Leo merasa puas dan lega tugas pengepungan berakhir. Dia berbincang serta bercanda dengan Indra dan pasukan lainya. Tak sedikit juga pasukan Valdia yang mabuk karena kebanyakan minum anggur merah membuat pengawalan kendur. Tetapi untung saja berkat adanya semua divisi pasukan Yurei membuat tahanan yang mencoba melarikan diri dapat ditangkap kembali.
" Malam ini mendung sepertinya? " Leo yang menunggangi kuda, mendongak memandang langit.
" Kemungkinan sebentar lagi turun hujan. Sangat disayangkan, pada hari spesial ini justru cuaca tak mendukung, " pungkas indra ikut memandang langit.
" Aku ingin segera pulang dan istirahat dengan tenang, " gumam Leo.
" Tuan lupa? Raja dan tuan putri ada di Valdia. Sepertinya istirahat dengan tenang belum bisa tuan dapatkan sekarang haha, " canda Indra.
" Hhhhh apa lebih baik kita kabur saja? Mencari penginapan di desa terdekat? "
" Yang ada tuan akan dimarahi habis-habisan oleh nona Thalia, "
" Ahahahaha benar juga, "
Di tengah perbincangan mereka berdua, terlihat tahanan di depan Leo sering melirik kearahnya. Lirikan mencurigakan dari tahanan itu diketahui oleh salah satu anggota Yurei. Dia langsung berjalan di depan Leo untuk menutupi pandangan tahanan tersebut.
Saat cahaya rembulan mulai tertutup oleh awan hitam, tahanan paling belakang memberontak. Dia menendang dua prajurit Valdia lalu memutus tali yang mengikat tanganya dengan menggesekkan tali itu pada pedang yang dibawa salah satu prajurit. Tahanan tersebut lalu mengambil sebuah belati perak dari dalam celana seraya berlari ke arah Leo.
" Tuaaaaan awaaaas! " teriak Indra melompat dari kudanya ke kuda Leo.
...Jraak!...
Sebuah belati menancap di perut kiri Leo. Dia langsung tak sadarkan diri lalu terjatuh dari kudanya. Indra pun merintahkan semua pasukan Yurei untuk mengejar pelaku. Sedangkan pelaku penikaman berhasil berlari dengan kuda milik salah satu prajurit Valdia.
" Tangkap dia hidup atau mati! Jangan kembali sebelum kalian mendapatkanya! Divisi satu bawa tuan Leo ke markas! Segera bawa ke ruang bawah tanah! " teriak Indra dengan sangat panik.
Semua divisi pasukan Yurei selain divisi 1 langsung mengejar penikam tuan mereka. Sedangkan Leo, dibawa Indra menuju kota dengan pengawalan ketat dari divisi 1 pasukan Yurei. Kepemimpinan pasukan Valdia pun langsung diambil alih oleh komandan divisi 7 pasukan Valdia.
***
Setibanya di kota, seluruh pasukan penjaga dan kepolisian langsung memberi jalan untuk Leo. Para penduduk berkerumun penasaran tentang apa yang terjadi sampai-sampai pasukan penjaga turun dari benteng kota. Indra yang membawa Leo bersama iringan pasukan Yurei divisi 1 memasuki kota dengan buru-buru. Tak sedikit pengunjung kota yang tertabrak pasukan Yurei karena memang keadaan kota padat.
Leo dibawa masuk ke dalam markas besar pasukan Yurei. Pintu gerbang markas ditutup rapat dengan penjagaan ketat. Para penduduk dilarang mendekati markas dalam radius 200 meter. Taman kota sendiri juga langsung di tutup atas perintah dari Indra. Seketika permukiman di sekitar markas Yurei sepi. Para pengunjung dan penduduk dialihkan ke jalan lain. Pesta yang sudah dipersiapkan meriah di pusat kota akhirnya terpaksa dibatalkan.
***
Di dalam istana sendiri, raja Karl ( raja Gerelia ), putri Licia, bersama seluruh anggota keluarga Valdius kecuali Leo sedang makan malam bersama sebelum memulai pesta. Mereka berbincang ria membahas kemajuan Valdia dan tentang perjodohan Licia dengan Leo. Namun, di tengah perbincangan khitmat itu, seorang prajurit Valdia tanpa sopan santun menyelonong memasuki ruang makan istana. Marquis Aiden terkejut dan sedikit marah melihat prajurit itu.
" Dasar tak punya sopan santun! Ini bukan tempat yang pantas untuk kau datangi! " bentak marquis Aiden.
" Maaf tuan, saya ingin melaporkan hal penting! Ryan bersama pasukanya berhasil ditangkap, " ucap prajurit.
" Hanya itu saja? Bukankah itu bisa kau laporkan nanti setelah kami selesai makan? " sela Thalia.
" Dan tuan Leo tertikam saat diperjalanan pulang. Sekarang tuan Leo dirawat di markas pasukan Yurei. Pelakunya adalah salah satu pemberontak yang meloloskan diri. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Mohon maaf atas kelancangan saya di depan yang mulia dan tuan Aideni. " ucap prajurit memberi hormat lalu pergi.
Marquis Aiden lemas seketika mendengar kabar itu. Sedangkan Thalia dan Melina langsung pergi menuju markas pasukan Yurei. Mereka berdua berlari dengan air mata menetesi pipi. Saat tiba di markas pasukan Yurei, 2 anggota Yurei langsung menghadang Thalia dan Melina.
" Maaf nona, anda tak diizinkan masuk! " ucap tegas salah satu anggota Yurei.
" Aku adalah kakaknya! Aku berhak tahu dengan keadaan adikku! " bentak Thalia dengan raut wajah cemas.
" Tuan Leo sedang dalam perawatan khusus dari pasukan kami. Tidak boleh ada yang mengganggu bahkan keluarganya sekalipun! " balas anggota Yurei.
" Aku tidak peduli! Aku ingin melihat kondisi adikku! " Thalia berusaha masuk sambil mendorong dua anggota Yurei. Tanpa takut sedikitpun, dua anggota Yurei mendorong balik Thalia hingga dia tersungkur.
" Berani kalian!? " murka Thalia. Emosinya sudah tak terkontrol karena kecemasanya.
" Kami tidak peduli nona! Tuan kami hanyalah tuan Leo! Selama tuan Leo belum mengizinkan anda masuk, maka kami tak akan membiarkan anda masuk. Dan jika nona masih memaksa, kami tak segan-segan mengusir dengan kekerasan! " bentak balik anggota Yurei sembari menodongkan pedangnya pada Thalia.Gadis itu terdiam. Dia tak menyangka pasukan milik Leo seberani itu.
Beberapa saat kemudian, sebuah gelombang sihir menggetarkan markas Yurei. Thalia merasakan tubuhnya menjadi dingin sesaat setelah gelombang sihir itu menghempas. Sedangkan Melina langsung terkapar. Segel sihir di perutnya menyala dan membuatnya merasakan rasa sakit yang luar biasa.
" Melina! " Thalia langsung meraih Melina. Dia menengok ke kanan dan kiri mencoba mencari pertolongan. Tetapi keadaan sangat sepi. Sedangkan pasukan Yurei tak peduli dengan apa yang terjadi pada Melina.
" Tolong! Tolong bawa adikku kembali ke istana! Jika kalian patuh dengan Leo, seharusnya kalian tidak membiarkan adik Leo seperti ini! Kumohon! " Thalia menangis di hadapan dua anggota Yurei itu. Pikiranya kacau karena belum mengetahui kondisi Leo ditambah kondisi Melina yang tiba-tiba memburuk. Mendengar rintihan tangis Thalia, salah satu anggota Yurei mendekati mereka lalu menggendong Melina. Tanpa sepatah kata, dia membawa Melina menuju Istana.
Setiba di istana, Sely sudah menunggu dalam Aula. Dia merasakan segelnya pada Melian melemah. Saat melihat Melina, dia memulai ritual penyegelan kembali.
" Apa yang terjadi!? " marquis Aiden tertatih-tatih mencoba berlari menghampiri anak bungsunnya yang terkulai lemas.
" Saya tidak tahu tuan. Baru dua hari lalu saya menyegel ulang nona Melina tetapi entah mengapa hari ini segelnya melemah. Baru pertama kali ini segel yang saya pakai melemah dengan cepat, " sahut Sely sembari memulai ritual penyegelan.
" Apa yang terjadi? " raja Karl ikut datang ke Aula bersama Licia.
Belum menjawab pertanyaan raja, Marquis Aiden langsung terkapar. Kondisinya melemah seketika. Boris dengan sigap menahan tubuh marquis Aiden.
" Aiden!? " kejut raja Karl.
" A-apa yang terjadi dengan anak-anakku? Aku sudah kehilangan keluargaku, istriku, dan apakah aku akan kehilangan anakku juga? " ucap lemah lelaki bertopeng besi itu di pangkuan Boris.
Licia datang menghampirinya, lalu memegang tangan marquis yang penuh perbanan itu. " Paman tenang saja. Semua pasti baik-baik saja. Aku akan mengecek kondisi Leo dan memabawanya ke sini. Paman istirahat saja, "
" Aku minta tolong kepadamu Licia, "
" Ya paman. Aku pergi dulu. " balas Licia lalu berlari keluar istana untuk menghampiri Thalia.
Saat sudah dekat dengan markas pasukan Yurei, Licia melihat Thalia yang berlutut sembari menangis memohon agar diizinkan masuk.
Licia menghampiri kemudian memeluk tubuh Thalia, " Thalia apa yang terjadi. mengapa kamu menangis di sini? "
" Aku hanya ingin melihat kondisi adikku tetapi mereka tak mengizinkanku, " rintih Thalia dalam pelukan Licia.
" Aku adalah Vladilicia von Kalius Gerelian! Aku putri kerajaan Gerelia memerintahkan kalian untuk membuka pintunya! Ini perintah langsung dari keluarga raja! " cetus Licia pada dua anggota Yurei yang berjaga.
" Kami tidak peduli! Sekali lagi tuan kami hanyalah tuan Leo. Walaupun nona seorang putri, jika nona memaksa masuk maka kami akan gunakan kekerasan untuk mengusir nona! " bentak anggota Yurei. Licia sendiri terdiam setelah mendapat bentakan itu.
" Kumohon! Aku hanya ingin melihat adikku saja. Kumohon! Aku tak ingin kehilangan dia! " desak Thalia diiringi tangisan.
" Lebih baik nona pulang dan tunggu tuan Leo di istana. Jika nona terus membuat suara berisik di sini, itu hanya akan mengganggu pengobatan tuan kami, "
" Tidak! Aku ingin menunggunya! "
" Jika itu yang nona Thalia inginkan, maka tunggulah di luar sini. " balas anggota Yurei.
" Thalia lebih baik kita kembali dan menunggu di istana. Malam ini akan turun hujan, kamu bisa sakit jika terus di sini, " pungkas Licia memandang langit penuh kilatan petir.
" Kamu pulanglah dulu Licia. Aku akan menunggu adikku di sini. Aku tak akan meninggalkanya. Katakan pada ayah bahwa Leo baik-baik saja. Aku takut kondisi ayah makin memburuk jika terus memikirkan ini, " tutur Thalia mengusap air matanya. Licia tak punya pilihan lain, dia pun kembali ke istana untuk melaporkan yang Thalia katakan.
Tak lama setelah kepergian Licia, langit penuh gemuruh petir menurunkan hujan sangat deras. Pesta malam kemenangan yang sudah dipersiapkan di berbagai tempat di kota terpaksa dibatalkan. Thalia sendiri rela menunggu di depan gerbang markas pasukan Yurei walau basah kuyub.
" Nona! Lebih baik nona berteduh, " pungkas anggota Yurei.
" Tidak, aku akan menunggu di sini sampai kalian mengizinkanku masuk, " ucap lirih Thalia. Dia menunduk meneteskan air mata dalam lebatnya hujan malam.
***
Di ruang bawah tanah markas pasukan Yurei, terlihat Leo yang bertelanjang dada, kedua tanganya terikat oleh dua rantai. Dia tertunduk lemas dengan luka tikaman yang terus mengeluarkan darah hingga membuat genangan darah di lantai bawah tanah. Genangan darah itu bercahaya merah dan mendidih bak air yang dipanaskan. Di sekeliling Leo para anggota Yurei termasuk Indra sedang melakukan ritual sihir suci penyegelan. Sudah lebih dari 10 kali mereka mencoba menyegel Leo tetapi selalu dihancurkan oleh gelombang sihir kuat yang keluar dari tubuh Leo.
" Tuan Indra, kami sudah mulai kehabisan energi sihir. Jika terus melanjutkanya, kita semua bisa mati kehabisan energi, " keluh salah satu aggota Yurei yang sudah terlihat pucat.
Indra terdiam sambil menghela napas panjang. Dia tak menyangka luka tikaman itu memberi dampak yang sangat parah bagi Leo. " Ambilkan tombak kaisar es di lemariku, "
Beberapa anggota menghentikan ritualnya untuk mengambil tombak yang dimaksud Indra. Beberapa saat kemudian, mereka membawa 5 tombak emas yang setiap gagang tombaknya terikat kain bermantra sihir suci.
" Apa tuan yakin? "
" Luka bekas tusukan jarum saja bisa membunuh kaisar es, lalu bagaimana dengan luka tikaman sebesar itu? Kita harus ikuti perintah tuan Leo untuk membunuhnya sebelum dia hilang kendali. Ini memang menyakitkan bagi kita, tetapi hanya ini jalan satu-satunya demi menyelamatkan tuan Leo dan seluruh penduduk, " ungkap sesal Indra.
" Tunggu tuan, apa anda lupa sobekan kertas yang dulu kita temukan di perpustakaan Angelusia? "
Mendengar ucapan salah satu anggota Yurei, Indra langsung teringat. " Apa nona Thalia ada di sini? "
" Ya tuan, dia masih menunggu di gerbang, "
" Baiklah ini kesempatan terakhir. Semoga berhasil. Kalian fokuslah untuk menahan tuan Leo. Aku akan membawa nona Thalia, "
Indra bergegas keluar dari ruang bawah tanah untuk menghampiri Thalia. dia berlari keluar lalu melompati gerbang markas pasukan Yurei.
" Thalia? " sapa lirih Indra sembari memegang pundak Thalia yang masih duduk sambil tertunduk sedih di tengah hujan.
Thalia mendongak ke atas. Dia memandang wajah Indra dan spontan memegang kedua kakinya lalu bersujud. " Paman Indra, kumohon izinkan aku menemui Leo. Kumohon, " tangis Thalia di kedua kaki indra.
" Hey tenanglah Thalia. Kedatanganku ke sini memang untuk mempertemukanmu dengan tuan Leo. Maafkan kedua anak buahku karena melarangmu. Itu semua memang perintah dari tuan Leo, kami tak bisa menolaknya, " jelas Indra mengangkat bahu Thalia agar dia berhenti bersujud.
Thalia menganggukkan kepala, " Di mana adikku sekarang? "
" Ikut aku. " Indra mengajak Thalia memasuki markas pasukan Yurei.
Thalia langsung dibawa ke ruang bawah tanah. Dia awalnya menanyakan alasan Indra membawanya ke ruang bawah tanah. Tetapi indra diam dan tak memberi sepatah jawaban. Saat menuruni beberapa anak tangga ruang bawah tanah, samar-samar Thalia melihat adiknya yang sedang dirantai. Dia terkejut dan berlari mendekat.
" Jangan nona! Itu berbahaya! " cegah Indra menarik tangan Thalia dan menjauhkanya dari Leo.
" Apa yang terjadi dengan adikku!? " Thalia menangis melihat kondisi Leo yang terkulai lemah dengan darah terus bercucuran dari lukanya.
" Aku akan menjelaskan itu nanti. Alasan kami membawa nona Thalia yaitu untuk menolong tuan Leo. Sekarang nyawa tuan Leo ada ditangan nona, " ungkap Indra melepaskan genggamannya pada lengan Thalia.
" A-apa yang harus kulakukan? " tanya Thalia. Indra kemudian mengambil sebuah jarum dari sakunya lalu memberikan pada Thalia.
" Jarum? Untuk apa? " tanya Thalia lagi memandangi jarum pemberian Indra.
" Teteskan darah nona dalam genangan darah itu. Cukup satu atau dua tetes saja, " jawab Indra menengok genangan darah di bawah Leo.
Thalia menuruti perintah Indra. Dia berjalan mendekati genangan darah tersebut lalu menusukkan jarum tersebut pada jari telunjuk kanannya. 3 tetes darah jatuh dan bercampur dalam genangan darah. Genangan itu langsung bereaksi dengan cahaya merah yang makin cerah.
" Apa itu berha- " belum selesai Indra berkata, genangan darah itu tiba-tiba menyusut dan membentuk tentakel merah darah yang melilit tubuh Leo.
" Gawat tuan! Energinya makin tak terkontrol! Sepertinya dia menolak darah nona Thalia! " panik salah satu anggota pasukan Yurei yang menahan pergerakan darah itu dengan segel sihir.
" Bagaimana sekarang!? Apa yang akan terjadi pada adikku? " Thalia makin kebingungan.
" Tak ada cara lain. Kalian siapkan tombaknya! " Indra mengambil tombak emas yang sudah disiapkan.
" Apa yang akan kalian lakukan!? " tanya Thalia yang merasa Indra dan pasukan Yurei akan melakukan hal buruk pada Leo.
" Demi keselamatan nona dan penduduk Valdia, kami harus membunuh tuan Leo sebelum dia kehilangan kendali, " sahut Indra.
Thalia berlari mendekati Leo lalu merentangkan kedua tangan. " Tidak! Pasti ada cara lain bukan? Tolong jangan bunuh adikku! Kumohon! "
Indra melirik rekan-rekanya sembari menghela napas panjang. " Ada satu cara lagi. Tetapi cara ini bisa membunuh nona. Karena itu kami tak ingin melakukanya, "
" Beritahu aku! Apa pun akan kulakukan agar adikku bisa kembali walaupun nyawaku taruhanya! "
" Tetapi nona- "ucap Indra ragu-ragu untuk melakukan cara kedua.
" Lakukan! " desak Thalia.
" Baiklah kalau nona mau bertaruh nyawa. Caranya cukup mudah. Biarkan tuan Leo menyerap darah nona. Tetapi cara ini bisa membuat nona mati karena kehabisan darah, "
Tanpa pikir panjang, Thalia mengoleskan darah yang sebelumnya di jari ke leher. Dia berjalan mendekati Leo yang masih tertunduk lemas. Thalia mengangkat dagu Leo. Dia melihat tatapan kosong dari kedua bola mata pemuda rambut pirang itu.
" Gigitlah Leo. Jangan pedulikan keselamatanku. Aku sudah barjanji pada bunda untuk melindungi dan menyelamatkanmu apa pun yang terjadi, " Thalia menyodorkan lehernya pada Leo.
Leo yang mencium bau darah Thalia, langsung menggigit dan menghisap darahnya. Hisapan demi hisapan membuat pandangan Thalia mulai kabur. Dia menahan rasa sakit hisapan Leo dan terus berjuang agar dia bisa tetap sadar walau seluruh badanya mulai lemas.
Setelah 2 menit menghisap, Tentakel darah yang melilit Leo perlahan mengecil lalu terhisap kembali ke dalam luka tikaman di perut Leo. Luka di perutnya juga hilang seketika setelah semua darah kembali masuk. Dan Leo langsung tertidur lelap dalam pelukan Thalia dan dalam keadaan masih menghisap darah.
" Syu-syukurlah " rintih Thalia merasa lega setelah merasakan lonjakan energi sihir Leo mulai memudar.
" Nona anda tidak apa-apa!? " Indra menghampiri Thalia dan menopang tubuh mereka berdua.
" Ya, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lemas dan pusing saja, " ucap Thalia yang masih terhisap darahnya oleh Leo.
" Kami akan melepaskan gigitan tuan Leo. Nona bertahanlah, " Indra mencoba melepaskan gigitan Leo pada leher Thalia. Mereka pun berhasil mencabut gigitan Leo kemudian membawanya ke kamarnya.
" Nona gantilah bajumu. Anda bisa sakit jika memakai baju basah seperti itu, " Indra memberikan jubah hitam yang merupakan seragam pasukan Yurei.
" Maaf cuma jubah ini yang bisa saya berikan, " sambung Indra.
Thalia menggelengkan kepala sembari tersenyum manis. " Hmh terima kasih. Oh ya paman Indra, bisakah kamu memberitahuku tentang yang dialami Leo? "
" Nona lebih baik berganti baju dulu. Aku akan menceritakannya di kamar tuan Leo. Datanglah ke sana. " Indra meninggalkan Thalia di ruang bawah tanah.
Setelah berganti baju, Thalia menemui Indra di kamar Leo. Di mana Leo sendiri tertidur pulas diranjangnya. Thalia duduk di ranjang itu sambil memandangi wajah sang adik..
" Jadi apa yang sebenarnya terjadi padanya? " tanya Thalia sembari memandangi sang adik.
" Evolusi sebenarnya dari sihir tuan Leo adalah sihir pemanipulasi darah. Dia bisa memanipulasi darahnya menjadi berbagai macam senjata sihir berbahaya, "
" Apa!? " Thalia sontak berdiri terkejut, " Aku belum pernah mendengar evolusi semacam itu. "
" Aku diceritakan sendiri oleh tuan Ryuki. Saat tuan Leo berhasil menguasai elemen es, dia terkena goresan luka dari es yang dia buat sendiri. Luka itu mengeluarkan banyak darah dan tuan Leo hilang kendali. Dia memanipulasi darahnya menjadi pedang lalu mengamuk di istana Mizu dan membunuh banyak penghuninya kecuali nenek dan kakeknya. Saat itu dia berhasil ditenangkan dengan segel dari kaisar es. Dia dilatih berkali-kali untuk menguasai kekuatan itu tetapi selalu gagal. Di percobaan terakhir, kaisar es terbunuh setelah mencoba menyegel kembali kekuatan darah tuan Leo. Sampai sekarang tkami belum sanggup memberitahu tentang kematian sebenarnya dari gurunya, "
" Bagaimana bisa? " Thalia masih tak percaya dengan kekuatan sang adik. Dia tak habis pikir dibalik kelembutan Leo, terdapat kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya.
" Aku bersama pasukan Yurei sudah mencari semua buku tentang kekuatan tuan Leo di perpustakaan Angelusia. Saat itu hampir tak ada satu buku pun yang membahas mengenai kekuatan tuan Leo. Tetapi, setelah satu bulan pencarian, ada sebuah buku tua yang sedikit menyinggung asal usul Valdius, "
" Valdius? "
" Ya nona. Dalam tubuh Valdius sepertinya mengalir darah dari ratu vampir, "
Thalia melebarkan mata mendengar ucapan Indra. " Apa? Aku tak salah dengar? Vampir hanya makhluk mitos paman Indra, "
" Awalnya aku juga berpikir seperti nona. Tapi dari buku legende tentang vampir, Terdapat penjelasan rinci tentang latar belakang ratu vampir. Dalam sejarah, hanya ratu vampir yang memiliki elemen kegelapan. Elemen itu dia dapatkan setelah pertarunganya melawan dewa neraka. Selain itu, dalam buku juga sedikit menyinggung tentang sihir manipulasi darah yang merupakan gabungan dari elemen air dan elemen kegelapan. Di sana juga tertulis cara menyegel kekuatan itu yaitu dengan segel suci dewi Cilia dan darah keturunan vampir. Tadi nona sudah membuktikanya sendiri dengan darah nona bisa menenangkan tuan Leo, "
Thalia terdiam kemudian memandang wajah Leo lalu mengelusnya. " Apakah memang benar seperti itu? Memang leluhur kami tidak pernah diketahui asal usulnya. Hanya saja dalam kitab suci Deus dikatakan bahwa elemen kegelapan bukanlah ilham dari dewa melainkan kekuatan turun temurun. Tetapi apakah benar ada hubunganya dengan vampir? "
" Aku juga belum mengetahuinya nona. Tapi sudah banyak bukti bukan? Selain itu dari setiap keturunan Valdius setidaknya memiliki setetes elemen kegelapan. Mungkin itulah yang memicu tuan Leo bisa mengevolusikan elemen sihirnya dan tak bisa menguasai karena kapasitas energi tuan Leo tak bisa menampung lonjakan energi sihir kegelapan tiba-tiba, "
" Ya, memang benar yang kau katakan. Kami memiliki setetes elemen kegelapan. Dan diapa sangka justru Melina menjadi wadah dari secawan elemen kegelapan. Aku harap bisa melepaskan Melina dari belenggu kekuatan itu, "
" Pasti ada cara untuk itu menyelamatkan nona Melina. Baiklah kalau begitu nona. Saya sudah menceritakan semua yang saya ketahui. Sekarang saya undur diri, "
" Hmh, terima kasih paman Indra. "
Indra pergi dari kamar Leo dan meninggalkan Thalia di dalamnya. Thalia sendiri ikut tidur di samping Leo sambil bersenandung yang sering bundanya senandungkan untuk Leo saat dia susah tidur. Gadis itu menatap wajah Leo yang terlelap. Dalam otaknya terus terpikir tentang kekuatan Leo. Dia mengelus wajah Leo dan membelai rambut pirangnya.
" Pasti banyak penderitaan yang kamu alami Leo. Kamu selalu diam dan terlihat biasa-biasa saja walaupun hatimu selalu terluka oleh kekuatanmu itu. Maafkan kakak yang tak bisa menemanimu saat itu. " sesal Thalia seraya memeluk Leo dalam tangisannya.
" Kakak tak pernah salah apa-apa. Semuanya salahku karena terlalu lemah, " Leo menjawab lirih dalam pelukan Thalia.
" Leo!? "
" Masa laluku memang sangat menyakitkan. Aku sudah membunuh ratusan orang dan termasuk guruku sendiri. Kakek dan yang lain selalu mengelabuhiku bahwa kematian mereka karena wabah, tetapi aku sadar akulah wabah yang membunuh mereka. Aku tak akan pernah melupakan itu. Rasa penyesalan karena kelemahanku, aku tak akan pernah melupakanya, " Leo menangis dalam pelukan Thalia. Dia teringat kembali pembantaian yang dilakukan saat mengamuk.
Thalia memeluk erat tubuh adiknya dan menjawab, " Tak ada salahnya menyesal. Tetapi, demi mereka yang telah tiada, kamu harus menjadi kuat dan bisa mengendalikan kekuatanmu. "
" Hmh aku pasti akan menjadi kuat, "
" Ya, adikku memang harus seperti itu. Sekarang tidurlah lagi, " ucap Thalia mencoba melepaskan pelukanya tetapi dicegah oleh Leo.
" Tetaplah seperti ini kak. Kehangatan ini, bau parfum ini, senandung yang kudengar tadi, membuatku merasa dalam pelukan bunda lagi, "
Thalia tersenyum kecil tanpa menjawab apa-apa. Dia tetap memeluk adiknya dengan penuh kelembutan dan kehangatan. Leo pun terlelap kembali dalam pelukan gadis cantik berambut merahpanjang terurai itu.
***
Tak lama setelah Leo kembali tertidur, seluruh pasukan Yurei yang mengejar pelaku penikaman kembali. Mereka semua kembali dengan basah kuyub dan membawa sebuah benda bulat terbungkus kain. Karena Leo baru saja istirahat, terpaksa Indra menunjuk Thalia sebagai pemimpin sementara. Thalia dipanggil ke aula markas di mana seluruh pasukan Yurei sudah berbaris menghadap sebuah singgasana kayu. Thalia datang ke aula lalu duduk disinggasana itu sambil menatap satu per satu pasukan Yurei.
" Nona Thalia akan menerima laporan kalian untuk saat ini karena tuan kita sedang istirahat. Sekarang laporkanlah tentang misi kalian! " tegas Indra pada pasukan Yurei.
Kiran ( ketua divisi 6 Yurei ) maju menghadap Thalia sambil membawa benda bulat itu.
" Saya Kiran ketua divisi enam ingin melapor bahwa misi pengejaran pelaku penikaman tuan Leo gagal, "
Kiran menunduk dihadapan Thalia. Dia merasa malu karena baru kali ini pasukan Yurei gagal menyelesaikan tugasnya.
" Apa maksudmu gagal? Apa pelakunya berhasil lolos? " tanya Thalia.
" Tidak nona, " Kiran membuka kain penutup benda bulat itu.
Thalia dan indra sontak terkejut karena benda bulat yang dibuka oleh Kiran adalah sebuah kepala. " Saat kami mengepungnya, dia menghancurkan tubuh dengan sihir peledak. Dan hanya tersisa kepalanya saja yang utuh, "
" Apa-apaan ini? " gumam Indra.
" Dari cara dia melarikan diri dan sihir yang dia gunakan, kami menyimpulkan bahwa dia seorang pembunuh bayaran, " lanjut Kiran.
" Ya, aku sudah mengiranya juga. Tetapi mengapa tuan Leo yang dia incar? Keberadaan tuan Leo sendiri di Gerelia masih belum banyak yang tahu, " sahut Indra.
" Memang benar dia tak mengincar tuan Leo. Justru mengincar marquis Aiden. Dia sengaja ikut pasukan pemberontak agar bisa menyusup ke Valdia. Saat pemberontak tertangkap,mereka justru dibawa ke Aru. Kemungkinan besar karena tak ingin sepenuhnya gagal dalam misi, dia memutuskan menikam pemimpin pasukan. Ini adalah hal yang sering dilakukan para pembunuh bayaran, " jelas Kiran.
" Tidak mengejutkan lagi jika dia mengincar ayah. Tetapi syukurlah walaupun dia mati setidaknya ayah maupun Leo dalam keadaan baik-baik saja. Terima kasih atas kerja keras kalian semua. Sekarang kalian semua istirahatlah, " ucap Thalia dengan senyum manis bibirnya.
" Ta-tapi nona, bukankah kita perluu mengusut dalang dibalik penikaman ini? " tanya Indra.
" Tak perlu indra. Pelaku sebenarnya pasti salah satu dari para bangsawan yang menentang Valdia. Kalian cari pun kerajaan akan tetap melindunginya. Setidaknya mulai sekarang lebihlah waspada dan jangan kecolongan lagi. " Thalia meninggalkan Aula dan kembali ke kamar Leo untuk istirahat. Dia sudah terlalu sering mendengar tentang penangkapan para pembunuh bayaran yang mengincar ayahnya. Karena itu gadis tersebut tak terkejut lagi dan menganggap kejadian itu adalah hal biasa.
^^^To be Continue.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Layciptuzzzz_^^
good luck
2022-06-17
1
Feli_Xia
never give up thor
aku bakal terus nunggu update ceritanya
2022-06-17
1
Reza Acherman
lanjut thor kalau bisa update setiap hari ya
2022-06-17
1