#17# PEMBERONTAKAN

3 minggu sebelum kedatangan raja Gerelia ke Valdia, terjadi gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh anak viscount Reynald yaitu Ryan. Pemberontakan terjadi karena Ryan tak terima tanah serta jabatan ayahnya justru diberikan kepada orang asing yang bukan dari keluarga viscount Reynald.

Dia menghabiskan seluruh harta kekayaan ayahnya untuk menyewa tentara bayaran dengan jumlah 3 ribu orang ditambah 2 ribu pendukungnya. Bersama pasukan sebesar itu, Ryan memulai pemberontakan dengan merebut tanah ayahnya yang sudah diberikan kepada orang lain. Akibat perebutan itu, setidaknya seribu tentara Gerelia tewas. Sedangkan dari pihak Ryan tak kehilangan satu pun pasukan.

Ryan menyurati raja Gerelia menuntut agar gelar viscount diberikan padanya sebagai anak dari viscount Reynald bukan justru diberikan ke orang lain. Jelas tuntutan Ryan ditolak mentah-mentah karena dalam hukum kerajaan, gelar viscount hanya diberikan kepada orang-orang yang berjasa pada kerajaan dan gelarnya tak bisa diberikan secara turun temurun pada anggota keluarganya.

Atas penolakan itu, Ryan mulai menggila. Dia menyerang desa-desa di dekat wilayahnya lalu menjarah harta para penduduk desa bahkan memperkosa anak-anak gadis para penduduk. Pemberontakan itu semakin menyebar dan pendukung Ryan terus bertambah karena memang tak sedikit orang yang membenci raja Gerelia saat ini.

Dalam waktu seminggu, seperempat wilayah milik count dari Aru berhasil dikuasai Ryan. Dia mendeklarasikan pembentukan kerajaan baru yang dinamai kerajaan Xarla. Namun, kerajaan itu hanya bertahan seminggu saja setelah pasukan gabungan count dari Aru dan count dari Kania berhasil merebut kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai Ryan. Perebutan wilayah Aru berhasil mengikis setengah pasukan Ryan.

Setelah kekalahan itu, Ryan bersama 2 ribu pasukan yang tersisa melarikan diri menuju selatan. Marquis Aiden yang sudah mengetahui pergerakan Ryan langsung menerjunkan 5 ribu Cavalrynya untuk menjaga wilayah utara terutama wilayah barat laut tempat panti asuhan Elin. Pasukan Cavalry dibagi merata dari timur ke barat dan dipimpin langsung oleh Thalia sebagai komandan utama.

Sebelum pasukan Ryan datang, marquis Aiden memberikan intruksi untuk membiarkankan Ryan melewati Valdia dari barat laut. Sedangkan jalur timur hingga selatan dijaga ketat oleh pasukan Valdia. Marquis Aiden sengaja membiarkan Ryan lewat dan menggiringnya menuju wilayah kepangeran Sisilia. Di mana jalur wilayah Sisilia yang akan dilewati Ryan adalah markas utama pasukan perbatasan kepangeran Sisilia.

Sisilia sendiri memang sedang mengejar Ryan karena kasus pembunuhan salah satu bangsawan mereka yang merupakan kakak dari viscount Reynald. Dan pelaku pembunuhanya adalah Ryan. Alasan dibalik pembunuhan itu karena dia kesal pamannya tak memberi perlindungan kepada ayahnya saat hendak dikirim ke Iris.

Di perbatasan jalur Ryan akan lewat, 2 divisi pasukan Yurei sudah bersiap di sana. Tugas mereka bukan untuk menyerang tetapi hanya mengamati saka dan memastikan Ryan tidak melarikan diri. Mereka juga memberikan informasi kepada pasukan Iris tentang kedatangan Ryan.

Setelah 8 jam menunggu, Ryan pun memakan perangkap marquis Aiden. Dia bersama pasukanya menuju perbatasan Sisilia. Dibalik hutan rimbun, pasukan Sisilia langsung menyerang pasukan Ryan dari segala arah. Sebanyak 2 ribu pasukan Ryan harus mati-matian bertahan menghadapi 10 ribu pasukan Sisilia. Bagaikan daun kering gugur dari pohon, begitulah kondisi pasukan Ryan. Satu-per satu dari mereka tumbang dan menyisakan Ryan bersama 200 pasukan yang berhasil melarikan diri kembali ke Valdia.

Ryan kehabisan akal saat mengetahui pasukan Valdia sudah mengepungnya dari kejauhan. Dia bersama pasukanya lari ke sana kemari mencari tempat persembunyian yang hampir mustahil ada di padang rumput yang luas. Namun, keberuntungan masih memihaknya. Dia berlari ke ujung barat Valdia dan menemukan kastil tua milik mendiang paman dari marquis Aiden. Kastil tua yang sudah lapuk itu memiliki ruang bawah tanah yang cukup luas. Ruang itu dimanfaatkan Ryan untuk tempat persembunyianya bersama 200 pasukan.  Tetapi sangat disayangkan keberadaan mereka sudah diketahui oleh pasukan Yurei, bahkan 5 anggota Yurei berhasil menyusup di antara pasukan Ryan.

***

Di sore hari, Leo dipanggil ke Aula oleh marquis Aiden yang didampingi Boris dan Indra. Marquis Aiden memerintahkan Leo untuk mengepung tempat persembunyian Ryan lalu menangkap Ryan bersama pasukanya hidup-hidup. Setelah mendapatkan perintah, Leo bersama 3 ribu pasukan dan 8 divisi pasukan Yurei berangkat menuju lokasi Ryan. Sesampainya di sana, dia langsung merintahkan pasukan untuk mengepung kastil itu dari segala arah.

Leo mengira Ryan bersama pasukanya hanya bisa bertahan 2 hari karena tak adanya pasokan makanan. Tetapi siapa sangka, 5 hari berlalu dan pemberontak itu masih bisa bertahan di dalam kastil. Beberapa pemimpin divisi pasukan mendesak agar Leo memberikan perintah untuk menyerang kastil. Namun Leo menolaknya karena perintah dari marquis Aiden adalah menangkap pemberontak hidup-hidup.

Ketika hari mulai gelap dan obor-obor pasukan Valdia dinyalakan, dari dalam kastil keluar 5 anggota Yurei. Mereka terlihat pucat dan lemas berjalan sempoyongan kearah Leo. Melihat 5 prajuritnya  dalam keadaan memprihatinkan, Leo memacu pelan kudanya menghampiri 5 anggota Yurei tersebut sambil membawa lima roti gandum. Dia memberikan 5 roti itu dan mereka langsung memakanya dengan lahap sekali.

" Apa yang terjadi dengan kalian di sana? " tanya Leo melihat 5 anggota Yurei yang sudah selesai makan.

" Semuanya di luar dugaan kami tuan. Kami pikir mereka mempunyai stok makanan yang cukup walaupun cuma untuk satu hari. Tetapi sayangnya  mereka tak punya makanan sama sekali, " ungkap salah satu anggota Yurei sembari melahap potongan terakhir roti pemberian Leo.

" Lalu bagaimana bisa mereka masih bertahan lima hari ini? " tanya Leo.

" Mereka yang mencoba menyerah dan melarikan diri langsung dibunuh di tempat. Dan mereka memakan daging rekannya yang terbunuh untuk bertahan hidup. Ini pertama kalinya kami mengalami peristiwa yang menjijikkan seperti ini dalam misi. Kami rela menahan lapar lima hari dan mencari waktu yang tepat untuk melarikan diri, "

Jawaban salah satu anggota Yurei mendadak membuat Leo mual. Dia tak menyangka jika para pemberontak itu bertahan hidup dengan cara yang sadis dan menjijikan.

" Apa semua pasukan mereka ikut memakannya? " tanya Leo kembali.

" Tidak tuan. Hanya Ryan dan beberapa prajuritnya saja yang mau memakanya, "

" Baiklah, kalian kembalilah ke kota. Kuberi kalian waktu istirahat malam ini, "

" Te-terima kasih tuan! Kalau begitu kami izin meninggalkan tempat ini, "

" Ya, pergilah. "

5 anggota itu diberikan 3 kuda untuk tunggangan mereka kembali ke kota. Tak lama selepas kepergian 5 anggota Yurei, terlihat ada 2 kereta kencana yang dijaga oleh seribu pasukan yang setiap baris pasukan membawa 4 obor di jalan tak jauh dari tempat Leo berada.

Seluruh mata pasukan Valdia yang mengepung kastil tua tertuju pada konvoi pasukan itu. Terlihat juga konvoi itu membawa bendera yang tak asing. Ya,  bendera putih berlambang kerajaan Gerelia dan bendera biru berlambamg keluarga Kalius. Konvoi tersebut adalah rombongan raja Gerelia yang menuju kota Valdia.

" Bukankah mereka bilang akan datang dua hari lagi? " tanya Leo melihat rombongan raja dari kejauhan.

" Seperti yang tuan lihat, sepertinya mereka ingin merayakan malam kemenangan di Valdia, " sahut Indra.

Malam kemenangan adalah malam peringatan atas kemenangan perang suci jilid 2 sekaligus malam penghormatan untuk para pahlawan dan prajurit yang gugur di medan perang.

" Malam kemenangan? Memangnya semeriah apa acaranya? " tanya Leo. Dia sudah lupa kemeriahan malam kemenangan karena memang sudah lama tak merayakanya.

" Biasanya dimulai dengan doa bersama sebagai penghormatan untuk para pahlawan perang suci. Lalu dilanjutkan dengan berpesta ria hingga pagi. Bukan cuma di kota, tetapi di desa-desa dan pos-pos pasukan perbatasan juga merayakanya. Mereka biasanya membeli beberapa ekor domba dan puluhan botol anggur merah, " jelas Indra.

Mendengar penjelasan Indra, sebuah ide muncul dalam otak Leo. " Domba ya? Baiklah, besok akan menjadi malam terakhir kita di sini. Bersiaplah, "

" Maksud tuan kita akan menyerang kastil? " tanya indra.

Leo menggelengkan kepala lalu menjawab, " Kita akan menyiksa tanpa harus melukai mereka. "

Indra hanya terdiam, dia masih tak paham dengan maksud dari ucapan tuanya itu. Kemudian Leo mengambil sekantong kecil berisi 60 koin emas lalu melemparnya pada Indra. " Ambil ini! "

indra pun dengan reflek menangkap sekantong uang itu. " Uang? Untuk apa tuan? " tanya indra  meraba-raba kantung uang yang dia genggam.

" Perintahkan beberapa prajurit untuk membeli 20 domba dan satu karung lemon. Kita akan berpesta besok malam  untuk merayakan hari kemenangan. Lagi pula kuyakin pasukan kita sudah bosan memakan roti hambar dicampur sup asin, " jawab Leo.

" Baiklah tuan. Tak jauh dari sini ada penjual buah dan penjual domba. Kita bisa memasaknya lebih cepat sepertinya. " Indra meninggalkan Leo lalu pergi bersama 100 prajurit ke peternakan dan perkebunan milik penduduk di salah satu desa yang kebetulan tak jauh dari tempat Leo dan pasukan berada.

Dikarenakan belum adanya pergerakan dari dalam kastil tua hingga larut malam, Leo memerintahkan pasukanya untuk beristirahat karena memang sudah 1 hari para pasukan belum tidur. Sedangkan untuk jaga-jaga, pasukan Yurei memasang beberapa lonceng di kastil tua. Lonceng itu saling terikat dengan benang-benang yang sudah dipasang sedemikian rupa di beberapa sudut kastil. Jika ada salah satu pasukan musuh yang bergerak, mereka akan menginjak benangnya dan lonceng-lonceng akan berbunyi.

***

Sedangkan di kota Valdia, kedatangan raja Gerelia mengagetkan para penduduk dan pengunjung kota. Karena sebelumnya tak ada pengumuman tentang kedatangan raja. Walaupun di tengah malam, para penduduk berantusias menyapa raja mereka dan memberikan makanan kepada para prajurit kerajaan. Di gelapnya malam, raja menyempatkan diri membuka jendela kereta kencananya dan menyapa para penduduk sebelum sampai di istana Valdia.

Saat sampai di istana, raja bersama putri Licia di kereta kencana kedua disambut langsung oleh Boris lalu diantarkan menuju aula di mana marquis Aiden sudah menunggu. Tiba di Aula, terlihat marquis Aiden duduk di kursi sebelah kiri singgasana istana Valdia. Di samping kiri marquis, ada Melina dan Sely membungkukkan badan menyambut kedatangan raja.

" Mengapa engkau tak duduk disinggasanamu Aiden? " pungkas raja yang berjalan mendekati marquis Aiden.

" Singgasana itu memang milik saya. Tetapi saat yang mulia datang ke sini, maka singgasana itu milik yang mulia. Duduklah dengan nyaman di singgasana kami yang empuk ini yang mulia, " jawab lembut marquis Aiden sembari menundukkan kepala.

Raja pun langsung duduk di singgasana itu sambil melirik-lirik kecantikan istana Valdia.

" Licia, kemarilah jangan hanya berdiri dibalik pintu masuk, " ucap raja pada sang cucu.

Terlihat dari balik pintu, seorang gadis cantik berambut putih perak dengan mata merah indahnya berjalan memasuki Aula. Ya, gadis cantik yang memakai baju zirah ringan berwarna putih itu adalah putri Vladilicia von Kalius Gerelian.

Licia berjalan santai sembari melirik kanan kiri lalu matanya tertuju pada Melina. " Melina? Itu kamu? "

" Ya tuan putri. Saya Melina von Valdius, " jawab Melina.

Licia langsung berlari ke arah Melina dan tiba-tiba memeluknya. " Waaaaah...! Tak kusangka kamu sudah sebesar ini. Dulu waktu kugendong kamu masih menjadi bayi,  " Licia kegirangan melihat Melina. Karena memang sudah belasan tahun dia tak berjumpa lagi dengan Melina.

" Itu karena kamu tak pernah datang ke sini, " sahut Thalia berjalan menuruni anak tangga dari lantai 2.

Licia terdiam. Ekspresi girangnya berubah menjadi datar dengan mata melirik sinis pada Thalia. Ya, sebenarnya Thalia dan Licia adalah rival. Dari segi popularitas, kecantikan, kepintaran, maupun kekuatan mereka saling bersaing dan mengalahkan.

" Cih! Melihat wajahmu membuat suasana hatiku hancur dasar gorila merah, " ledek Licia.

" Seharusnya aku yang mengatakan itu dasar gorila putih, " balas Thalia.

" Hhhhhh bahkan di sini kalian masih bertengkar, " sela raja melihat kelakuan Licia dan Thalia.

" Memangnya di ibukota apa saja yang mereka lakukan? " tanya marquis Aiden.

" Anakmu belum memberi tahu?? " tanya raja. Marquis Aiden menoleh ke arah Thalia lalu menggelengkan kepala tanpa memberikan sepatah kata.

" Hhhhh di akademi mereka berdua sudah puluhan kali bertarung dan menghancurkan beberapa gedung akademi, " ungkap raja sambil menggelengkap kepala.

" Tak kusangka kupikir kalian berdua berteman baik ternyata sebaliknya, " sahut marquis Aiden.

" Oh ya paman Aiden, di mana Leo? " tanya Licia.

" Leo sedang kutugaskan untuk mengepung kastil tua tempat persembunyian Ryan dan pasukanya di barat Valdia. Mungkin besok dia sudah kembali. Baru kali ini kamu tiba-tiba mencari Leo setelah belasan tahun, " jawab marquis Aiden.

" Aku ingin menantangnya bertarung setelah kembali nanti untuk membuktikan apakah dia layak dijodohkan denganku atau tidak! " ungkap Licia percaya diri dihadapan marquis Aiden. Ucapannya itu mengejutkan semua orang yang ada di Aula.

" Pu-putri Licia yakin? " tanya Melina ragu-ragu.

" Ya, aku yakin. Memangnya ada apa Melina? " sahut Licia.

Thalia langsung berlari menghampiri Melina dan menutup rapat-rapat mulut adiknya itu. " Tidak ada apa-apa! Aku akan menantikan pertarunganmu dengan adikku besok. Kuharap kamu bisa menang, "

" Apa kamu meremehkanku!? "

" Ti-tidak. Aku justru menyemangatimu bukan hehe, "

" Sudah-sudah kalian berdua, " sela marquis Aiden. " Yang mulia, Licia, istirahatlah. Saya sudah menyiapkan kamar untuk kalian. Kuyakin kalian lelah. " lanjut marquis Aiden.

Raja pun mengiyakan perkataan marquis Aiden dan pergi menuju kamar yang sudah disiapkan bersama para pengawalnya.

" Oh ya, paman apakah jam segini markas kepolisian Valdia masih buka? " tanya Licia.

" Markas kepolisian tak pernah tutup. Kamu ingin ke sana kah? Biar Thalia menemanimu jika kamu ke sana, " jawab marquis Aiden.

" Ti-tidak perlu, aku akan bersama pengawalku saja. Jika bersama Thalia, aku takut banyak rumah penduduk yang dia hancurkan nanti. Kalau begitu aku pamit dahulu paman, " Licia langsung berjalan keluar istana.

" Hey seharusnya kamu mengaca dasar gorila putih! " teriak Thalia yang tak dihiraukan Licia.

Licia pergi ke markas kepolisian demi mencari sosok kesatria dengan elemen es yang pernah menolongnya dari Orka. Tetapi saat tiba di sana, tak ada satu pun pasukan kepolisian yang mengetahui orang yang dimaksud Licia. Ada beberapa anggota kepolisian yang mengatakan bahwa orang yang dicari Licia adalah Leo. Namun, Licia justru menganggap perkataan mereka sebagai lelucon belaka karena dia tak percaya jika Leo bisa sekuat itu apalagi pada masa kecil Leo sangat amat pengecut.

Licia masih tak patah semangat, dia mencari di setiap pos demi pos kepolisian di seluruh sudut kota Valdia tetapi hasilnya tetap nihil. Hingga hampir pagi tiba, akhirnya Licia memutuskan kembali ke istana untuk istirahat dan akan melanjutkan pencarianya disiang hari.

***

Hari ke-6 pengepungan, para pasukan Valdia berbondong-bondong menyembelih domba-domba dan menyiapkan semua bahan-bahan untuk pesta malam kemenangan.

Pengepungan hari terakhir seperti piknik bagi para pasukan. Mereka bermain bola, memasak, berlomba lari, memanah, dan banyak kegiatan yang mereka lakukan. Sedangkan di kastil tua hanya dijaga oleh 30 prajurit yang silih berganti mengamati.

Saat matahari terbenam, dimulailah acara malam kemenangan dengan berdoa bersama lalu dilanjutkan dengan meminum segelas anggur merah. Ada ratusan api unggun yang menghiasi perkemahan pasukan Leo. Api unggun itu dibangun melingkar mengelilingi kastil tua. Setelah meminum segelas anggur, domba-domba yang sudah dibersihkan dan menjadi potongan-potongan bagian mulai di panggang di atas api unggun. Daging-daging domba diberikan bubuk rempah-rempah dari toko Aji.

Bau wangi dan lezat dari rempah-rempah menyebar di mana-mana tak terkecuali ruang bawah tanah kastil tua di mana Ryan dan pasukanya sedang menahan lapar. Bahkan bau lezat domba panggang itu mengalahkan bau bangkai dari mayat-mayat di dalam ruang bawah tanah.

Para pasukan Ryan mencoba menahan diri dari bau wangi itu sampai mereka rela menggigit-gigit tangan sendiri agar tak tergiur. Tetapi, rasa lapar yang sudah tak tertahankan menggiring mereka keluar dari ruang bawah tanah. Ryan sendiri tak bisa membendung keinginan pasukanya untuk pergi keluar.

Tak lama, lonceng-lonceng di kastil tua berbunyi semua. Pasukan Valdia yang sedang menikmati makanan mereka langsung sigap mengambil senjata dan mengepun kastil. Leo yang juga menyantap daging domba, meletakkan makananya lalu berjalan paling depan mendekati kastil tua bersama Indra.

Akibat rasa lapar yang menggerogoti pikiran mereka membuat pasukan Ryan begitu tersiksa ketika memandang daging-daging domba di atas api unggun. Air liur mereka sampai membasahi baju. suara keroncongan perut silih berganti terdengar dari perut mereka

" Apa ini maksud tuan menyiksa tanpa melukai? " tanya Indra.

" Ya, kau lihat sendiri bukan? " Leo menoleh pada indra dengan tersenyum puas.

" LEBIH BAIK KALIAN MENYERAH! TAK ADA SATU PUN DARI KALIAN YANG AKAN DI EKSEKUSI! JIKA KALIAN MENYERAH, AKAN KUBERIKAN DAGING-DAGING ITU UNTUK KALIAN! BUANG SENJATA KALIAN DAN BERJALANLAH KEMARI DENGAN TANGAN DI ATAS! " ultimatum Leo pada pasukan Ryan.

Para pasukan pemberontak itu lserentak membuang senjata mereka dan berjalan mendekati Leo. Sebanyak 189 orang keluar dari kastil tua. Leo pun memerintahkan pasukanya untuk memberikan potongan-potongan daging domba untuk pemberontak itu. Dengan lahapnya para pemberontak memakan daging. Mereka saling berebut bahkan berkelahi hanya demi secuil daging.

Melihat para pasukan pemberontak yang sudah sibuk dengan makanan mereka, Leo memerintahkan indra bersama 4 anggota Yurei memasuki ruang bawah tanah dan menangkap Ryan. Hanya butuh 5 menit Ryan pun tertangkap tanpa perlawanan dan dibawa menghadap Leo.

" Baumu busuk sekali, " pungkas Leo mencium bau tubuh Ryan yang busuk karena bekas mayat manusia yang dia makan demi bertahan hidup. Ryan hanya terdiam, dia menundukkan kepala menolak menatap Leo.

" Ryan peranmu sudah berakhir di sini. Atas perintah raja, kau akan dibawa ke Sisilia untuk menebus dosamu atas kematian pamanmu di sana. Indra perintahkan beberapa prajurit untuk membawanya menuju perbatasan. Aku sudah mengirim surat kemarin kepada komandan pasukan perbatasan Sisilia untuk membawa Ryan ke ibukota Sisilia, "

" Baik tuan! " Indra mengikat Ryan dengan rantai lalu memberikanya kepada komandan divisi 5 Valdia bersama 100 pasukan membawa Ryan menuju perbatasan.

" Untuk seluruh pengikut Ryan! Kalian akan dikirim ke penjara Count Aru! Tak akan ada satu pun di antara kalian yang akan dieksekusi! Kalian akan dipenjara di sana! " ucap Leo pada pemberontak yang sudah selesai makan.

Tangan para pemberontak itu di ikat satu per satu. Mereka berjalan berbaris digiring menuju kota Valdia dengan pengawalan ketat. Leo sendiri mengawal para tahanan di barisan paling belakang. Tepatnya di belakang barisan tahanan terakhir.

^^^To be Continue.^^^

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!