#13# PAHLAWAN YANG DIRINDUKAN

Pagi sebelum matahari terbit, para pasukan yang akan bertugas mengawal marquis Aiden mulai mempersiapkan segala perlengkapan sebelum berangkat ke ibukota. Marquis Aiden sendiri berencana membawa seluruh keluarganya. Tetapi karena kesehatan Melina yang menurun akhirnya memutuskan hanya membawa Thalia dan Leo. Sedangkan Valdia akan dipimpin sementara oleh Boris.

Saat hendak berangkat, Thalia menghampiri Leo dan memberitahukan bahwa anak milik seorang wanita berambut biru korban penculikan sudah sembuh dari traumanya dan bisa diajak bicara.

Itu semua tak terlepas dari peran Thalia. Setelah kematian wanita itu, Thalia mengangkatnya menjadi anak dan dia menjadi sosok ibu bagi anak berambut biru tersebut. Anak yang awalnya pendiam dan tak mau berbicara, akhirnya mulai bisa berbicara lagi dan tersenyum selayaknya anak-anak lainya. Dia sudah bisa mengikhlaskan ibunya.

Leo yang mendapat kabar dari sang kakak, langsung menghampiri anak itu yang berada di kamar Thalia. Setelah memasuki kamar, Dia melihat anak berambut biru memandangi luar jendela sambil bersenandung menikmati langit pagi sebelum matahari terbit.

" Elin? " sapa Thalia.

Anak bernama Elin itu menoleh melihat Thalia dan tersenyum. " Mama? Bukankah mama mau ke ibukota? " ucap Elin. Dia berjalan menghampiri Thalia dan Leo.

" Mama? " tanya Leo.

" Kamu lupa? Aku sudah mengangkat dia sebagai anakku, " sahut Thalia mengelus kepala Elin.

" Apa kakak sudah tahu dari mana asal Elin? "

" Dia hanya ingin mengatakanya kepadamu. Karena itu dia memintaku untuk membawamu ke sini, "

Leo berlutut dan menatap lembut wajah mungil Elin. " Elin, dari warna rambutmu, kamu bukan orang barat maupun timur bukan? "

Elin menganggukkan kepala lalu menjawab, " Ya kakak. Sebenarnya aku dan ibu kandungku dari suku Xavir. "

Jawaban Elin sontak membuat Thalia dan Leo terkejut. Bagaimana tidak, suku Xavir merupakan suku dari ras manusia spesial. Mereka identik dengan rambut berwarna biru dan mata berwarna perak. Para anggota suku itu memiliki keistimewaan di mana mereka bisa menggunakan energi sihir sejak bayi dan mereka bisa mengaktifkan energi sihir milik orang biasa dengan memberikan darah atau cairan dalam tubuh mereka. Namun, saat perang suci pertama suku itu diburu oleh para kesatria demi menambah kekuatan sihir mereka hingga akhirnya suku Xavir dinyatakan punah.

" Ba-bagaimana mungkin? Bukankah suku itu sudah punah? " tanya Thalia.

Elin menggelengkan kepala. " Ibuku pernah bercerita, saat perburuan terjadi, beberapa anggota suku Xavir berhasil meloloskan diri dan memulai hidup baru di goa-goa es kutub utara. Suku Xavir memulai beradaban baru di sana. Tetapi, satu tahun lalu ada sekelompok orang berjubah menemukan keberadaan kami. Mereka membunuh, memperkosa, dan memakan daging para anggota suku Xavir. Saat itu aku dan ibu berhasil melarikan diri berkat sihir milik ibu. Kami melarikan diri hingga ke Valdia, "

" Di mana kalian tinggal? Jika di Valdia seharusnya ada prajurit yang melapor tentang kedatangan penduduk baru, " ucap Thalia yang makin penasaran.

" Kami ditolong oleh kepala panti asuhan yang berada di barat laut kota Valdia. Tetapi baru 3 bulan kami di sana, karena minimnya penjagaan yang kami dapat, akhirnya aku, ibu dan beberapa anak panti asuhan diculik oleh orang jahat itu, " air mata Elin mulai menetes. Dia teringat bagaimana kekejian yang dia dan ibunya alami di penjara.

" Saat mengetahui kami dari suku Xavir, para penjahat itu langsung beramai-ramai mau memperkosaku dan ibu. Tapi, ibu rela menyerahkan seluruh tubuhnya dengan syarat penjahat-penjahat itu tak menyentuhku. Hampir setiap jam ibu diperkosa oleh para penjahat itu. " lanjut Elin mengusap air matanya.

" Kejam! " Leo merapalkan kedua tanganya. " Elin, aku ingin kamu tetap tinggal di istana ini. Aku akan melindungimu dari orang-orang seperti mereka. Kamu bisa hidup aman di sini, "

" Tidak kakak. Aku ingin kembali ke panti asuhan, "

" Eh? Tetapi di sana berbahaya Elin. Kamu bisa terculik lagi, " sela Thalia.

" Mama, aku tak mau meninggalkan ibu pemilik panti bersama anak-anak lainya. Mereka sudah membantuku saat aku di sana, Bukankah sangat jahat jika aku melupakan kebaikan mereka? "

" Baiklah kalau itu keinginanmu. Setiap aku pulang dari ibukota, aku akan menjengukmu di sana, " Thalia memeluk Elin sejenak.

" Aku akan membangun pos pasukan di dekat panti. Dengan begitu Elin bersama yang lain bisa tenang. Baiklah, kakak pergilah dulu ke ibukota bersama ayah. Aku akan mengantarkan Elin ke sana serta mengurus persiapan pembangunan pos baru. Aku akan menyusul langsung nanti, " Leo mengelus kepala Elin.

" Baiklah, kalau begitu mama pergi dulu Elin. Kamu jaga diri baik-baik di sana dan jangan sungkan untuk kembali ke istana karena ini juga rumahmu. Kamu bisa bermain dengan Melina dan yang lain. Sampai jumpa lain waktu Elin, " Thalia mencium kening Elin lalu pergi.

" Iya mama. Hati-hati diperjalanan, "

" Mari Elin, aku akan mengantarkanmu ke sana. Untuk barang-barangmu biarkan para pelayan yang merapikanya, "

" Baik kak. terima kasih kakak mau membantuku lagi, "

" Kita keluarga. Dan sudah sepantasnya untuk saling membantu bukan? "

Elin tersenyum riang, dia hanya membalas pertanyaan Leo dengan anggukkan penuh kebahagiaan. Tak lama dari perbincangan itu, marquis Aiden bersama para pengawal berangkat menuju ibukota. Sedangkan Leo dan Elin bersama 100 pasukan cavalry dan 30 gerobak kerbau berisi material bahan untuk pembangunan pos juga mulai berangkat menuju barat daya Valdia.

***

1,5 jam perjalanan berlalu, dan mereka tiba di panti asuhan tempat Elin bersama ibunya pernah tinggal. Panti asuhan itu ternyata cukup besar  Tetapi letaknya berada teapt di timur tebing yang mengarah langsung ke laut barat. Selain itu, banyaknya pepohonan yang mengelilingi panti asuhan membuat pasukan patroli Valdia yang bertugas di wilayah barat daya tak menyadari bahwa ada panti asuhan di sana.

Kedatangan Leo bersama pasukan disambut hangat oleh anak-anak panti yang jumlahnya lebih dari 120 orang. Selain itu, kepala panti asuhan yaitu pasangan suami istri bernama Eri dan Serk sangat berterimakasih karena bantuan yang selama ini mereka harapkan benar-benar datang.

Melihat bagaimana bahagianya Elin di panti asuhan membuat rasa khawatir Leo sirna. Dia pun mendatangi Elin yang sedang bermain dengan anak lainya.

" Aku lega kamu bisa tersenyum lagi. Rasa kekhawatiranku sudah hilang dan sekarang saatnya kita berpisah Elin. " Leo menjongkok di hadapan Elin dengan senyum manisnya.

" Hmh, " Elin menganggukkan kepala. " Aku sangat nyaman tinggal di sini. Dan aku berterimakasih kepada kakak dan mama serta kakak Melina yang sudah menyelamatkanku dan merawatku, "

Leo mengusap kepala anak perempuan berambut biru itu, " Baiklah aku pergi dulu. Elin boleh ke istana kapan pun Elin mau dan boleh mengajak teman-teman juga. Tetapi ingat, saat Elin ingin ke Valdia, mintalah para prajurit penjaga untuk mengantarkan. "

" Ta-tapi apakah para penghuni istana yang lain mengizinkanku? "

" Elin adalah anak dari kakak Thalia sekaligus cucu dari marquis Aiden. Semua penduduk sudah tahu soal itu jadi Elin bisa tenang. Dan sekarang nama Elin adalah Elin von Valdius. Ingat itu baik-baik, "

Mata Elin bersinar dan raut wajahnya sangat bahagia. " Waaaaaah a-aku bagian dari keluarga Valdius? Terima kasih kakaaaak! " Elin memeluk erat Leo. Dia sangat bahagia karena bisa menjadi bagian dari keluarga yang sangat terkenal.

Leo tersenyum lalu melepaskan pelukan Elin dan bergegas menuju kudanya. " Sampai jumpa di lain waktu Elin, " .

Elin membalas dengan lambaian tangan, " Sampai jumpa kakak...! Saat kakak pulang, Aku pasti akan menghampiri kakak di istana dan bermain bersama di sana! "

Leo pun meninggalkan pasukanya dan langsung menuju rombongan marquis Aiden yang kebetulan belum jauh dari tempat panti asuhan itu. Dia kembali bergabung dengan rombongan 3 jam setelahnya.

***

Perjalanan dari Valdia ke kota Gerel yaitu ibukota kerajaan Gerelia berlangsung 5 hari. Perjalanan ini lebih cepat dibandingkan 3 tahun lalu di mana dari Valdia menuju ibukota butuh waktu 10 hari. Semua berkat pembangunan akses jalan berbatu yang menghubungkan seluruh wilayah kerajaan Gerelia.

Rombongan marquis Aiden tiba di ibukota saat matahari terbit. Terlihat dari kejauhan para penduduk kota beramai-ramai menunggu kehadiran marquis Aiden. Mereka sangat menantikan kehadiran pahlawan topeng besi itu karena setelah perang suci kedua berakhir, marquis Aiden tak pernah lagi ke ibukota. Sedangkan pertemuan-pertemuan sebelumnya selalu diwakili oleh Thalia dan Boris. Dan hari ini adalah untuk pertama kalinya marquis Aiden mendatangi ibukota setelah perang suci kedua.

Melihat banyaknya penduduk kota yang menunggu kehadiranya, marquis Aiden memutuskan pindah ke kereta kuda yang terbuka agar bisa menyapa para penduduk. Saat memasuki gerbang kota, riuh teriakan para penduduk menyerukan nama marquis Aiden menggema di mana-mana. Mereka benar-benar merindukan sosok pahlawan yang sudah menyelamatkan kerajaan ini. Kota besar yang berpenduduk 150 ribu orang itu sesak seketika di jalan utamanya berkat kedatangan marquis Aiden.

Sedangkan Leo, dia memakai baju besi lengkap dengan helm dan membuatnya terlihat seperti pengawal biasa dan Thalia sendiri juga seperti biasanya memakai baju zirah ringan berwarna biru khas yang selalu dia kenakan di setiap acara resmi atau pertempuran. Mereka berdua mendampingi marquis Aiden di kereta kuda.

" Luar biasa! " kagum Leo menyaksikan ayahnya yang disambut begitu meriah oleh para penduduk.

" Bagaimana tidak, ayah adalah pahlawan kerajaan ini. Dia menjadi idola sejati bagi seluruh rakyat Gerelia apalagi ini pertama kalinya ayah ke sini setelah perang suci, " sahut Thalia.

" Setelah ini kita akan langsung mengadakan pertemuan. Kalian harus siap siaga. Kita di sini hanya satu hari, besok pagi kita harus segera kembali. " sela marquis Aiden sambil melambaikan tangan kepada para penduduk.

Leo menengok kanan kiri lalu menghela napas dengan rasa sedikit kecewa karena dia berniat berkeliling kota esok hari. Tetapi justru dia harus kembali ke Valdia. Thalia yang menyadari suasana hati adiknya, langsung menepuk helm pemuda berambut pirang itu. " Jangan kecewa. Malam ini berkelilinglah tetapi ingat jangan pernah tergoda karena di malam hari kota ini sangat banyak tempat hiburan dan wanita penggoda, "

" Apa dilegalkan di sini? " tanya Leo.

" Demi menurunkan kasus pemerkosaan, raja melegalkan pekerjaan itu walaupun banyak yang tak setuju, " jawab Thalia.

" Jelas banyak yang tak setuju. Raja berpikiran dangkal sekali, " balas Leo menggelengkan kepala.

" Husst! Jaga ucapanmu! Kita akan memasuki Istana. " Thalia mengetuk helm Leo.

Mereka pun memasuki gerbang istana dan terlihatlah istana yang sangat megah. Istana itu 3 kali lebih besar dari istana Valdia. Selain itu, di setiap menara istana ada ukiran matahari yang berlapis emas. Istana besar ibukota dihuni oleh seribu pekerja dan 7 ribu pasukan penjaga. Selain menjadi tempat tinggal keluarga raja, di sana juga merupakan tempat tinggal para pejabat-pejabat kerajaan. Setibanya di halaman istana, mereka diarahkan menuju kamar khusus yang memang sudah disiapkan untuk para tamu.

" Fyuuuuh..., Pengap sekali zirah ini, " Leo melepaskan helm besi yang sebelumnya dia kenakan. Keringat terlihat membasahi wajahnya.

" Kalian berdua istirahatlah. Siang nanti pertemuan akan digelar. Pertemuan kali ini akan menentukan nasib kita, " ucap marquis Aiden sembari melihat keluar jendela.

" Nasib kita? Jangan-jangan maksud ayah– " Thalia sedikit terkejut dengan ucapan sang ayah. Dia langsung bangkit dari berbaringnya.

Marquis Aiden mengangguk lalu menjawab, " Ya, jika mereka masih mendukung Reynald ditambah jika raja menyetujui wacana penggabungan kerajaan di bawah naungan Deusia, dengan terpaksa kita akan memisahkan diri. "

Leo terdiam. Dalam otaknya tak terpikir jika sang ayah berani mengambil tindakan yang sangat beresiko.

" Ayah, jika ayah mengambil keputusan itu, kerajaan ini akan terpecah, " sahut Thalia.

" Aku tahu. Tetapi ini cara satu-satunya agar kemurnian pemerintahan Gerelia tak tercampur tangan kotor para pendeta Deusia itu. Jangan terlalu kalian pikirkan. Sekarang istirahatlah dan berdoa semoga aku tak mengambil keputusan itu. " balas Marquis Aiden yang berjalan keluar meninggalkan ruangan itu.

Thalia menghela napas lalu kembali berbaring. Dia tak tahu menau sebenarnya apa yang ayahnya rencanakan. " Leo, apa kamu mendukung keputusan ayah? "

" Aku tak tahu kak. Apakah harus mendukung atau menolak. Tapi jika dipikir lebih dalam, keputusan berpisah diri bisa menjadi ancaman nyata bagi raja. Valdia didukung oleh kearchdukan Caspia dan Count dari Kania. Bukankah kakak juga tahu, kekuatan utama kerajaan ini berasal dari tiga daerah bangsawan itu. Jika ketiganya memisahkan diri, jelas kerajaan ini perlahan bisa runtuh, "

" Hhh kau benar juga. Semoga keputusan yang ayah ambil cuma gertakan semata untuk mengancam raja, "

" Kakak tenang saja. Lebih baik beristirahatlah. Aku akan mencoba melakukan yang kubisa nanti untuk membantu ayah meyakinkan raja, "

" Hhhh baguslah. Oh ya Leo, apa kamu tak ingin bertemu tuan putri? "

" Putri Licia maksud kakak? "

" Ya, hampir setiap bertemu denganku, dia terus menanyakan kabarmu padahal dia sudah punya kekasih, "

" Aku tidak terlalu tahu tentang dia. lagi pula kami hanya teman masa kecil dan sekarang aku bahkan sudah lupa wajahnya, "

Thalia menatap sinis pada Leo, " Jahat sekali kamu. Tetapi yah, lebih jahat tuan putri yang berani menanyakan kabar pria lain di depan pasanganya. "

" Kudengar kakak juga sudah punya kekasih bukan? "

" Ya, dia anak kedua Count dari Furu, "

" Bangsawan terkaya di Gerelia ya? Memangnya seperti apa kekasih kakak? "

" Dia pria yang kasar terhadap orang yang mencoba mendekatiku. Selain itu aku sebenarnya terpaksa menjalin hubungan denganya karena untuk membalas budi jasa Count dari Furu yang telah membantu biaya kesehatan untuk penduduk Valdia, " pipi Thalia memerah. Dia menutup bibirnya dengan kedua tangan. " Ta-tapi akhir-akhir ini rasa cintaku mulai tumbuh kepadanya, "

" Hahahaha pipi kakak memerah, "

" Diaaam! " Thalia membalik badan karena malu dan percakapan merekapun berakhir disitu. Thalia memutuskan untuk tidur sedangkan Leo berkeliling istana bersama para pasukan Yurei.

^^^To be Continue.^^^

Terpopuler

Comments

Reza Acherman

Reza Acherman

pahlawan topeng besinya itu kayak gimana thor?

2022-06-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!