Baru satu bulan setelah pemberantasan kasus penculikan, Valdia lagi-lagi harus menghadapi masalah baru. Tepatnya saat awal musim semi, sebanyak 30 penduduk kerajaan Iris yang sedang menuju kuil suci dibantai di perbatasan kepangeran Sisilia dan kemarquisan Valdia.
Pembantaian itu dilakukan oleh viscount Reynald bersama 100 pasukanya. Belum jelas apa maksud dari pembantaian itu. Reynald selalu berdalih bahwa yang mereka bunuh adalah para bandit yang mencoba menyerang para peziarah dan alasan itu didukung oleh kerajaan suci Deusia. Namun, ada pendapat dari salah satu bangsawan kerajaan Axel bahwa yang Reynald bunuh adalah peziarah Angelus. Akibat dari tindakan Reynald, perang suci jilid ketiga tinggal ditabuh genderangnya.
Segala pertemuan antara pemimpin maupun diplomat aliansi barat dan timur terus dilakukan di berbagai kerajaan demi menghindari terjadinya perang suci berikutnya. Tetapi, lagi dan lagi para pendeta-pendeta di kerajaan suci Deusia memanaskan masalah ini dengan memprovokasi kerajaan Angelusia.
Dua bulan lamanya perundingan terjadi dan belum menemukan titik terang. Aliansi timur makin geram karena Reynald justru divonis bebas dan tetap mendapatkan gelarnya sebagai viscount. Tindakan itu langsung membuat raja Iris murka. Dia memimpin sendiri 100 ribu pasukanya menuju Gerelia dan wilayah pertama yang harus mereka lewati adalah Valdia. Walaupun sudah dilarang oleh aliansi timur, raja Iris tak mempedulikan. Dia malah terang-terangan menyatakan keluar dari aliansi timur. Amarah raja Iris sudah memuncak karena pelaku pembunuh 30 rakyatnya justru dibebaskan.
Marquis Aiden yang mendapat laporan tentang pasukan raja Iris langsung menambah jumlah pasukan di perbatasan selatan. Sebanyak 13 ribu pasukan sudah berjaga untuk menghadang pasukan Iris. Selain itu, kearchdukan Caspia juga mengirim 17ribu pasukan untuk ikut membantu pasukan Valdia. Namun, 3 minggu setelah kabar keberangkatan tentara Iris menuju Valdia, hingga saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan mereka.
****
Di ruang rapat istana, marquis Aiden memimpin rapat bersama para komandan divisi militer Valdia. Mereka membahas strategi terbaik dan terburuk saat menghadapi Iris nanti. Dan tentang masih belum datangnya tentara Iris, mereka beranggapan bahwa tentara Iris sedang berperang dengan kepangeran Sisilia karena untuk menuju Valdia, mereka harus melewati Sisilia terlebih dahulu yang notabenya adalah mantan wilayah kerajaan Iris sendiri.
Para anggota rapat saling berdebat demi mencari strategi terbaik. Di antara mereka ada yang memilih melawan dan mati demi Gerelia. Dan sebagian yang lain memilih melakukan negosiasi dengan raja Iris saat mereka tiba di sini. Bukan tanpa alasan, sebenarnya melawan kerajaan Iris merupakan kesalahan besar karena kerajaan Iris adalah kerajaan dengan militer paling kuat di dunia.
Makin panasnya perdebatan antar pemimpin divisi membuat Leo sedikit geram namun marquis Aiden menyuruhnya untuk menahan diri dan tetap diam sampai marquis Aiden mendapat solusi yang tepat untuk masalah ini. Saat perdebatan makin memanas, seorang prajurit datang ruang rapat.
...Tok! Tok!...
" Masuklah! " ucap marquis Aiden.
Salah seorang prajurit masuk dan langsung berlutut pada sang marquis. " Tuan, sebanyak seratus ribu pasukan Iris sudah tiba di perbatasan. Kami mendapat kabar bahwa mereka telah mengakui kemerdekaan kepangeran Sisilia karena itu pemimpin Sisilia mengizinkan mereka lewat. Selain itu, kami mendapat kabar buruk dimana pasukan Gerelia tidak akan maju ke garis depan. Mereka akan menunggu di wilayah County Aru. Itu saja yang ingin saya laporkan tuan. Saya izin untuk ikut bergabung pasukan di perbatasan. "
Boris mendekat kepada marquis Aiden dan berbisik, " Tuan ini gawat. Tanpa bantuan pasukan ibukota, kita tak bisa menahanya. "
" Aku akan memimpin pasukan dan mencoba berbicara dengan raja Iris, "
" Ta-tapi tuan!? Kondisi anda sedang tak stabil, jika anda memaksakan diri, anda bisa kehilangan nyawa, "
" Boris, aku tak bisa menyerahkan kepemimpinan pada Thalia. Dia masih belum berpengalaman menghadapi pasukan sebesar itu. Selain itu, jika perang terjadi, tujuan utama kita bukan menang tetapi menyelamatkan para peziarah dan penduduk dari dampak perang di perbatasan. " marquis Aiden berdiri dari kursinya. Dia mengangkat sedang tangan kanannya.
" Siapkan pasukan! " seru marquis Aiden yang langsung disambut teriakan semangat para komandan divisi.
" Thalia pergilah terlebih dahulu bersama para komandan divisi. Pimpinlah mereka dan jangan lakukan tindakan apa pun sampai aku datang ke sana, " lanjut marquis Aiden.
Thalia yang sudah menggunakan baju zirah menganggukan kepala lalu berjalan keluar bersama para komandan divisi militer hingga ruang rapat hanya tersisa Leo, marquis Aiden, dan Boris.Saat marquis Aiden hendak berjalan dia tiba-tiba jatuh karena memang kondisinya yang belum stabil.
" Ayah! " cemas Leo. Dia langsung sigap menangkap tubuh sang ayah.
" Tuan jangan memaksakan diri, " sela Boris membantu Leo menangkap tubuh marquis Aiden.
" Jika aku tak pergi, bagaimana dengan para penduduk dan peziarah. " balas laki-laki bertopeng besi itu.
" Biar aku saja. Walaupun aku belum berpengalaman menghadapi pasukan sebesar itu, tetapi akan kulakukan apa pun agar perang tak pecah, " Leo menatap sang ayah dengan tekad besar.
Marquis Aiden terdiam sejenak. " Ba-bagaimana dengan traumamu? Aku tak ingin kamu melihat pertumpahan darah saat negosiasi gagal, "
Leo tersenyum dan menyandarkan ayahnya di pintu ruang rapat. " Ayah tenang saja. Aku sudah sembuh. Aku sudah menjadi seorang kesatria yang ayah inginkan. Jadi biarkan masalah ini kutangani percayalah kepadaku, "
Melihat tekad Leo, marquis Aiden menganggukkan kepala lalu berkata, " Baiklah kuserahkan kepadamu. Pakailah baju zirahku dan topeng besiku yang baru di laci kamar. apa pun yang terjadi, berusahalah agar perang tak terjadi. Tolong lindungi penduduk dan para peziarah! "
" Hmh! Aku akan melakukanya! " Leo mencium tangan kanan marquis Aiden lalu pergi mengambil topeng besi serta zirah milik sang ayah.
***
Di halaman istana sudah berdiri 6 ribu pasukan berpakaian tempur lengkap dengan panji-panji kemarquisan Valdia berbaris memenuhi halaman. Mereka menunggu komando dari sang marquis dan tak mengetahui bahwa yang akan memimpin mereka adalah Leo.
Tak lama, Leo yang menegnakan topeng besi keluar dengan baju zirah milik sang ayah dan rompi jubah berlambang keluarga Valdius. Marquis Aiden yang menyaksikan dari kamar seluruh tubuhnya bergetar. Dia seakan melihat dirinya sendiri sewaktu muda.
" Entah mengapa aku seperti melihat diriku pada masa lalu, " gumam marquis Aiden pada Boris.
" Aku juga berpikir demikian tuanku. Sepertinya Leo mewarisi segalanya dari anda bahkan kewibawaan serta keberanian anda tuan. Entah mengapa aku memiliki firasat Leo akan melampaui tuan pada masa depan nanti, " balas Boris.
" Itulah yang juga kuharapkan. Dia tak mau menjadi pemimpin tetapi tetap melindungi dan membantu dari balik layar. Dia meniru leluhurnya Valdius. " marquis Aiden menyaksikan kepergian putranya menuju medan perang bersama 6 ribu pasukan dan 20 gerobak kerbau berisi 100 karung gandung.
Saat keluar dari gerbang istana, seluruh penduduk kota Valdia keluar dan berbaris di pinggir jalan. Mata mereka hanya menuju ke satu arah yaitu seorang bertopeng besi yang gagah memimpin pasukanya ke medan perang. Pandangan para penduduk dibawa ke masa lalu ketika pahlawan mereka yaitu marquis Aiden juga memakai baju zirah itu saat perang suci kedua.
***
Di perbatasan Selatan yang berbatasan langsung dengan kepangeran Sisilia, Thalia bersama 13 ribu pasukan dan ditambah 17 ribu pasukan dari kearchdukan Caspia sudah membuat formasi tempur dan siap menghadang pasukan Iris yang masih belum terlihat.
Perbatasan Selatan adalah wilayah padang rumput yang membentang sampai kepangeran Sisilia. Jika pasukan Iris datang, dari kejauhan pasti sudah terlihat. Tetapi, sudah 3 jam lamanya pasukan yang dipimpin Thalia masih belum mendapati kehadiran pasukan Iris yang diperkirakan sebanyak 100 ribu pasukan itu.
Saat Thalia akan memerintahkan mata-mata memasuki wilayah Sisilia, dari kejauhan bendera-bendera kerajaan Iris mulai terlihat. Tak lama, pasukan itu samar-samar muncul. Mereka bak rombongan semut yang sedang berjalan mengikuti pemimpinya.
Melihat banyaknya pasukan Iris, jelas tak sedikit pasukan Valdia yang mulai gentar. Badan mereka gemetar dan bahkan ada yang sampai muntah saking takutnya melihat pasukan besar itu. Thalia sendiri juga ikut gemetar. Pikiranya kososng seketika saat melihat pasukan besar itu.
Pasukan Iris yang berjumlah 100 ribu berhenti tepat di patok pembatas antara Valdia dan Sisilia. Mereka mengibarkan bendera putih dan hijau sebagai tanda negosiasi. Tetapi karena pasukan utama Valdia belum datang, Thalia pun memerintahkan salah satu pasukanya untuk menyampaikan pesan kepada raja Iris agar menunggu pasukan utama Valdia datang.
Raja Iris yang mendapat pesan itu menyutujuinya. Dia menunggu selama 1 jam hingga Leo bersama 6 ribu pasukan mulai terlihat dari utara. Pasukan itu membawa bendera kerajaan Gerelia dan bendera-bendera keluarga Valdius.
Kedatangan pasukan utama Valdia langsung meningkatkan moral pasukan lainya. Mata mereka tertuju pada pemimpin tertinggi pasukan yaitu marquis Aiden yang sebenarnya diwakilkan oleh Leo tetapi karena memang postur Leo yang sangat mirip dengan ayahnya membuat kedoknya tak ketahuan oleh para pasukan. Tetapi, tidak dengan Thalia. Dia jelas mengetahui siapa di balik topeng besi itu. Awalnya Thalia panik karena dia mengira Leo belum berpengalaman dan takutnya malah akan memancing amarah raja Iris saat negosiasi nanti. Namun, ada surat perintah dari sang ayah agar Thalia tak ikut campur dalam proses negosiasi.
***
Melihat kedatangan pemimpin dari Valdia, raja Iris bersama 6 pengawal berkuda langsung maju melewati perbatasan. Leo bersama 10 pasukan Yurei yang menyamar menjadi pasukan cavalry juga maju ke arah raja Iris yang memakai helm besi tertutup dan baju zirah emas.
Mereka pun saling berhadap-hadapan di atas kuda. Suasana seketika hening menunggu negosiasi antara dua pemimpin itu. Apa pun hasilnya, bagi pasukan Iris mereka siap mati untuk sang raja. Sedangkan pasukan Valdia, jelas mereka sangat mengharapkan negosiasi ini menghasilkan perdamaian.
Raja Iris mendekat ke arah Leo lalu berhenti tepat satu meter didepannya. " Aku harap kalian kembali ke rumah kalian dengan aman dan menyerahkan masalah ini pada kami. Jika kalian membiarkan kami lewat, aku berjanji tak akan membuat kekacauan satu pun di tanah suci ini dan akan memberikan kalian semua perlindungan, " ucap raja Iris.
" Saya marquis dari Valdia berharap kalian kembali ke Iris tanpa terluka. Reynald bersama pasukanya akan dihukum sesuai perbuatan mereka. Saya berjanji! Jika kalian tidak mau menyerahkan masalah ini pada kami, kita semua akan mati di sini. Saya tahu pasukan Iris sangat banyak, tetapi seharusnya yang mulia melihat ulang sejarah pasukan Valdia kami, " balas Leo dengan menunjukkan kewibawaanya sebagai pemimpin.
" Bagaimana mungkin kasta marquis bisa membujuk rajanya untuk menghukum pelaku? " cibir raja Iris. Dia menganggap remeh kedudukan Valdia yang hanya kemarquisan.
" Ini Gerelia yang mulia. Di kerajaan ini, kedudukan kemarquisan keluarga Valdius di atas archduke dan grand duke. Seharusnya yang mulia paham itu, " balas Leo penuh kepercayaan diri.
Raja Iris terdiam. Dia memikirkan hal buruknya terlebih dahulu karena memang pasukan Valdia adalah pasukan paling perkasa. Jika Iris berani berkontak senjata langsung, bukan mustahil mereka bisa kalah atau paling beruntung mereka akan bisa menang dengan mengorbankan setengah pasukan.
Leo mendekati raja Iris, lalu mengulurkan tangan kanannya. " Kita sepakat? "
Raja Iris yang tak punya pilihan, langsung menjabat tangan Leo. " Ya, kita sepakat. Tetapi kau tahu bukan perdamaian ini tidak gratis? "
" Ya! Kami akan membayar dua juta koin emas serta seratus karung gandum. Saya tahu nyawa 30 penduduk yang mulia lebih berharga daripada pemberian saya. Tetapi, setidaknya apa yang saya berikan bisa menghidupi ribuan penduduk Iris bukan? "
" Ya, baiklah aku akan menarik pasukanku. Tetapi ingat, aku memberikan batas waktu dua bulan untuk masalah ini. Jika aku mendapati Reynald masih bebas, aku tak akan segan-segan lagi untuk menyerang. "
" Cukup satu bulan! Dalam satu bulan saya akan mengirim Reynald ke Iris dan kalian bebas memberikan hukuman apa pun padanya, " ucap Leo percaya diri sambil melepaskan jabatan tanganya.
Raja Iris tertegun dengan kepercayaan diri Leo, dia berbalik badan dan menunggang pelan kudanya menuju pasukan Iris di patok perbatasan.
" Hmh tak kusangka seorang anak yang dahulu terkena sakit mental sekarang menjadi sehebat ayahnya. Akan kutunggu janjimu, " gumam raja Iris pada Leo.
Leo terkejut mendengar perkataan raja Iris. dia tak menyangka sang raja mengetahui siapa dibalik topeng besi itu.
" Ba-bagaimana anda tahu? "
" Aku pernah bertarung dengan ayahmu. Jika dilihat dari caramu menunggang kuda, kau lebih berwibawa dan terlihat seperti seorang raja. Sedangkan ayahmu terlihat seperti seorang pahlawan. Aku sedikit tertarik kepadamu. Jika ada waktu pergilah ke Iris. Kita bisa berbincang lebih lama dan damai di sana. Kalau begitu sampai jumpa. " raja Iris melambaikan tangan.
Tak lama, pasukan Iris langsung mundur. Sorak bahagia tak terbendung pada pasukan Valdia dan Caspia. Mereka sangat bahagia karena negosiasi beralan lancar. Sedangkan Leo memerintahkan 100 pasukan Yurei untuk membawakan satu peti berisi koin emas dan 20 gerobak berisi gandum menuju Iris. Dia langsung kembali ke kota bersama Thalia dan 6 ribu pasukan. Sedangkan sisa pasukan kembali bertugas di pos mereka seperti biasa dan pasukan Caspia juga langsung kembali ke wilayahnya.
Ketika tiba di kota, seluruh penduduk keluar dan menyerukan nama marquis Aiden. Leo merasa bangga karena dia bisa mewakili ayahnya dan mengembalikan kepercayaan penduduk pada sang ayah karena sebelumnya para penduduk Valdia sempat mulai ragu atas kepemimpinan marquis Aiden karena racun api yang dia derita mulai membuat kondisi fisiknya melemah. Bahkan sempat ada rencana kudeta untuk melengserkan marquis Aiden tetapi rencana itu berhasil digagalkan oleh pasukan Yurei yang dipimpin Indra.
Namun, sambutan yang sama tak terjadi di istana. Saat tiba di istana, Leo bersama Thalia diperintahkan menghadap marquis Aiden di kamarnya. Mereka berdua langsung menuju kamar sang ayah sesuai dengan yang diperintahkan.
" Terima kasih. Berkat kalian berdua, perdamaian kembali terjaga. Oh ya, saat kalian pergi, ada utusan dari kerajaan mengirimkan surat ini kepadaku, " ucap marquis Aiden menaruh sepucuk surat di atas mejanya.
" Itu adalah surat undangan pertemuan seluruh bangsawan Gerelia di ibukota minggu depan. Selain itu, raja mempertanyakan alasan kita mengusir pasukan kerajaan. Tapi dia juga tak terlalu mempermasalahkan hal itu karena tindakan yang telah dilakukan Reynald. Sekarang raja ingin mendengar keputusan kita untuk Reynald. " sambung marquis Aiden.
" Apa kita kirim surat saja tentang keinginan raja Iris untuk menghukum Reynald dan pasukanya? " sahut Thalia.
" Reynald adalah seorang fanatik Deus. Dia sangat disayangi para pendeta-pendeta Deusia. Jika kita hanya mengirim surat, kuyakin itu tidak akan efektif. Cara satu-satunya adalah kita menerima undangan raja dan memberikan keputusan kita secara langsung di sana. Keluarga kita mempunyai pengaruh besar dalam kerajaan ini dan dengan hadirnya kita secara langsung, kuyakin raja tak akan bisa menolaknya, " balas marquis Aiden.
" Tetapi, kondisi ayah masih belum pulih. Perjalanan menuju ibukota butuh 5 hari perjalanan. Pasukanku juga mengatakan ada pergerakan para pembunuh bayaran yang sedang menyasar keluarga kita, " sela Leo melepas topeng besi yang dia kenakan.
" Karena itu, Leo aku ingin pasukanmu ikut menjaga perjalanan kita menuju ibukota. Dan aku ingin kalian berdua menjadi pengawal pribadiku saat pertemuan. Dengan hadirnya kalian berdua itu menambah kekuatan kita di pertemuan nanti, " ucap optimis marquis Aiden. dia bermaksud menunjukkan kekuatan keluarga Valdius setelah bertahun-tahun diremehkan karena tragedi yang dahulu pernah menimpanya.
" Aku harus memakai zirah berat lagii..? " keluh Leo. dia sangat benci menggunakan baju zirah lengkap karena memang sangat berat dan tidak cocok dengan gaya bertarungnya yang membutuhkan kegesitan dan kecepatan.
" Kalau tidak salah di markas pasukan pengawal, masih ada satu zirah yang tak terpakai. Pakailah zirah itu walaupun berat sebisa mungkin tahanlah. Kuyakin kalian lelah, pergilah istirahat. Besok pagi kita akan berangkat. "
Leo dan Thalia pun keluar dari kamar sang ayah dan kembali ke kamar mereka masing-masing. Sedangkan marquis Aiden memerintahkan pengawal pribadinya untuk mempersiapkan berbagai barang yang dibutuhkan sebelum berangkat ke ibukota.
^^^To be Continue.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments