#6# KEMBALI KE VALDIA part 1

8 bulan perjalanan telah ditempuh oleh Leo dan rombonganya hingga sampailah mereka di wilayah kerajaan Gerelia tepatnya mereka telah melewati wilayah provinsi Caspia yang sekarang dipimpin archduke James. Setelah 3 jam melewati wilayah Caspia, akhirnya mereka memasuki wilayah Valdia. Tak disangka baru saja melangkah memasuki Valdia, mereka sudah disambut oleh pasukan Cavalry yang sedang patroli di perbatasan provinsi Caspia. Beberapa cavalry itu langsung memacu kuda menuju kota Valdia dan mengabari marquis Aiden tentang kedatangan Leo.

Leo dan rombongan meneruskan perjalanan menuju kota Valdia. Di sepanjang jalan mereka hanya melihat padang rumput yang luas dengan 2 bukti berbatu di selatan dan dari padang rumput, ada sebagian yang sudah dialih fungsikan menjadi ladang-ladang gandum, jagung, dan banyak juga para peternak lebah serta ada desa-desa baru. Selain itu, banyak juga para karavan pedagang yang lalu lalang melewati Valdia menuju ibukota dan tentu saja ada para rombongan peziarah yang berdatangan menuju kuil suci.

Namun, ada hal mengganggu pikiran Leo yaitu adanya pasukan kerajaan Gerelia yang membawa bendera keluarga kerajaan. Pasukan itu mengawal para peziarah dan para rombongan pedagang. Yang membuat janggal adalah, wilayah Valdia merupakan wilayah otonomi khusus yang seluruh wilayahnya akan dikuasai sendiri oleh  kemarquisan Valdia tanpa bantuan pasukan kerajaan. Tetapi, justru banyak pasukan kerajaan yang mengambil tugas patroli dan pengawalan yang seharusnya menjadi tugas wajib pasukan kemarquisan Valdia.

Setelah 2 jam perjalanan, merekapun melihat kota Valdia. Kota yang dahulu kumuh dengan tembok benteng yang berlumut sekarang menjadi putih bersih dan dari kejauhan tak terlihat kekumuhan di kota itu. Indra sangat kagum melihat penampakan kota Valdia sekarang. Hanya dalam waktu 2 tahun dan berkat usulan Leo, kota Valdia berubah menjadi kota yang lebih layak untuk dihuni.

Belum juga mereka mendekati kota, para prajurit Valdia berlarian menghampiri Leo. Mereka berseru meneriaki nama Leo dengan gembira sambil mengiring Leo dan rombongan menuju kota. Sedangkan para prajurit yang menjaga benteng mengibarkan bendera-bendera berlambang keluarga Valdius.

***

Saat memasuki gerbang kota, Leo terkejut melihat para prajurit Valdia berbaris memanjang di sisi kanan dan kiri jalan utama. Mereka berbaris dari gerbang sampai istana Valdia sambil menyerukan nama Leo. Sedangkan para penduduk kebingungan dan mencari-cari manakah sosok anak kedua marquis Aiden itu.

Hal wajar bagi penduduk Valdia, mereka tak mengetahui mana Leonard karena memang sudah bertahun-tahun mereka tak melihatnya. Selain itu, Leonard berbeda dari keturunan Valdius lainya, biasanya para keturunan Valdius memiliki rambut merah cerah tak terkecuali marquis Aiden dan 2 putrinya. Namun, Leo justru memiliki rambut pirang yang sama persis seperti sang ibu dan pada masa kecil Leo mengecat rambutnya menjadi merah karena iri dengan keluarganya yang berambut merah. Karena itulah para penduduk tak tahu yang manakah Leo, orang yang sering dibicarakan oleh para prajurit karena berkat bantuanya, Valdia bisa keluar dari krisis.

" Bukankah aku sudah meminta kepada ayah agar tak ada sambutan semacam ini saat aku kembali? " tanya Leo dari atas kudanya.

" Ini adalah rasa bahagia ayah tuan karena mengetahui anaknya sudah kembali. Semua orang tua pasti akan melakukan hal sama tuan, " jawab indra menepuk pundak Leo. " Tapii..., jika dilihat-lihat sepertinya para penduduk masih kebingungan dengan sosok anda tuan hahaha. " lanjut indra.

" Hahaha..., wajar saja, sudah bertahun-tahun aku tak di sini dan aku tak mewarnai rambutku lagi. " balas Leo.

Tak lama, seorang prajurit cavalry dari  istana datang menghampiri Leo.

" Tuan Leonard, tuanku Aiden memerintahkan agar tuan muda segera menuju istana karena putri Melina sudah menunggu di sana. "

Tanpa sepatah kata, Leonard bersama para rombongan langsung menuju istana. Di jalan, banyak para penduduk yang memberikan para rombongan makanan, minum, bahkan bunga-bunga. Walaupun para penduduk masih belum tahu yang mana Leo tetapi mereka percaya bahwa Leo berada di rombongan itu.Hingga tibalah mereka di depan gerbang istana. Terlihat seorang gadis berambut merah memakai gaun putih berdiri di depan gerbang dikawal oleh 10 prajurit.

" Kak Leo...! " teriak gadis itu sambil berlari ke arah Leo. Dia menarik Leo turun dari kudanya lalu memeluk erat.

Leo terkejut tetapi dia tahu siapakah gadis yang memeluknya itu. dia tersenyum disusul tetesan air mata haru,

" Kamu sudah besar Melina. "

Melina melepaskan pelukanya dan berkata, " Ternyata benar kata ayah. Kakak Leo mempunyai rambut pirang dan seorang laki-laki yang tampan. "

" Ahaha bisa saja. Aku juga tak menyangka Melina yang dulu masih bayi, sekarang tumbuh menjadi gadis cantik, " balas Leo mengusap air mata.

" Ehehehe..., tetapi tetap saja tak secantik kakak Thalia, "

" Oh ya nona Melina, apakah nona Thalia belum pulang? " sela Indra yang turun dari kudanya.

" Baru dua hari lalu kak Thalia kembali ke ibukota. Dia berpesan bahwa sampai dia kembali ke rumah, kak Leo dilarang meninggalkan kota, " balas Melina memegang dagu.

" Mengapa begitu? " tanya Leo keheranan.

" Entahlah, tetapi kakak tau sendirikan bagaimana sifat kak Thalia jika keinginanya tidak dituruti? Dia sudah menyiapkan mata-mata untuk mengawasi kakak agar tak keluar, " jelas Melina.

" Hhhh baiklah. Kalau begitu mari kita masuk ke dalam istana. "

Leo, Melina, dan para pasukan Yurei memasuki istana Valdia. Mereka takjub dan tertegun melihat kemegahan istana Valdia. Karena dahulu istana Valdia hanya sebuah kastil kecil yang menampung 30 orang saja dan sekarang istana ini bisa menampung lebih dari seribu orang serta halaman istana bisa menampung 6 ribu orang.

Di halaman istana, para pelayan-pelayan berdatangan membawa berbagai macam makanan yang memang sudah disiapkan untuk menyambut kedatangan Leo bersama pasukanya. Ia mengangkat tangan dan menghadap ke pasukan.

" Pasukan yurei, kalian boleh istirahat sekarang. Silahkan nikmati hidangan makanan yang sudah di sediakan. Setelah makan, kalian semua akan di pandu menuju markas baru di kota ini. Kalian kuberi waktu libur  seminggu, gunakan waktu itu untuk berlatih dan carilah pasangan di kota ini. "

Perintah Leo langsung disambut seruan bahagia para pasukan yurei. Leo pun memasuki istana dan meninggalkan pasukannya.

" Indra istirahatlah, bukankah istrimu di kota ini? Temuilah dia dan berikan waktumu untuknya sebelum kembali bertugas, " ucap Leo menengok kearah indra.

" Tetapi tuan..., " indra merasa sungkan karena dia tahu bahwa Leo masih memiliki banyak pekerjaan. Sebagai penasihat pribadi, indra berpikir membantu tuannya adalah prioritas utama.

" Tak apa. Aku bisa menyelesaikanya sendiri. Ambilah waktu libur mu dan habiskan bersama istrimu, " balas Leo menepuk pundak Indra.

Indra terdiam, dia belum menyetujui perintah Leo hingga tak lama terdengar suara laki-laki dari arah tangga istana, " Apa yang dikatakan tuan Leo benar Indra. Lebih baik kau ambil libur dan habiskan dengan istrimu. Sudah bertahun-tahun kau meninggalkanya bukan? Untuk pekerjaan tuan Leo, tenang saja aku akan membantunya. "

Indra menengok ke arah tangga dan ternyata yang berucap adalah ayahnya sendiri yang merupakan penasihat marquis Aiden yaitu Boris. Laki-laki berkepala pelontos dan jenggot yang sudah memutih itu berjalan perlahan menuruni tangga menghampiri mereka berdua.

" Ayah!? " Indra membungkukkan badan sebagai tanda hormat kepada ayahnya.

Boris mengelus kepala indra, " Sekarang pergilah temui istrimu. "

Indra langsung  menghadap Leo dan berlutut di depanya, " Jika itu yang tuan Leo dan ayah minta, maka akan kulaksanakan. Kalau begitu saya izin meninggalkan tugas beberapa hari. Saya barjanji akan segera kembali. "

" Hmh, " Leo menganggukkan kepala, " Nikmatilah liburanmu. "

indra berlari pergi meninggalkan istana. Rasa rindunya terhadap sang istri tak bisa ditahan lagi dan Leo menyadari hal itu.

" Lama tak bertemu tuan Leo, " Boris mebungkukkan badan dihadapan Leo.

" Angkatlah kepalamu paman Boris. terima kasih juga paman telah membantu ayahku mengurus Valdia, "

" Itu memang sudah menjadi tanggung jawab saya tuan. Dan saya sebaliknya yang harus berterimakasih. Berkat ide dan gagasan tuan, Valdia bisa mencapai kejayaanya. Hampir di segala bidang, Valdia mulai mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang perdagangan dan pertanian, "

" Yah walaupun begitu, aku sempat terkejut ayah sampai menghabiskan hampir semua harta kekayaanya demi membangun Valdia. Oh ya paman, bagaimana dengan pembangunan kanal bawah tanah? "

Boris tersenyum puas dan menjawab, " Kanal bawah tanah sudah selesai 5 bulan yang lalu tuan. Bukankah anda lihat sendiri sungai yang mengalir di kota kita sangat bersih dan tak kumuh seperti dulu. Tetapi, pembangunan kanal benar-benar menghabiskan sumber daya kita karena sungai bawah tanah buatan yang diarahkan menuju laut barat membutuhkan banyak sekali material. "

" Sudah selesai? Sangat cepat sekali. Kupikir akan membutuhkan waktu lebih lama lagi, "

" Para rakyat Valdia sangat antusias dengan pembangunan kanal bawah tanah, karena itu mereka juga bergotong royong membantu pembangunan, "

" Hmh, mereka juga menyadari kebersihan lingkungan sangat penting. "

" Kalau begitu tuan, silakan menuju kamar tuan Aiden. Beliau sedang menunggu tuan muda di sana, " Boris memberi jalan kepada Leo. Dia langsung berjalan menaiki tangga dan hendak disusul oleh Melina.

Saat Melina menaiki tangga, Boris merentangkan tangan kirinya di depan Melina, " Nona, biarkan tuan muda saja yang bertemu tuan Aiden. "

Dengan sedikit rasa kecewa dan sedih, Melina mengangguk lalu pergi menuju kamarnya sendiri. Leo sedikit menengok ke arah Melina yang sedang berjalan menuju kamar. Dia merasa janggal saat melihat tangan sang adik gemetar saat memasuki kamarnya.

***

Pemuda tampan berambut pirang tersebut berjalan menyusuri lorong lantai 2 istana dan terlihat kamar berpintu emas di ujung lorong. Kamar itu dijaga oleh 2 orang prajurit dengan 2 tombak panjangnya. Tanpa sepatah kata, mereka langsung membukakan pintu kamar. Leo memasuki kamar itu. Terlihatlah seorang laki-laki berpakaian serba putih dan memakai topeng besi sedang terbaring lemah di ranjang. Ya, laki-laki itu dahulu adalah pahlawan kerajaan Gerelia yaitu marquis Aiden.

Marquis Aiden yang menyadari  kamarnya terbuka langsung melirik ke arah pintu.

" Itukah kau Leo anakku? "

Melihat sang ayah yang tak berdaya, Leo sangat sedih dan menahan air matanya agar tak tumpah dihadapan sang ayah. Dia juga teringat kembali saat-saat di mana sang ayah terkena racun api dan membuatnya seperti sekarang. Tetapi, walaupun Leo mencoba menahan kesedihanya, air mata itu tetap tumpah membasahi pipi.

Melihat anak laki-lakinya menangis, marquis Aiden mengangkat pelan tangan kanannya dan berkata," Seorang kesatria sepertiku tidak butuh tangisan dari putranya. Kemarilah putraku, berikan aku senyummu bukan air matamu. "

Leo mendekati sang ayah lalu memeluknya pelan. " Ayah, aku pulang, "

" Putraku, sudah lama sekali aku merindukanmu. Aku bersyukur pada dewi Cilia karena masih memberiku kesempatan hidup untuk berjumpa putraku lagi, " ucap marquis Aiden melepaskan pelukan Leo. Dia juga mencoba untuk bangkit dari berbaringnya.

" Ayah tak perlu memaksakan diri, " Leo mencoba membantu mengangkat tubuh sang ayah. Namun pada akhirnya, marquis Aiden berhasil duduk di ranjangnya berkat usahanya sendiri.

" Kudengar kau memiliki pasukan khusus sendiri dan mengabdi untuk kerajaan Taiyoria? "

Leo menganggukkan kepala lalu menatap keluar jendela, " Ya, sebenarnya aku hanya membentuk pasukan biasa, Tetapi tak kusangka saat mereka menjalankan misi-misi dari raja Taiyoria justru hasilnya di luar dugaanku. Mereka semua berhasil menjadi pasukan yang hebat sekarang. "

" Syukurlah. Kalau begitu mari kita ke intinya saja, "

" Leo, soal surat tentang keinginanmu mencari benua itu aku belum bisa mengabulkannya, "

Leo terkejut dan reflek langsung membalikkan badan ke arah sang ayah.

" Aku mengabulkan keinginanmu yang tak ingin menjadi penerusku. Tetapi, kau harus sedikit bersabar untuk pergi mengembara, "

" Ta-tapi ayah, aku harus mencari bunga surgawi untuk kesembuhan Melina, "

" Leo, benua itu belum tentu benar adanya. Tetapi, bukan berarti aku tak memercayai keberadaan benua itu karena leluhur kita pernah sampai ke sana, "

" Lalu mengapa ayah tak mengizinkanku? "

" Bukan bermaksud tak mengizinkanmu, aku hanya ingin kau berada di Valdia lebih lama dan membantu aku serta kakakmu untuk memulihkan wilayah ini. Kakakmu walaupun dia pintar, tetapi sering ceroboh karena itu aku ingin kau membantunya dahulu dan mengajarinya sebelum kau pergi mencari benua itu, "

Leo menunduk sedih, dia merasa sangat kecewa akan keputusan sang ayah, " Kapan ayah mengizinkanku? "

" Saat aku mati nanti, pergi dan carilah obat untuk adikmu, "

Jawaban marquis Aiden membuat Leo terdiam sejenak. Dia sontak memegang kedua tangan sang ayah, " Mengapa ayah berkata seperti itu!? "

" Racun ini sedikit demi sedikit sudah meghancurkan organ-organ tubuhku. Walaupun aku meminum obat pelambat racun itu, tetapi cepat atau lambat aku akan tetap mati. Para tabib sudah mengatakan kepadaku, bahwa aku hanya bisa bertahan paling lama 3 tahun lagi, " ucap pasrah marquis Aiden. Dalam lubuk hati, dia sudah menyerah mengharapkan kesembuhan.

" Aku akan mencoba melanjutkan eksperimen penawar racun api milik ibunda. Kuyakin pasti penawar racun itu dapat kutemukan, "

" Leo, percaya diri memang boleh, tetapi kau juga harus tahu batasanmu. Kau tak memiliki bakat ibumu dan itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Lagi pula, sebagai makhluk hidup, cepat atau lambat kita akan mati bukan? Aku sudah menyampaikan hal ini pada Thalia dan Melina, " marquis Aiden menatap keluar jendela sambil menghela napas.

" Leo, saat aku mati nanti, janganlah kau iringi kematianku dengan tangisan tetapi iringi dengan senyuman. Aku lahir dalam keadaan menangis dan aku ingin pergi dalam keadaan damai. Karena itu, berjanjilah kepadaku untuk tersenyum saat pemakamanku nanti. " sambung marquis Aiden.

Leo terdiam, dia merasa tak siap sama sekali ketika sang ayah mengatakan hal itu. Dia tak pernah memikirkan tentang kematian sang ayah dan itu membuat pikiranya kosong untuk sesaat.

Melihat anaknya yang terlihat murung, marquis Aiden beranjak dari  ranjang lalu menyentuh kepala Leo, " Tak perlu memikirkannya. Lebih baik sekarang kau temui ibumu. Kuyakin dia juga sangat merindukanmu, "

Leo menganggukkan kepala, " Aku pergi dahulu ayah. " Leo keluar dari kamar marquis Aiden salam keadaan murung. dia masih terus kepikiran tentang perkataan sang ayah.

^^^To be Contine.^^^

Terpopuler

Comments

Niachi Iciho

Niachi Iciho

aku suka ceritanya tapi saranku mending setiap chapter dibagi dua part thor:( biar ga panjang2

2022-06-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!