Sebuah meja panjang tertata rapi beserta kursi-kursi empuk di dalam ruang besar yang serba putih. Di kursi-kursi itu telah duduk para bangsawan-bangsawan kerajaan Gerelia bersama para pengawal mereka. Di ujung meja, raja Gerelia yang bernama Karl duduk di singgasana mewah. di samping kanan raja juga hadir pendeta suci Deusia yang ke-12 yaitu Jeremus II. Dan samping kiri raja, ada pemangku takhta selanjutnya yaitu pangeran Theo.
Pertemuan itu dimulai dengan mendengarkan keluhan para bangsawan tentang wilayah yang mereka pimpin. Lalu dilanjutkan dengan membahas isu kesehatan, pembangunan, dan militer. Pembahasan itu berlangsung lebih dari 2 jam. Setelah pembahasan formal tersebut, barulah topik utama dibahas yaitu tentang kasus Reynald.
Raja memberikan kesempatan kepada para bangsawan untuk memberikan suara atas nasib Reynald. Apakah dia akan di hukum atau justru di bebaskan. Setelah pengambilan suara, para bangsawan banyak yang memutuskan untuk menghukum Reynald.
Melihat banyak yang mendukung penghukuman Reynald, Jeremus selaku pendeta suci langsung membuka suara, " Viscount Reynald adalah seorang penganut Deus yang taat. Sejak kecil dia belajar ajaran Deus di Deusia. Orang setaat Reynald tak mungkin salah sasaran. "
" Jika tidak salah sasaran, mengapa sampai raja Iris repot-repot memimpin pasukanya sendiri untuk membalas? " sahut cepat archduke Berto. dia adalah pemimpin saat ini dari kearchdukan Caspia.
" Iris adalah kerajaan penuh kriminal dan rajanya juga rakus. Di kerajaan itu sedang terjadi perburuan bandit, karena itu bandit lari menuju Valdia. Seharusnya kita bersyukur viscount Reynald berhasil menghabisi para bandit itu sebelum mereka mencelakai para peziarah. Selain itu lihatlah, raja Iris langsung menarik mundur pasukan setelah Valdia membayar bukan? " balas pendeta Jeremus. dia terus mencoba membela Reynald.
" Apa yang dikatakan yang mulia Jeremus ada benarnya. Coba kalian ingat saat perang suci pertama. Iris dulu dipihak kita. Tapi karena diiming-imingi kekayaan melimpah, akhirnya mereka membelot bukan? Aku yakin apa yang dilakukan Iris kali ini untuk memeras kita. Mereka akan kembali satu bulan lagi dan itu akan mereka manfaatkan dengan memeras kekayaan kita lebih banyak lagi. Jika kita tak mau, sudah jelas bukan mereka akan mengancam kita dengan perang suci yang baru, " sela pangeran Theo yang ikut mendukung pendeta Jeremus.
" Hmh, aku setuju dengan pendapat pangeran Theo. Kekuatan militer kita saat ini sangat lemah. Itu pasti akan dimanfaatkan dengan cermat oleh Iris. Dengan cara mengancam sambil memperlihatkan kekuatan besar mereka, jelas kita akan was-was dan takut lalu rela memberikan kekayaan. " sahut count Randa dia adalah count dari Trixia sekaligus adik dari penasihat pribadi pangeran Theo.
Pendapat pangeran dan Count Randa langsung mendapat dukungan oleh count Lambert ( count dari Croxia ), count Ersa ( count dari kara ), count Jarwis ( count dari Furu ), count Aska ( count dari Aru ), dan archduke James ( archduke dari Fotia ).
Sudah tak mengejutkan bagi marquis Aiden, archduke Berto, dan Count Irka ( count dari Kania ). Karena memang para pemimpin wilayah kerajaan Gerelia sudah terpecah menjadi dua kubu.
" Hmmmh..., Karena banyak yang mendukung Reynald. Jadi, apakah kita sepakat untuk membebaskan Reynald ? " ucap raja setelah mendengarkan pendapat para bangsawan.
" Tunggu yang mulia, " marquis Aiden berdiri. Dia membuka kotak kayu yang diberikan oleh Leo. Dari dalam kotak, ada sebuah baju putih penuh darah kering diambil oleh marquis Aiden.
" Baju? Apa maksudmu marquis Aiden? " tanya pendeta Jeremus.
Marquis Aiden melempar kain itu ke tengah meja lalu melemparkan beberapa liontin berlambang bulan sabit juga di atas kain tersebut.
" Sekarang lihatlah lambang di baju putih itu dan lihatlah liontin itu. Mereka adalah korban pembunuhan Reynald. Bukan maksudku mendukung raja Iris, tetapi seharusnya kita bersyukur raja Iris tak mengirim baju itu ke Angelusia. Jika sampai baju itu dikirim ke sana, perang suci ketiga pasti terjadi dan kita jelas akan kalah, " tandas marquis Aiden.
" Apa kau yakin ini baju milik korban yang dibunuh Reynald? " tanya raja.
" Yang mulia bisa menggunakan sihir untuk melihat masa lalu jika menyentuh barang-barang peninggalan bukan? Sekarang yang mulia bisa menggunakan sihir anda di baju itu, " balas marquis Aiden.
Raja pun memerintahkan pengawalnya untuk mendekatkan baju dan liontin itu. Lalu dia menyentuhnya dan mengalirkan energi sihir. Benar saja, raja pun melihat sendiri bagaimana kebengisan Reynald bersama pasukanya membantai penduduk Iris yang salah satu dari korban itu adalah pendeta Angelus.
Raja langsung menggebrak meja. " Tak bisa dimaafkan tindakan dari Reynald! Benar apa yang dikatakan marquis Aiden. Kita harusnya berterimakasih kepada raja Iris. Dia rela keluar dari aliansi timur dan berbohong tentang korban pembantaian ini demi menghindarkan dunia dari perang suci. Maafkan aku marquis Aiden, hampir saja perang suci kembali terjadi jika saja kau tak menunjukkan bukti ini, "
" Sangat disayangkan banyak yang mendukung penjahat seperti dia bahkan memberikanya hadiah atas pembantaian yang dibuat, " sindir marquis Aiden yang langsung di balas dengan tatapan sinis pendeta suci dan para bangsawan yang mendukung Reynald.
" Baiklah, lalu tuntutan apa yang diinginkan raja Iris untuk Reynald? Di surat yang kau kirimkan, tak ada tuntutan yang tertulis, " sela raja Karl.
" Raja Iris ingin Reynald dan pasukanya dibawa ke Iris dan dieksekusi di sana, " jawab marquis Aiden yang kembali duduk.
" Tidak bisa! Reynald adalah penduduk Gerelia. Jika dia di eksekusi, itu harus dilakukan di sini! " bentak pangeran Theo yang tak terima.
" Tradisi kerajaan Iris adalah siapa pun yang melakukan kejahatan terhadap penduduk Iris, entah dia di negeri jauh sekalipun, saat tertangkap maka pelaku harus mati di tanah Iris. Kita harus menghormati tradisi mereka karena kita yang salah. Seharusnya pangeran tahu itu. " balas count Irka.
Pangeran Theo langsung terdiam. Dia melirik ke arah pendeta suci dengan maksud meminta bantuanya tetapi sangat disayangkan, bukti yang diberikan marquis Aiden telah membungkam dan membuat malu pendeta suci.
" Baiklah jika itu yang diinginkan raja Iris, hari ini juga Reynald dan seluruh pasukanya akan kukirim ke sana. Sekarang adalah topik terakhir, aku ingin meminta persetujuan kalian tentang rencana bergabungnya Gerelia dalam naungan kerajaan suci Deusia, " ucap raja Karl sambil memberikan baju dan liontin tadi kepada pengawalnya.
" Maaf sebelumnya yang mulia. Bukankah kita sudah ada aliansi Deus? Lalu buat apa kita meminta naungan Deusia? " tanya archduke Berto.
" Tuan archduke yang terhormat. Aliansi yang kita dirikan hanya untuk keamanan semata, tidak lebih. Tetapi rencana naungan ini adalah rencana kerja sama antar seluruh kerajaan barat dalam segala bidang, termasuk bidang teknologi sihir. Di kerajaan kami banyak buku-buku pengetahuan tentang teknologi militer dan sihir yang bisa dijadikan referensi dalam memperkuat pertahanan. Tetapi, syarat agar bisa mengakses buku itu adalah dengan menyetujui kerajaan suci Deusia sebagai naungan bagi seluruh kerajaan barat. Selain itu, kerja sama ini bisa mendorong kemajuan perekonomian masing-masing anggota aliansi. " jelas pendeta Jeremus.
" Dengan setujunya kita dalam naungan Deusia, kita memiliki kesempatan membuat berbagai macam eksperimen dan teknologi baru dari buku-buku mereka. Dengan begitu kerajaan ini akan kuat kembali seperti beberapa tahun sebelumnya. Semua kerajaan barat sudah setuju dan tinggal kita saja yang belum. Jadi tunggu apalagi? " pangeran Theo dengan semangat mendukung dan mengajak para bangsawan menyetujui usulan pendeta Jeremus. Para bangsawanpun satu per satu memberikan persetujuan mereka.
" Kalau begitu, kami kemarquisan Valdia menyatakan memisahkan diri dari kerajaan Gerelia, " ucap santai marquis Aiden. Ucapan itu langsung mengejutkan semua yang hadir di sana. Bahkan raja sampai tersedak mendengar keputusan marquis Aiden. Ruang rapat hening seketika. Mereka tak menyangka jika marquis Aiden sampai berani mengatakan hal semacam itu.
...Braaak...!...
Pangeran Theo menggebrak meja lalu berdiri dari duduknya. " Apa-apaan maksud anda marquis Aiden!? " tanya pangeran Theo yang menunjukkan kemarahanya.
" Yang memberikan wilayah pada Deusia adalah kita. Bukankah lucu jika kita yang merupakan kerajaan besar justru mengemis naungan kepada kerajaan kecil dengan iming-iming pengetahuan baru? Aku tak akan pernah sudi menerima itu, " balas marquis Aiden.
" Lalu dengan kau memisahkan diri, maka seluruh masalah akan usai? Memisahkan diri sama artinya kau menantang perang kerajaan ini marquis Aiden, " tambah raja Karl yang tak suka dengan keputusan marquis Aiden.
" Itu tidak jadi masalah. Aku archduke dari Caspia dan Iska count dari Kania akan ikut memisahkan diri dan bergabung dengan Valdia, " archduke Berto langsung menyela tanpa izin. Keputusan archduke dari Caspia menambah keterkejutan dan makin memanaskan ketegangan di ruangan itu.
" Hanya demi keluarga Valdius, kalian berdua rela membelot? Pengikut macam apa itu? Hey ingat keluarga Valdius berisi para pembelot, apakah kalian tertular mereka? " ejek pendeta Jeremus dengan nada yang tak enak didengar.
" Ya, bahkan leluhur mereka saja berani membakar kerajaan suci. Mereka sebenarnya keluarga pendosa. Apa kalian rela mendukung keluarga bangsawan macam itu? " sahut pangeran Theo.
" Heh pendosa? Ya, keluargaku memang pendosa karena membunuh banyak manusia demi menyelamatkan bokong pangerannya yang lari terbirit-birit saat pasukan Taiyoria menyerang ibukota. Dan kami juga pendosa yang telah menyelamatkan pendeta yang katanya suci itu dari ancaman kekalahan perang suci kedua. Selain itu bukankah lebih berdosa membebaskan para pejabat korup lalu memberikanya wilayah lagi? " balas ejek marquis Aiden yang membungkam mulut pangeran Theo dan pendeta Jeremus.
" Rencana ini sangat bermanfaat demi masa depan kerajaan kita. Saya harap tuan Aiden tak mengungkit masa lalu. Dan tak melupakan bantuan kami saat Valdia mengalami krisis, " sahut count dari furu yaitu Jarwis.
" Tuan Jarwis, saya harap anda lebih baik diam demi kelanggengan hubungan anak kita, " balas marquis Aiden yang juga langsung membungkam count Jarwis.
" Saat Taiyoria datang kau hanya beruntung diberi fisik yang kuat dasar buruk rupa! Lagi pula lihatlah atas kedurhakaan keluargamu, kau justru menanggung azab mereka bukan? Mulai dari matinya seluruh keluargamu, gilanya anak lelakimu, dan matinya istrimu bukan? Kudengar dia seorang peneliti sihir gila hahahaha...! " cela archduke James.
Celaan archduke James memantik amarah Leo. Dia yang melipat tangan langsung bereaksi dengan mengangkat jari telunjuk kanannya. Seketika suhu ruang rapat langsung turun drastis. Ruang rapat yang awalnya panas dan pengap berubah dingin bahkan air di cawan-cawan yang ada di meja langsung membeku.
" Hawa ini? Bukankah musim dingin sudah lewat? Tak mungkin ada perubahan iklim seekstrim ini, " gumam raja Karl.
Tak lama mereka langsung dibuat kaget karena merasakan gelombang energi sihir dahsyat dibalik rasa dingin itu. Mata para anggota pertemuan langsung tertuju pada pengawal marquis Aiden yang memakai baju besi lengkap beserta helmnya.
" I-ini!? Evolusi elemen sihir sempurna!? " tanya pendeta Jeremus.
" Kau!? " mata raja Karl melirik tajam kearah Leo. Pria tua itu menyadari siapa dibalik baju besi tersebut.
Ada beberapa bangsawan yang mengetahui bahwa anak kedua marquis Aidenlah dibalik baju besi itu. Tetapi kebanyakan mereka hanya asal menebak saja.
" Turunkan jarimu! " perintah marquis Aiden pada Leo. Dia langsung menurunkan jarinya dan hawa dingin itu menghilang seketika.
" Tak kusangka, kau memiliki senjata sehebat itu marquis Aiden, " ucap raja Karl.
" Kekuatan kerajaan Gerelia sekarang bertumpu pada Valdia, Caspia, dan Kania. Jika kami melepaskan diri dan kalian justru memerangi kami, bukankah jelas siapa pemenangnya? Sekarang kalian sudah tahu kartu asku, apakah kalian masih mau menyetujui rencana Deusia? Ingat, jangan pernah macam-macam dengan Valdia. Kami adalah pedang bermata dua, kami bisa menjadi senjata yang membantu kalian tetapi juga bisa menjadi senjata yang membunuh kalian. Kuharap yang mulia memikirkan baik-baik. " gertak marquis Aiden.
Ruang pertemuan mulai hening kembali. Mereka semua menunggu keputusan raja yang sedang berpikir mencari solusi terbaik selama beberapa menit.
" Baiklah, jika bernaung kepada Deusia justru memecah kerajaan Gerelia, aku memutuskan untuk tidak jadi bergabung. Demi keutuhan Gerelia, aku menyatakan kerajaan ini hanya akan bergabung dengan aliansi Deus tetapi tidak dengan naungan Deusia. " ucap raja Karl yang disambut lega para bangsawan lainya.
Keputusan itu jelas tak sesuai keinginan pendeta Jeremus. Dalam hati dia terus mengutuk marquis Aiden, memang karena dialah Gerelia batal bergabung. Pendeta suci pun keluar dari ruang pertemuan dengan kesal lalu disusul oleh pangeran Theo dan beberapa bangsawan lainya.
" Sampai sini saja pertemuan kita. Kalian semua boleh meninggalkan ruangan kecuali marquis Aiden, aku ingin bicara empat mata denganmu. " perintah raja Karl.
Para bangsawan bersama pengawal merekapun bergantian meninggalkan ruangan termasuk Thalia dan Leo. Mereka kembali ke ruang istirahat dan meninggalkan ayah mereka.
***
Saat sampai di ruangan sebelumnya, Thalia langsung melempar badan ke ranjang. Dia merasa sebuah beban pikiran yang sangat berat seketika hilang setelah pertemuan.
" Fyuuuh..., Aku hampir tak bisa bernafas saat ayah berani mengatakan itu, " pungkas Thalia sembari mengatur napasnya.
Leo membuka helm dan membalas, " Cih aku masih tak terima dengan bangsawan-bangsawan itu. Mereka seenak hati menghina keluarga kita! "
Thalia memasang wajah masam. Dia langsung duduk dan memandang Leo. " Hey bodoh! Sudah hal biasa setiap pertemuan para bangsawan akan saling menghina. Gara-gara tindakanmu, sepertinya raja dan beberapa bangsawan sudah tahu identitasmu. Padahal aku sudah berkali-kali mengingatkan untuk menahan diri. "
Leo terdiam, Dia langsung duduk dengan kepala tertunduk di hadapan kakaknya.
" Hmmm diam sekarang? Bukankah ada kata yang harus ku dengarkan? " Thalia mengangkat dagu Leo menggunakan kaki kanannya.
" Ma-maaf kakak, " ucap lirih Leo.
" Waaaah...! " Thalia tiba-tiba memeluk adiknya itu. " Mendengar kata maafmu selalu meluluhkanku adikkuu...! "
" Bisa-bisanya aku punya kakak yang jatuh cinta dengan adiknya sendiri, " sindir Leo yang kesal karena dikerjai oleh kakaknya.
...Bak!...
Thalia memukul keras kepala Leo. " Siapa yang kamu maksud? "
" Lu-lupakan, " balas Leo mengelus kepala.
" Tugas kita sudah selesai. Kamu bisa pergi berkeliling kota. Untuk penjagaan selanjutnya Indra dan pasukan Yurei yang akan bertugas, " Thalia kembali berbaring.
" Kakak tidak ikut? "
" Aku harus mengurus pendaftaranmu di akademi Gerelia, "
" Apaaa!? Aku tak ada niatan bersekolah di sini! "
" Sebagai anak bangsawan, kamu harus mendapat gelar kesatria dari kerajaan. Walaupun kamu sudah lulus akademi kerajaan lain tetapi tetap saja kamu harus bersekolah lagi di sini. Tenang saja kamu akan langsung masuk ditahun kedua, jadi hanya 2 tahun sekolahmu di sini. Sayangnya, margamu masih menggunakan marga kakek. Jadi kamu akan dianggap siswa dari negeri lain bukan dari keluarga Valdius, "
" Hhhhhh bertahun-tahun aku bersekolah dan lulus, lalu sekarang harus sekolah lagi, " keluh Leo sembari menggaruk rambut pirangnya itu.
" Di akademi ibukota banyak siswi-siswi cantik, "
" Aku tak pedu–, "
" Selain anak bangsawan, para siswi-siswi cantik rata-rata anak para saudagar kaya raya yang kekayaanya tak habis tujuh turunan, "
" Oke aku mau bersekolah di sini! "
" Cih. Mengapa sifat ibunda yang mata duitan menurun kepadamu, "
" Tanyakan saja pada ibunda. Kalau begitu aku mau berkeliling, "
" Jangan sampai kamu memasuki tempat wanita-wanita penghibur atau akan kubunuh kamu! "
" Iya-iya aku paham. " Leo memakai helmnya lagi dan pergi keluar istana.
" Bunda, aku makin menyayangi anak laki-lakimu itu. Semoga yang ayah pilihkan tepat untuknya. " gumam Thalia memandang sang adik berjalan keluar ruangan.
^^^To be Continue^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Caramel to
Apa suatu saat para bangsawan berkonflik?
2022-06-18
0