#8# KAKAK YANG DIRINDUKAN

Kota Valdia adalah kota yang berpenduduk 50.000 orang dengan pasukan Valdia berjumlah 20.000 orang yang tersebar di seluruh wilayah Valdia . Kota Valdia merupakan kota terbesar keempat di kerajaan Gerelia. Dahulu kota ini sangat tidak terawat karena pars pemimpinnya sibuk dengan peperangan hingga mengakibatkan berbagai macam krisis terjadi di kota.

Kota Valdia yang sering dikunjungi para peziarah untuk beristirahat berubah menjadi kota miskin dan kotor karena ketidak pedulian pemimpinya. Kota ini berubah menjadi kota yang  jorok di mana karena kekurangan kamar mandi dan kekurangan air bersih membuat para penduduk terpaksa buang air di sembarang tempat. Bukan hanya itu, sungai yang mengalir di kota berubah menjadi kotor dan tak layak untuk dikonsumsi para penduduk.

Berbagai wabah penyakit mulai menyerang para penduduk lalu disusul krisis makanan dan pakaian yang membuat penduduk perlahan meninggalkan kota ini. Namun, setelah perang suci kedua berakhir, pemimpin mereka yaitu marquis Aiden mulai merapikan kota.

Awalnya kota Valdia mulai tertata sedikit demi sedikit, tetapi itu tak berlangsung lama karena tragedi yang menimpa marquis Aiden dan membuatnya tak sadarkan diri selama beberapa bulan. Kota Valdia pun  kembali ke kondisi sebelumnya. Walaupun Boris sebagai penasihat marquis Aiden dan Yukari mencoba menata ulang kota, tetap saja Valdia tak melangkah sedikitpun dari kondisi itu.

Kota itu akhirnya bisa pulih secara perlahan setelah marquis Aiden siuman. Selama bertahun-tahun marquis Aiden menata ulang kota dan al hasil kota  mulai rapi dan sedikit bersih. Tetapi, tetap saja wabah penyakit dan kelaparan masih menjadi momok bagi Valdia hingga kondisi itu akhirnya berakhir setelah surat yang berisi gagasan-gagasan pembangunan kota dari Leo datang ke Valdia.

Marquis Aiden membuat kota sesuai arahan dari surat Leo. Hanya perlu 3 tahun kota Valdia mengakhiri kondisi buruknya dan menjadi kota paling bersih. Selain itu, kota ini mulai dipenuhi para pedagang-pedagang asing serta menjadi destinasi wisata bagi para peziarah dan para turis asing  karena selain julukanya sebagai tanah suci, Valdia juga merupakan wilayah yang indah dengan padang rumput luasnya.

***

6 hari setelah kepulangannya, Leo menghabiskan hari-harinya di makam sang ibu. Karena khawatir dengan kondisi Leo, marquis Aiden menyuruh Melina untuk mengajak kakaknya berkeliling kota agar dia bisa melupakan sejenak ibunya. Melinapun mengiyakan keinginan sang ayah dan mengajak Leo berkeliling.

Tepat dipagi hari, Melina menggedor-gedor pintu kamar Leo dan memaksa Leo untuk menemaninya berkeliling kota. Awalnya Leo menolak, tetapi karena tak tahan mendengar rengekan Melina akhirnya Leo mau menemani sang adik.

" Hhhh..., Jadi mau ke mana kita sekarang? " ucap Leo melirik Melina.

" Kita keliling kota ini. Apa kakak tak ingin melihat kota yang berhasil berjaya berkat kakak? " Melina melirik sinis ke arah Leo sambil mencubit tangannya.

" Baiklah-baiklah aku mau mandi dulu dan akan mengambil kuda, kamu tunggu di depan gerbang istana. " Leo menutup kembali kamarnya dan bergegas mandi. Sedangkan Melina mengangguk lalu berjalan keluar istana.

12 menit kemudian, Leo pun keluar dari kandang kuda yang berada di sisi kanan istana sambil menunggangi seekor kuda putih dan menghampiri Melina di gerbang.

Leo menyodorkan tangan kirinya pada Melina. " Naiklah, " ucap Leo. Tanpa sepatah kata, Melina meraih tanga sang kakak untuk menaiki kuda bersama.

" Tuan apakah anda butuh kawalan? Kota ini sangat tinggi kriminalitasnya. Saya takut tuan muda dan nona kenapa-kenapa, " ucap salah satu prajurit penjaga yang datang menghampiri mereka berdua.

" Tak apa, lanjutkan saja tugasmu. Aku bisa menjaga diri sendiri dan adikku. " sahut Leo sembari memacu pelan kudanya.

***

Ketika berkeliling kota, Leo dan Melina yang menunggangi 1 kuda menjadi pusat perhatian para penduduk. Mereka berbisik-bisik dan mengira bahwa yang duduk di belakang Melina adalah calon suaminya. Para penduduk belum menyadari bahwa itu adalah putra pemimpin mereka. Ketika sampai di pusat kota, di mana banyak sekali pedagang makanan, pakaian, dan berbagai macam pernak-pernik berjualan, di sana Melina memutuskan untuk beristirahat dan mengajak Leo untuk membeli makanan di pusat kota.

" Kakak, itu ada yang menjual cumi bakar. Aku ingin membelinya. " Melina menunjuk sebuah kedai makanan di depanya.

" Baiklah, tetapi bagaimana dengan kudanya? Sepertinya tak sopan jika kita membeli sambil membawa kuda. " Leo menengok kanan kiri mencoba mencari salah satu prajurit Valdia yang berpatroli. Tak disangka justru dia bertemu dengan beberapa anggota pasukan Yurei yang sedang berkeliling kota bersama pasangan-pasanganya dan hanya ada 1 anggota yang berjalan sendirian.

Pasukan Yurei sebenarnya terbagi menjadi 10 divisi dengan anggota masing-masing divisi berjumlah 20 orang. Ada 3 divisi elite di pasukan ini yaitu divisi 1, 4, dan 8 ketiga divisi ini dipimpin oleh pengguna sihir berelemen dan saat di Taiyoria, 3 divisi inilah yang selalu mendapatkan misi paling berat dan berbahaya.

" Tuan Leo? " sapa salah satu anggota Yurei sembari membungkukkan badan.

" Kalian? Wah baru satu minggu kalian sudah mendapatkan pasangan. Ngomong-ngomong kalian dari divisi berapa? " tanya Leo.

" Kami dari divisi 2 tuan. Tak kami duga bisa bertemu tuan Leo di sini, "

" Hey kau, " Leo menunjuk salah satu anggota Yurei yang jalan sendirian dan tak bersama pasangan. " Bisakah kau bawakan kuda ini ke istana? "

" Sa-saya tuan? "

" Ya, "

" Baiklah saya akan mengembalikan kuda tuan ke istana. "

" Terima kasih, " ucap pemimpin pasukan Yurei itu sembari menyerahkan kudanya ke salah satu anggota Yurei yang dia tunjuk itu.

" Ka-kalau begitu tuan, kami pamit dahulu. " ucap para anggota Yurei. Leo hanya menganggukkan kepala. dia lalu berjalan mendekati kedai makanan yang ditunjuk Melina.

***

" Nona Melina!? " kejut pedagang cumi bakar saat Melina dan Leo mengunjungi kedainya.

Melina melambai sambil tersenyum manis, " Paman, aku ingin membeli dua cumi bakar. "

" Ba-baik nona! Saya akan membuatkan cumi bakar terenak untuk nona dan calon suami nona! Suatu kehormatan bagi saya bisa melayani langsung nona Melina, "

" Calon suami?? " Melina menengok kanan kiri karena tak paham apa yang dimaksud pedagang itu.

Pedagang cumi mengarahkan jari telunjuknya ke Leo, " Ma-maaf nona, bukankah laki-laki tampan ini calon suami nona? " para pembeli lain juga ikut memperhatikan karena penasaran dengan hubungan Melina dan Leo.

Melina tertawa kecil dan menjawab, " Apa kalian lupa dengan anak kedua dari marquis Aiden? "

" A-apaaa!? " pedagang dan para pembeli yang terkejut sontak berteriak bersamaan.

" A-anda tuan Le-Leonard!? " tanya salah satu pembeli.

" Ahahaha, ya aku Leonard von Valdius, " jawab Leo sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Para pembeli itu langsung menepuk jidat. Selama ini mereka menganggap bahwa laki-laki berambut pirang di istana adalah calon suami Melina. tetapi ternyata adalah Leo, orang yang akhir-akhir ini mereka bicarakan dan mereka ingin lihat.

" Ta-tapi dahulu waktu masih kecil rambut tuan Leo berwarna merah. mengapa sekarang berubah pirang? " tanya pedagang itu.

Leo memegang beberapa helai rambut depanya lalu menjawab, " Rambutku memang pirang mirip seperti ibuku. Hanya saja waktu kecil aku iri dengan kakak Thalia dan para anggota keluarga valdius yang rambutnya merah, jadi kuwarnai rambutku menjadi merah. "

" Begitukah ternyata, selama puluhan tahun yang kami lihat hanya cat rambut. Tetapi rambut pirang tuan sangat indah seperti mendiang marquise Yukari. Ba-baiklah tuan mohon maaf justru mengajak tuan dan nona mengobrol. Saya akan segera menyiapkan pesanan nona dan tuan. " Pedagang itu bergegas membuatkan pesanan Melina.

Beberapa saat kemudian, dua buah cumi bakar sudah jadi. " Ini nona dua cumi bakar spesial untuk tuan dan nona, " pedagang menyodorkan 2 tusuk cumi bakar kepada Melina.

" Berapa harganya? " Leo merogoh kantung celananya.

Pedagang itu menggelengkan kepala, "  Khusus untuk tuan dan nona gratis. Anggap saja ini balas budi saya atas kebaikan keluarga Valdius dan karena berkat tuan Leo yang sudah memperbaiki kota Valdia ini, "

" Waaaaaaaah! Terima kasih paman! " Melina langsung melahap cumi bakar itu. " Kakak mari kita lanjutkan berkeliling. "

" Terima kasih paman. Kami pergi dulu. " Leo sedikit membungkukkan badan sebagai rasa terima kasih lalu pergi menghampiri Melina yang sudah jalan lebih dahulu.

Merekapun melanjutkan berkeliling kota sambil menikmati cumi bakar. Berita tentang identitas Leo di kedai tadi langsung tersebar luas. Di sepanjang jalan kota, para penduduk menyapa Leo dan banyak para penduduk memberikan berbagai macam makanan maupun pernak-pernik ke Leo sampai membuat Leo harus menyewa kereta kuda untuk hadiah-hadiah para penduduk.

" Entah mengapa malah seperti ini jadinya, " kesal Leo melihat tumpukan hadiah di kereta kuda.

" Itu adalah rasa terima kasih mereka ke kakak. Berkat proyek kanal bawah tanah kakak, kota ini menjadi bersih dan inilah yang diidam-idamkan para penduduk. " balas Melina.

Beberapa meter mereka lanjut berjalan, Leo pun berhenti di depan sebuah rumah besar yang tak jauh dari pusat kota. Rumah itu adalah markas pasukan Yurei.

" Aku tahu ke mana harus membawa hadiah-hadiah ini, " Leo mengetok pintu gerbang rumah tersebut yang terbuat dari kayu. Tak lama gerbang terbuka dan terlihat seorang laki-laki dari balik gerbang.

" Lamart? Kebetulan sekali, " ucap Leo saat melihat yang membuka gerbang adalah ketua divisi 1 yaitu Lamart si pengguna sihir elemen air.

" Tuan Leo!? Suatu kehormatan anda datang kemari. Kalau boleh tahu apa yang membuat tuan mengunjungi kami? " tanya Lamart.

Leo menjentikkan jarinya lalu kusir kereta kuda memacu keretanya ke samping Leo. " Lamart aku membawakan sesuatu untuk para pasukan Yurei. Anggap saja ini hadiah dariku sebelum kalian kembali bertugas besok, "

Lamart terkejut karena kereta kuda itu penuh dengan barang-barang dan makanan, " Tu-tuan, anda yakin? "

" Yaa, berpestalah malam ini. Kalau begitu aku pergi dulu. " Leo menarik tangan Melina sambil melambaikan tangan satunya ke Lamart.

" Terima kasih tuan Leo... " balas lambaian Lamart dari gerbang markas pasukan Yurei.

***

Mereka melanjutkan perjalananan lalu berhenti di tengah jalan dekat dengan gerbang utama kota Valdia. Di sepanjang jalan itu selain pedagang, juga banyak para pelukis jalanan. Leo dibuat heran karena para pelukis itu melukis banyak sekali wajah Thalia dan yang lebih membuatnya heran, banyak sekali para pengunjung luar kota yang membeli lukisan-lukisan tersebut.

" Melina mengapa banyak sekali lukisan wajah kakak Thalia? Dan semuanya laku terjual, " tanya Leo sembari melihat salah satu pelukis yang sedang melukis wajah kakaknya.

" Kakak tidak taukah kalau kakak Thalia adalah juara pertama kontes kecantikan dunia yang digelar di kekaisaran Cronix, "

" Apaaaa!? Juara pertamaa!? " kejut Leo. dia tak menyangka kakaknya yang sangat ceroboh dan bertindak sesuka hati justru menjadi wanita tercantik di dunia.

" Yaaa. Kak Thalia berhasil mengalahkan para putri-putri kerajaan dan putri-putri bangsawan lainya. Dia unggul di segala bidang. Atas prestasi kak Thalia, dia menjadi idola banyak orang dan itu menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik para turis asing ke kota kita, " puji Melina.

" Luar biasa memang kakak Thalia. Dibalik kecerobohanya dia bisa sampai menjadi idola. Lalu siapa juara dua dan tiga? "

" Juara dua adalah cucu raja Gerelia yaitu tuan putri Licia dan juara ketiga adalah putri dari raja Hanaria aku tak tahu siapa namanya, "

" Waah putri Yuki? Wajar jika dia bisa menjadi juara karena memang dia sangat cantik dan berbakat, " puji Leo kepada putri raja Hanaria.

" Eh? Kakak mengenalnya?? "

" Dulu saat batal pulang ke Valdia, ada saimbara untuk mencari pasangan putri Yuki. Aku dipaksa kakek untuk ikut dan aku ikutlah saimbara itu. Dan aku beruntung  berhasil menjadi juara. Aku pun dijodohkan dengan putri Yuki, tetapi sayangnya perjodohan itu batal karena putri Yuki terpaksa menikahi kerabatnya sendiri untuk meredam konflik internal kerajaan. Dan sebagai gantinya, aku mendapatkan uang sebanyak lima ratus ribu koin emas, "

Melina terkejut dengan nominal hadiah yang didapat Leo, " Dengan uang sebanyak itu kakak bisa membeli sebuah kastil milik seorang baron bahkan count. "

" Ahahaha mungkin benar tetapi aku sengaja menyimpan uang itu sebagai dana darurat karena aku tahu renovasi kota besar-besaran beberapa tahun lalu sampai menghabiskan uang keluarga kita kan. "

Melina membalas dengan anggukkan kepala lalu mereka melanjutkan perjalanan. Seharian penuh kedua saudara ini berkeliling kota dan merekapun beristirahat di atas pintu gerbang utama kota hingga petang hari.

***

Matahari mulai tenggelam, langitpun perlahan berubah gelap dihiasi cahaya-cahaya kemerlap bintang. Leo dan Melina bersenda gurau bersama para prajurit penjaga benteng kota. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman. Di tengah obrolah yang mengasyikan itu, terjadi kegaduhan di bawah gerbang. Kegaduhan itu melibatkan para tentara kerajaan Gerelia dengan penduduk kota.

Terlihat para tentara Gerelia itu bertindak sesuka hati dengan menendang kedai kecil berisi buah-buahan milik salah satu penduduk. Leo yang melihat kejadian itu hendak langsung melompat dari gerbang tetapi Melina melarangnya. Melina takut tindakan Leo nanti justru dapat merusak hubungan keluarga Valdius dengan keluarga raja. Leo pun mengikuti saran sang adik. Dia hanya melihat dari atas gerbang sampai kegaduhan itu selesai dan para tentara itu pergi, barulah Leo turun ke bawah.

" Bibi tidak apa-apa? " tanya Leo menghampiri pemilik kedai yang sudah dirusak oleh tentara tadi. Dia juga ikut memunguti buah-buahan yang berserakan.

" Tidak apa-apa tuan. Hanya saja saya bingung besok harus mencari uang bagaimana, " jawab pemilik kedai sembari memunguti buah-buahan yang sudah rusak karena diinjak para tentara itu.

" Kenapa para tentara Gerelia berada di sini? " gumam Leo melirik kearah para tentara Gerelia yang berjalan menjauh.

" Hhhh sejak tragedi pembantaian para peziarah karena dampak perang saudara kerajaan Iris tuan. Saat itu kepercayaan kerajaan suci pada marquis Aiden mulai menurun dan atas tragedi itu, raja Gerelia dan para bangsawan mendesak agar marquis Aiden mau menandatangani penjanjian bahwa penjagaan jalur peziarah akan dipegang seutuhnya oleh pihak kerajaan dan akan dikomandani langsung oleh pangeran mahkota yaitu pangeran Theo, " tandas pemilik kedai itu.

" Pangeran Theo?? Bukankah pangeran mahkotanya adalah pangeran Jian? " tanya pemuda rambut pirang terssebut. Sepengetahuannya raja Gerelia mengangkat anak pertamanya yaitu Jian sebagai putra mahkota saat Leo berumur 6 tahun.

" Kakak, pangeran Jian terkena penyakit lepra dan 3 tahun lalu beliau meninggal karena penyakitnya. Karena itu pangeran Theo adalah kandidat terakhir sebagai putra mahkota. " sela Melina.

Leo sedikit terkejut mendengar perkataan adiknya. Dahulu pangeran Jian adalah orang yang sangat baik pada Leo bahkan dia menjadi guru serta ayah angkat Leo saat berada di ibukota. Hingga ketika umurnya menginjak 7 tahun, Leo sudah tak boleh mendekati pangeran Jian karena saat itu sang pangeran terkena berbagai penyakit salah satunya lepra atau kusta.

" Sekarang seperempat wilayah Valdia mulai diatur oleh para tentara Gerelia. Sedangkan tentara kita sendiri hanya boleh berpatroli sesuai dengan jalur yang dibuat oleh pemimpin pasukan Gerelia di Valdia. " sambung pemilik kedai.

Leo menaruh buah-buahan yang dia pungut ke keranjang pemilik kedai lalu merogoh saku celana belakang dan mengambil 5 koin emas, " Ambilah uang ini bibi sebagai ganti kerusakan kedai bibi. " Leo menyodorkan uang itu kepada bibi pemilik Kedai.

" Eh!? Tuan? Ini koin emas!? Apa tuan yakin memberikanya pada saya? " kejut bibi itu karena 1 koin emas saja sama dengan 100 koin perak dan justru Leo memberikan 5 koin emas.

" Ya, ambilah. Gunakan uang ini untuk membeli keperluan keluarga bibi dan juga untuk membangun ulang kedai bibi ini, " Leo menarik tangan kanan pemilik kedai lalu memberikan 5 koin emasnya.

" Te-terima kasih tuan. Saya akan gunakan uang ini sebaik mungkin. Sepertinya nona Melina beruntung mempunyai calon suami seperti tuan ini, "

" Bu-bukaaaan! Hhh..., harus berapa kali aku mengatakan ke penduduk, " Melina mengarahkan telunjuknya pada Leo. " Bibi, dia ini kakakku! Leonard von Valdius, "

" Apaaaaa!? Ja-jadi anda tuan Leo yang dibicarakan para prajurit Valdia dan penduduk? " kejut pemilik kedai sampai menjatuhkan buah-buahan ditanganya. Leo hanya tertawa kecil dan menganggukkan kepala.

" Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan tuan secara langsung. Ta-tapi saya minta maaf tuan karena tak bisa memberikan apa-apa. Saya ingin memberikan buah-buahan ini tetapi ini sudah kotor dan rusak karena ulah tentara tadi, " lanjut pemilik kedai mengambil buah-buahan yang dia jatuhkan.

" Tak apa bibi. Sudah menjadi tugasku sebagai anak dari pemimpin kota ini untuk membantu rakyatnya sendiri. Kalau begitu kami pamit pulang bibi, semoga uang itu bermanfaat. Mari Melina. " Leo melambaikan tangan pada pemilik kedai sambil menggenggam tangan Melina.

Pemilik kedai terharu dan menganggukkan kepala, " Sekali lagi terima kasih tuan! Saya tak akan melupakan kebaikan tuan dan sampai rumah nanti apa yang saya alami ini akan saya ceritakan pada anak-anak saya. "

Leo dan Melina meninggalkan pemilik kedai itu dan bergegas kembali ke istana karena hari mulai larut malam. Walaupun sudah malam, tetapi kota Valdia tak segelap gulita kota-kota lain karena di sepanjang jalan sudah dipasangi lentera-lentera untuk penerangan.

***

Setibanya di istana, Melina langsung pergi tidur ke kamarnya sedangkan Leo justru pergi ke makam sang ibu sambil membawa 2 cangkir teh hangat.

" Bunda aku pulang. Maaf pulang selarut ini karena seharian Melina merengek dan memintaku menemaninya keliling kota. Oh ya bunda aku membawakan segelas teh hangat untuk bunda, " Leo duduk di depan batu nisan itu dan meletakkan secangkir teh.

" Bunda, apa bunda tahu semenjak kepulanganku ke sini tak ada satu pun penduduk yang mengenaliku dan saat Melina mengajakku membeli cumi bakar, barulah mereka tahu aku. Para penduduk tiba-tiba memberikan berbagai macam hadiah tetapi karena aku tak bisa membawanya ke istana jadi kuberikan kepada para pasukanku hehe. Aku lupa ingin membawakan salah satu hadiah itu untuk bunda. Maafkan aku bunda. "

Leo mendongak ke langit melihat kerlap kerlip bintang dan cahaya bulan sabit yang terang lalu kembali berkata, " Bunda, aku membaca berbagai buku sejarah dan kebanyakan buku itu mengisahkan peperangan antar dua agama. Bukankah bunda pernah bilang bahwa dewi Grecia dan Cilia bersaudara? Lalu mengapa pengikutnya justru berperang? Aku pernah bertanya pada kakek jika aku mencoba mendamaikan kedua agama itu, apakah perang tak akan terjadi lagi dan kakek menjawab bisa asal aku harus menjadi lebih kuat. Dan sekarang aku sudah lebih kuat bunda, apakah aku bisa mewujudkan perdamaian di dua agama itu? "

Leo terus berkata sendirian seakan dia berbicara dengan sang ibu. Tetapi dalam hati dia sadar bahwa ibunya sudah meninggal dan dia melakukan ini agar sejenak bisa menganggap bahwa ibunya masih hidup. Tak lama setelah berbincang sendirian, Leo kembali berdiri dan sebuah pelukan hangat mendekap tubuh pemuda itu dari belakang secara tiba-tiba.

" Ibunda pasti sangat mendukung cita-citamu untuk mewujudkan perdamaian itu. Bunda sudah tenang di surga. Justru dia akan sedih jika kamu terus berbicara sendiri dimakamnya dan selalu menganggap ibunda seolah masih hidup, " ucap suara lembut seorang wanita yang terdengar lirih dari belakang Leo.

Leo terdiam, tubuhnya sedikit gemetar dan air mata perlahan membasahi pipi. Suara itu menyadarkan Leo bahwa ibunya telah meninggal dan tak akan kembali lagi.

" Ibunda sudah meninggal. tetapi aku sudah barjanji pada bunda bahwa aku akan menggantikanya untukmu dan Melina. Karena itu jangan bersedih dan ikhlaskan kepergian bunda. Aku tahu kamu kesepian di negara yang jauh itu, tetapi sekarang aku tak akan membiarkanmu kesepian lagi Leo. " lanjut suara lembut itu di telinga Leo.

Leo melepaskan tangan yang merangkul pinggangnya lalu membalikkan badan. Terlihatlah seorang wanita cantik berambut merah panjang yang terurai berdiri tepat dihadapannya. Wanita itu memakai piyama ungu seperti gaun  dan sebuah kalung yang tak asing bagi Leo. Ya, itu adalah kalung sang ibu.

" Ka-kak! " Leo langsung memeluk wanita itu yang ternyata adalah Thalia. Dia menangis dipelukan sang kakak karena dari semua yang dia rindukan di Valdia, hanya Thalia lah yang sangat amat dia rindukan. Karena sejak kecil Thalia seperti sosok ibu kedua baginya.

Thalia sedikit terkejut karena Leo tiba-tiba memeluknya. " Kamu sudah besar sekarang, "

" Aku sangat merindukan kakak, "

" Hmh aku juga sangat merindukan adikku yang nakal ini. Maafkan kakak yang tak pernah mengunjungimu di Taiyoria, "

Leo melepaskan pelukanya, " Yang lalu biarkan berlalu. Setidaknya sekarang aku bisa bertemu kakak lagi. "

Melihat pipi Leo yang basah karena air mata, Thalia mengambil saputangan dan membersihkan wajah adiknya. " Walaupun sudah besar tetapi sifat cengengmu tetap tak hilang ya, "

" Aku tak ingin menjadi besar dihadapan kakak, " ucap Leo yang dengan manja membiarkan Thalia membersihkan wajahnya.

" Sejak kapan kakak pulang ke sini? " sambung Leo menanyakan kedatangan Thalia.

" Sore tadi aku sudah sampai. Aku sempat mencarimu di istana tetapi Boris bilang kamu sedang berkeliling dengan Melina karena itu aku menunggu hingga kalian pulang, "

" Apa kakak sudah mulai libur dari akademi? "

" Ini tahun ketigaku di akademi dan yah sudah sedikit pembelajaran yang aku dapat jadi ada banyak waktu luang. Aku manfaatkan waktu itu untuk kembali dan membantu ayah mengurus Valdia, "

Thalia mendekatkan wajahnya pada Leo lalu mencium pipinya, " Selamat ulang tahun Leo. "

Leo terkejut mendapat kecupan dari Thalia. Wajahnya memerah karena baru pertama kali ini dia mendapat kecupan dari seorang gadis.

" I-ini ulang tahunku? " tanya Leo memegang pipi bekas kecupan Thalia.

Thalia menunduk dan menggelengkan kepala, " Hhh..., ulang tahunmu sendiri lupa? "

" Bukankah ulang tahunku masih minggu depan? "

Thalia terkejut. dia langsung mengambil sebuah buku catatan kecil di sakunya. Dia pun menyadari bahwa ulang tahun Leo masih minggu depan setelah melihat buku. Pipi Thalia  memerah. Dia mundur beberapa langkah dari Leo sambil tersipu malu setelah memberikan kecupan.

" A-ahaha..., " tawa canggung Thalia.

" Sepertinya aku salah hari. A-anggap saja itu kecupan selamat datang dariku. Ka-kalau begitu aku mau tidur duluan. " Thalia langsung berjalan cepat meninggalkan Leo dengan rasa malu. Sedangkan Leo masih kebingungan dengan sifat sang kakak.

Tak lama, Leo membalikkan badan ke makam ibunya lagi. Kali ini dia tak menganggap ibunya masih hidup, melainkan dia mengucapkan salam perpisahan kepada sang ibu. Setelahnya dia kembali ke istana untuk beristirahat.

^^^To be Continue.^^^

Terpopuler

Comments

pangestu mahendra

pangestu mahendra

Hmmm penasaran aku thor wajah kakak dan adiknya cem mana

2022-06-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!