan. Itu membuatnya ikut merasakan apa yang orang itu rasakan.
"tidak apa-apa kakak sudah terbiasa, kakak hanya lelah saja hari ini" ucap bibir itu dengan lemah, bahkan bisa Jehan lihat bibir itu bergetar saat berbicara.
Jehan menghela nafasnya dia mengambil piring yang berisi makanan di sana lengkap dengan beberapa lauk, gadis itu juga membeli bakso hangat. Dia tidak bisa diam saja melihat orang kelaparan tanpa membantu. Dia duduk kembali di kursi samping ranjang dan memberikan piring itu ke Juna.
"makanlah jangan sampai kakak sakit karena lapar" ucap gadis itu masih tidak memandang Juna, Juna tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Dia bahagia sekali mendapat perhatian dari orang yang dia suka. Namun sepertinya gadis itu marah ke padanya entah karena apa.
aneh sekali gadis itu marah tanpa sebab padahal Juna juga tidak kenapa-napa. Jehan sendiri tidak marah dia hanya merasakan perih melihat hidup teman barunya itu. Bahkan saat melirik laki-laki itu sekilas dapat dia lihat tangan itu bergetar saat menyuapkan makanan ke mulut. Astaga membuatnya terasa ikut merasakan penderitaan yang di alami laki-laki itu. Karena kesal Jehan pun mengambil piring itu.
"buka mulut kamu" ucap Jehan sambil memegang sendok yang sudah terisi nasi penuh. Juna pun membuka mulutnya dia menerima suapan dari pujaan hatinya itu dengan perasaan bahagia.
"kakak harus makan banyak, bahkan kalau perlu kakak makan semua makanan itu biar tidak sakit lagi" ucap Jehan sambil menunjuk meja yang di penuhi berbagai makanan seperti mangkuk ntah berisi apa, buah, dan beberapa roti.
Setelah selesai menghabiskan makanannya, Jehan mengambil mangkuk itu yang ternyata berisi bakso, asap kuah bakso itu mengepul menandakan bahwa bakso itu masih hangat. Juna menelan ludah nya dia sudah cukup kenyang apa dia juga harus memakan bakso itu.
"buka mulutnya" ucap Jehan garang, perempuan itu menatapnya dengan tajam, Seolah dia sedang melakukan kesalahan besar.
"kakak udah kenyang, itu buat adek aja ya" ucap Juna sambil menatap imut Jehan, dia mengedipkan kedua matanya. Dia benar-benar sudah kenyang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Q.Dleva.
hai kak saya mampir Membawa Seberapa like Dan juga ditmbhkan Ke rak buku. ditunggu Kedatangannya Kak, Semngt trs berkarya 🦾
2022-10-04
1