#11# KASUS YANG TERBONGKAR

Di penghujung musim dingin, Valdia mulai kembali normal. Terutama jalur peziarah. Setelah penguasaan penuh oleh kemarquisan Valdia, para peziarah dari benua timur meningkat 3 kali lipat. Bahkan penginapan-penginapan di area kuil sampai di kota Valdia sendiri selalu penuh disewa para peziarah. Kondisi ini jelas menjadi keuntungan besar bagi kemarquisan Valdia.

Di bawah arahan Thalia dan Leo, Valdia mulai melakukan kerja sama perdagangan dengan pedagang-pedagang luar dan yang paling menguntungkan adalah kerja sama perdagangan dengan salah satu saudagar kaya raya dari kerajaan Singaraja. Atas bantuan saudagar itu, Valdia dapat menandatangani perjanjian dagang dengan kerajaan Singaraja. Perjanjian tersebut meliputi pertukaran barang di mana Valdia yang menghasilkan gandum, jagung, batu, dan besi ditukar dengan aneka ragam rempah-rempah yang dihasilkan oleh kerajaan Singaraja.

Jelas kerja sama yang terjalin sangat menguntungkan Valdia karena rempah-rempah sendiri adalah bahan-bahan langka dan sangat mahal di pasaran benua barat maupun timur. Berkat usaha Thalia dan Leo, keuangan kemarquisan Valdia beberapa bulan mendatang diprediksi akan kembali stabil bahkan diperkirakan akan bertambah 3 sampai 6 kali lipat.

Tetapi ada masalah besar yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk kemarquisan Valdia yaitu kasus penculikan. Walaupun Leo sudah mengirim banyak pasukan menyelidiki pintu rahasia yang pernah ditemukan oleh pasukan Yurei, tetapi belum ada yang bisa membuka segel di pintu itu. Bahkan Sely sendiri sampai kehabisan energi sihir saat berusaha membuka pintunya. Di sisi lain, kasus penculikan masih marak terjadi dan korban penculikanpun bukan hanya anak-anak dan wanita tetapi juga remaja laki-laki ikut menjadi korban penculikan.

Dalam kondisi kota Valdia yang mulai dipadati para peziarah dan pedagang membuat proses patroli divisi kepolisan sedikit sulit. Karena padatnya jalan-jalan di kota jelas akan membuat para anggota kepolisian susah membedakan pelaku kriminal dan warga sipil. Lonjakan pengunjung di Valdia membuat Leo terpaksa membagi pasukan Yurei menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama mencari petunjuk dan lokasi penculikan sedangkan kelompok kedua melakukan patroli dari atas-atas rumah para penduduk.

***

Pagi ini langit tertutup awan putih tebal yang menandakan akan turunya salju lagi. Di dalam istana, Leo dan Thalia disibukkan dengan kertas-kertas laporan yang harus mereka tanda tangani. Dan suara ketokan pintu terdengar dari luar ruangan sejenak menghentikan pekerjaan mereka berdua.

...Tok! Tok! Tok!...

" Masuklah, pintunya tidak dikunci, " ucap Thalia melanjutkan pekerjaanya lagi.

Pintu pun dibuka dari luar, ternyata Boris bersama marquis Aiden yang datang mengunjungi mereka berdua. Thalia langsung berdiri sedangkan Leo acuh dengan kedatangan ayahnya. dia terus melanjutkan penandatanganan laporan yang masih menumpuk di meja.

" Kalian berdua istirahatlah. Sudah 2 hari kalian di sini. Tugas penandatanganan itu serahkan kepadaku, " ucap marquis Aiden. Dia berjalan mendekati meja lalu mengambil secarik kertas laporan.

" Ayah baru saja pulih. Lebih baik ayah yang kembali istirahat biar aku dan kak Thalia yang menyelesaikan ini, " tandas Leo masih tak menghentikan pekerjaanya.

Marquis Aiden mengambil stampel di samping tangan kiri Leo. " Hmh kalian memang anak baik. Tetapi ini adalah tugasku sebagai marquis. Selama jabatan marquis masih melekat kepadaku, tak mungkin seluruh tugas ini harus kuserahkan ke anak-anakku. Sekarang istirahatlah, ini perintah dari marquis Aiden, "

Leo menaruh kertas laporan yang dia pegang lalu meninggalkan kursi duduknya, " Baiklah-baiklah. tetapi ayah jangan memaksakan diri. "

" Tenang saja, aku tak akan membuat kalian khawatir. Sekarang kalian berdua keluarlah biar aku dan Boris yang melanjutkan ini, " ucap penuh semangat pria bertopeng besi itu sembari mengoleskan tinta panas pada kertas laporan. Leo bersama Thalia keluar  dan memutuskan berkeliling kota untuk menghilangkan stres.

***

Di tengah jalan saat berkeliling, Leo dan Thalia melihat kerumunan orang mengepung toko milik saudagar kaya dari Singaraja. Kerumunan itu membuat mereka berdua penasaran dan menarik langkah mereka ke toko itu.

Melihat dua anak marquis Aiden menghampiri toko, para warga yang berkerumun menyapa sambil memberi jalan masuk untuk mereka berdua.

Leo memasuki toko itu dan melihat pria paruhbaya bersama istrinya sedang menata botol-botol berisi serbuk beraneka warna di rak toko. " Baru kali ini aku melihat banyak orang berkerumun di tokomu paman Aji, "

" Leo!? Thalia!? Tak kusangka kalian datang ke sini. Apa pekerjaan kalian sudah selesai? " sahut riang pemilik toko yang bernama Aji.

" Ayah memaksa mengambil alih pekerjaan dan menyuruh kami istirahat. Yah kebetulan saat kami berkeliling menjumpai toko paman yang ramai, " balas Thalia.

" Ahahaha..., Ya mereka menunggu produk baru dari kami, " sela istri Aji yang bernama Ranti.

" Produk baru? Maksud bibi serbuk-serbuk di botol itu? " Leo menunjuk botol-botol di rak toko. Karena toko milik Aji merupakan toko rempah-rempah dan Leo sedikit merasa aneh saat melihat yang ada di rak bukan tanaman rempah-rempah melainkan botol.

" Sebenarnya pengiriman rempah-rempah mentah dari kerajaan kami ke sini sangat merepotkan karena dari ratusan bahkan ribuan bahan yang kami bawa pasti banyak yang membusuk. Jadi, kami buatlah rempah-rempah itu menjadi bubuk karena bisa tahan lama, " jelas Aji.

" Jadi bubuk-bubuk itu adalah rempah-rempah? Wah...! Mengapa paman tidak memasarkan itu dari dulu? " Thalia sangat bersemangat mendengar penjelasan Aji. Sepintas di otaknya mulai terpikir ladang bisnis tentang bubuk rempah itu.

" Sebenarnya sudah satu tahun lalu kami mengubah rempah-rempah menjadi bubuk. Tetapi karena sering terjadinya badai di laut selatan membuat pengirimanya tertunda berbulan-bulan, " sela Ranti.

" Kudengar badai di sana hampir setiap minggu terjadi, " gumam Leo memegang dagu.

Aji menganggukkan, " Ya, karena itulah pengiriman sangat lama. Sebenarnya bisa saja kami ke arah samudra timur dan berlabuh di Hanaria. Tetapi perjalanan darat dari sana ke kota ini butuh waktu berbulan-bulan bahkan bisa satu tahun lebih. "

" Wajar saja. di sana belum ada jalan penghubung antar kerajaan dan masih banyak hutan dan rawa, " balas Leo.

" Hhhhhh karena itulah setiap mengirim barang, kami harus menunggu sampai badai reda. Oh ya, ini untuk kalian. " Aji memberikan sekarung kecil botol-botol berisi macam-macam bubuk rempah-rempah.

" Eh!? Paman yakin? Ini terlalu banyak loh, " sahut Thalia.

" Tidak apa-apa. Aku sudah menganggap kalian bagian keluargaku jadi memberi sesuatu ke anggota keluarga tak perlu dihitung sedikit atau banyaknya. Kudengar nona Melina akhir-akhir ini sering belajar masak bukan? Mungkin bahan-bahan ini bisa membantu melezatkan masakanya, " balas Aji yang langsung memberikan karung itu pada Thalia.

" Ahahaha paman tahu ternyata. Yah dia akhir-akhir ini selalu menghabiskan waktu di dapur bersama Sely. Dan makanan kami setiap hari dia yang memasakanya, " sahut Leo menggaruk kepala belakang.

Mereka berdua berbincang cukup lama dengan pemilik toko sampai-sampai lupa bahwa para pembeli mulai makin banyak mengerumuni luar toko. Karena tak ingin mengganggu lebih lama kegiatan Aji dan Ranti, mereka berdua berpamitan dan melanjutkan berkeliling kota hingga Sore hari.

Saat matahari hendak terbenam, Leo dan Thalia yang sedang meminum teh hangat di kedai yang tak jauh dari gerbang kota didatangi 4 orang anggota pasukan Yurei. Mereka membisikkan kepada Leo bahwa segel  di pintu rahasia yang ada di kanal sudah bisa dibuka.

Mendengar kabar itu Leo dan Thalia langsung menuju kanal. Dan benar di sana pintu itu telah terbuka.

" Apa kalian yang membukanya? " tanya Thalia kepada 50 pasukan yurei yang juga ada di tempat itu.

" Tidak nona. Sepertinya segel dipintu ini bukan segel permanen dan kebetulan malam ini sepertinya hari terakhir segel ini aktif. Banyaknya patroli di kanal membuat pelaku penyegel tak dapat memperbaharui segelnya, " ucap Kiran ( Ketua divisi 6 pasukan yurei sekaligus pemimpin kelompok dua di misi ini ).

Leo melirik kearah dalam pintu itu. Sejauh mata memandang, dia hanya melihat lorong sempit nan gelap.

" Baiklah kita maju bersama-sama. Dan jika ada jalan bercabang baru kita menyebar. " ucap Leo sambil mencabut belati dari sarungnya di pinggang.

Para pasukan Yurei menganggukkan kepala. Mereka pun mulai memasuki lorong gelap itu tanpa sepatah suara keluar dari mulut mereka. Siapa sangka selama 30 menit lamanya mereka terus berjalan dan hanya mendapati lorong sempit tanpa ujung.

" Mohon maaf tuan, sepertinya ada yang janggal di sini? " ucap Keanu ( ketua divisi 7 pasukan Yurei ) yang menyadari sesuatu.

" Ada apa Keanu? " tanya Leo.

" Sepertinya kita terjebak dalam sihir ilusi. Kita sudah berjalan lama di sini dan tak ada ujung sama sekali, " lanjut Keanu.

Ucapan Keanu mengejutkan semua yang ada di sana. Mereka masih tak percaya jika terkena sihir ilusi karena sihir ilusi sendiri merupakan sihir non elemen langka dan hampir tak ada manusia yang dapat menggunakanya karena pengaktifan sihir ilusi dapat menguras habis seluruh energi sihir jika hanya satu orang saja yang mengaktifkanya.

" Semua keluarkan energi sihir kalian! Jika memang ini sihir ilusi, dengan jumlah energi sihir kita yang banyak pasti bisa mendorong kekai ilusi sihirnya, " Leo menyentuh dinding lorong. Dia mulai memejamkan mata dan menyalurkan energi sihir ke tembok.

Hal serupa dilakukan oleh Thalia dan pasukan Yurei. Energi sihir yang masuk ke sela-sela tembok lorong mengeluarkan cahaya kuning lalu terdengar dentuman kecil. Dentuman itu ternyata adalah simbol sihir ilusi yang berhasil dipecah dan benar saja, lorong yang mereka lewati sebenarnya pendek dan ada ruangan besar di ujung lorong. Mereka semua memasuki ruangan itu. Namun, ruangan itu hanyalah ruangan kosong dan hanya ada beberapa piring bekas berserakan di sudut ruangan.

" Kita terlamba– " belum selesai Thalia berucap, Leo menemukan segel sihir di sisi kanan ruangan.

" Segel ini? Ini sepertinya hanya segel sementara. Mereka mencoba mengelabuhi kita dengan piring-piring yang sudah berdebu itu, " ucap Leo.

Thalia menyentuh lingkaran segel sihirnya. Hanya sedikit menyalurkan energi sihir, segel itu hancur lalu terbukalah pintu rahasia lagi. Dibalik pintu terdapat lorong yang tersinari cahaya obor di setiap meternya.

" Bagaimana kakak bisa membuka segelnya? " tanya Leo.

" Segel ini bukanlah segel suci dan bisa dibuka dengan energi sihir biasa, " jawab Thalia.

" Baiklah kalau begitu kalian semua bersiaplah! " Leo mengangkat belati lalu melangkah maju memasuki lorong disusul Thalia dan pasukan Yurei.

Saat hampir mendekati ujung lorong, samar-samar terdengar rintihan minta tolong. Leo langsung berlari menuju ujung lorong. Tak disangka di ujung lorong itu ada ruangan yang lebih besar lagi dan terdapat beberapa penjara yang berisi wanita dan remaja laki-laki. Mereka semua telanjang bulat dan sudah terkapar lemas di sel penjara.

" Apa-apaan ini!? " desis Leo yang memalingkan wajahnya. Dia tak sanggup melihat wajah para wanita-wanita itu.

Sedangkan Thalia dengan geramnya melihat yang terjadi, alih-alih menyelamatkan para tawanan justru dia berlari seorang diri mengejar para pelaku yang sudah kabur lewat lorong baru di ruangan itu. Tak ingin membiarkan kakaknya pergi seorang diri, Leo memerintahkan setengah pasukan Yurei yang ikut untuk mengejar Thalia.

" Keanu pergilah ke atas dan panggilkan pasukan kepolisian dan para tabib. Perintahkan mereka membawa air minum, makanan, pakaian, dan obat-obatan! " perintah Leo yang langsung dilaksanakan Keanu.

Leo juga memerintahkan para pasukanya membuka semua penjara dan memberikan jubah mereka pada tawanan karena para tawanan itu tak memakai sehelai kainpun untuk menutupi tubuh. Anak kedua marquis Aiden itu melihat satu per satu penjara yang sudah di buka dan langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita muda berambut biru seumuran Thalia memakai baju putih memeluk anaknya dengan raut wajah ketakutan.

Leo perlahan mendekatinya dan berjongkok. " Hei a-aku bukan orang jahat. Aku ke sini menyelamatkanmu dan anakmu, "

" Sudah ratusan kali aku mendengar kata-kata itu. Mereka selalu mengatakan ingin menyelamatkan kami tetapi sama saja akhirnya. Kami tetap menderita, " desis wanita itu.

" Aku Leonard von Valdius tak akan pernah melakukan hal semacam itu. Aku akan membebaskan kalian dari penjara ini dan hidup di luar, " ucap lembut Leo mencoba menyentuh pundak wanita itu.

Wanita itu makin erat memeluk anaknya. Dia sangat ketakutan saat akan disentuh Leo. " Le-Leonard? A-apa anda anak tuan Aiden? "

" Ya, karena itu jangan takut. Aku ke sini untuk menolongmu, "

Wanita itu mulai luluh lalu melepaskan pelukan anaknya. " Anakku, kita selamat. Orang yang selalu kita tunggu akhirnya datang, " bisik wanita itu pada sang anak dengan riangnya.

Leo mengambil sepotong roti yang kebetulan dia bawa di tas kecil belakang pinggang. " Ini makanlah. Kalian berdua tunggulah di sini. Para tabib sebentar lagi akan datang. "

Wanita itu langsung mengambil rotinya dan membagi dua dengan sang anak. Mereka makan roti itu dengan lahap sambil meneteskan air mata. Leo yang tak kuasa melihat akhirnya meninggalkan mereka lalu pergi menyusul sang kakak.

Tak berselang lama juga, Keanu bersama para tabib dan pasukan kepolisian membawakan berbagai makanan, minuman, pakaian, dan obat-obatan. Para tawanan yang merupakan korban penculikan menangis bahagia. Mereka bersyukur bisa keluar dari lubang penderitaan.

***

Leo menyusuri lorong yang sebelumnya dimasuki Thalia. Dia berlari di lorong itu hingga tiba di ruangan yang lebih besar dari sebelumnya. Saat hendak memasuki ruangan, Leo melihat bercak-bercak darah di dinding ruangan. Saat dia melangkah masuk, puluhan mayat dari pelaku penculik sudah tergeletak dengan kondisi mengenaskan. Tetapi, dia tak melihat keberadaan Thalia dan para pasukan. Dia hanya melihat lorong lain. Langkah kakinyapun mulai menerobos lorong itu.

Di lorong yang dilewati, dia melihat cahaya redup di ujung lorong yang sedikit menanjak. " Apa ini jalan keluar? " gumam Leo dalam hati sembari terus berlari menuju cahaya redup itu.

Benar seperti dugaan Leo, ternyata cahaya redup itu merupakan pintu keluar dari kanal yang dibuat oleh para pelaku penculikan. Ketika dia keluar, Thalia bersama pasukan Yurei sudah menangkap 60 pelaku penculikan di mana 2 diantaranya seorang mantan pendeta. Dan yang membuat Leo terkejut salah satu pendeta itu adalah pendeta yang sebelumnya melakukan pelecehan kepada Melina.

Melihat pendeta bejat itu, Leo langsung naik pitam. Dia merampas pedang salah satu anggota pasukan Yurei lalu berjalan mendekati pendeta itu.

" Leo para pela– " Belum selesai Thalia berucap, Leo tiba-tiba menghunuskan pedangnya ke leher pendeta. Pedang itu menancap tepat di leher pendeta.

...Jraaaak...!...

" Berdiri! " perintah Leo pada pendeta. Sambil mengerang kesakitan dan leher bercucuran darah, pendeta itu berusaha berdiri.

" Aku sudah mengampuni perbuatanmu sebelumnya. tetapi kau justru melakukan perbuatan yang tak kalah keji dari sebelumnya. Sekarang sudah tidak ada ampunan lagi bagimu. " desis Leo dengan tatapan tajam penuh kebencian. dia memutar pedang itu lalu menariknya dari leher pendeta.

Darah memuncrat dari leher sang pendeta dan membuatnya mati seketika. Thalia sangat terkejut dengan tindakan Leo. dia tak menyangka Leo berani membunuh orang. Thalia masih beranggapan trauma Leo belum hilang tetapi kenyataannya Leo membuktikan sendiri di depan matanya.

" Le-Leo? Apa yang kamu lakukan? " tanya Thalia.

" Aku punya dendam pribadi dengan pendeta ini. Kematianya adalah berkat kesalahanya sendiri tak perlu kakak pertanyakan. " jawab dingin pemuda rambut pirang tersebut sambil memberikan pedang yang dia bawa pada pemiliknya.

" Lalu apa yang akan kakak lakukan dengan para penculik ini? " lanjut Leo.

" Sebenarnya yang tuan bunuh itu adalah pemimpin mereka dan nona Thalia hendak mengintrogasinya, "

Thalia merepalkan tanganya lalu menjambak rambut salah satu pelaku. " Mereka adalah para penculik dari sindikat perdagangan manusia dari kerajaan lain. Mereka menjual para korban penculikan pada bangsawan maupun saudagar kaya. Korban wanita maupun remaja laki-laki dijadikan budak seksual, "

" Maaf aku malah membunuhnya. " ucap Leo.

" Lalu apa yang akan kakak lakukan dengan mereka? Apa kita eksekusi saja? "

" Hukuman mati terlalu ringan untuk mereka. Aku ingin para pelaku ini di kebiri dan dikirim ke penjara Isihogo. " jawab Thalia.

Saat mendengar Isihogo Leo dan pasukan Yurei sedikit merinding. Penjara Isihogo sendiri adalah penjara di pulau Isihogo wilayah count dari Kania di sebelah barat Valdia. Penjara Isihogo merupakan penjara nereka di mana para pelaku pelecehan seksual dan penculikan merupakan kasta terendah di sana. Biasanya para pelaku pelecehan akan diperlakukan sangat tidak manusiawi dan cenderung diperlakukan kejam oleh penjaga maupun tahanan lainya.

Para pelaku penculikan yang mendengar usulan Thalia banyak yang mencoba memberontak dan melarikan diri. Tetapi semua sia-sia karena di sekeliling mereka bukanlah pasukan biasa merupakan pasukan khusus yang kemampuanya di atas rata-rata.

" Kita kecolongan dengan adanya pintu rahasia ini yang mengarah langsung ke barat kota. Entah mengapa aku tak terpikirkan jika kanal bawah tanah bisa menjadi markas para penjahat, " gumam Leo memandangi pintu keluar yang sebelumnya dia lewati.

" Kita harus menambah jumlah patroli di dalam kanal. Kalau begitu sebaiknya kita segera kembali, " sahut Thalia.

" Kita lewat kanal saja kak. Jika lewat depan kota sepertinya terlalu mencolok dan takutnya bisa membuat kehebohan yang tak perlu, "

" Kamu benar. Baiklah kalian bawa para pelaku itu! Kita kembali lewat kanal. " perintah Thalia.

Mereka membawa para pelaku melewati kanal dan hanya meninggalkan beberapa pasukan Yurei untuk berjaga-jaga. Saat melewati ruangan tempat para korban penculikam sebelumnya dipenjara. Para korban melampiaskan amarah mereka dengan memukuli para pelaku. Bahkan ada satu pelaku yang akhirnya tewas karena ditusuk lehernya oleh  salah satu korban. Leo maupun Thalia tak dapat melarang karena memang kejahatan para pelaku pada korban lebih keji.

Para korban penculikan wanita maupun laki-laki di perjual belikan dan hampir setiap hari mereka diroda paksa oleh orang-orang bejat. Mereka hanya diberi makanan-makanan basi saja setiap hari dan yang lebih kejinya para korban remaja laki-laki disuruh minum air kencingnya sendiri.

" Mamaaa...! Mamaaa...! " teriakan seorang anak kecil menghentikan langkah Leo dan Thalia. Mereka berdua kembali ke ruangan tadi dan melihat seorang anak perempuan berambut biru menangisi ibunya yang terkapar dengan darah yang keluar membasahi pahanya.

Thalia berlari menghampiri wanita yang sebelumnya ditolong Leo. Dia mengambil sapu tangannya lalu membersihkankan darah di paha wanita itu. " Tabib! Segera hentikan pendarahanya! " teriak Thalia.

3 tabib langsung datang menghampiri. Mereka menggunakan sihir penyembuhan dan meminumkan ramuan obat tertentu untuk menyembuhkan wanita itu. Tetapi takdir berkata lain. Karena banyaknya darah yang keluar akhirnya membuat wanita itu meninggal karena kehabisan darah. Sedangkan anaknya langsung menangis histeris melihat sang ibu sudah tiada. Thalia sendiri menutup mata. Dalam hati dia sangat geram dengan para pelaku dan jika tak menahan diri mungkin Thalia sudah membunuh para pelaku sedari tadi.

Melihat anak dari wanita itu yang terus menangis, sifat keibuan Thalia muncul. Dia memeluk dan mencoba menenangkan anak itu seperti anaknya sendiri. Namun anak itu tetap tak bisa tenang. Dengan terpaksa Thalia menggunakan sihir penidur untuk menenangkannya. Sedangkan mayat wanita itu bersama para korban yang lain langsung dibawa keluar setelah keadaan mereka mulai membaik. Sedangkan para pelaku dipenjara sementara di bawah istana Valdia dengan pengawalan sangat ketat agar saat keluar dari kanal, para penduduk tak berani mendekat dan membuat kerumunan.

Setelah beberapa jam dibebaskan, tak sedikit para korban wanita yang mengalami pendarahan dan satu per satu dari mereka akhirnya meninggal. Karena tak ingin memancing kerumunan di kota, Thalia memutuskan memakamkan para korban di taman istana.

***

Keesokan harinya, Boris mengumumkan bahwa pelaku penculikan telah ditangkap dan para korban sedang berada di istana. Boris juga mengatakan bahwa penduduk yang merasa anggota keluarganya diculik untuk segera menjemput mereka di istana.

Setelah pengumuman itu, satu per satu keluarga korban datang menjemput mereka di istana. Sedangkan keluarga korban yang telah meninggal hanya bisa menangisi anak-anak mereka. Para keluarga korban juga menuntut hukuman yang sepadan untuk para pelaku dan mereka ingin langsung menyaksikan hukuman yang akan diberikan kepada.Karena paksaan para keluarga korban, Thalia yang awalnya ingin melakukan hukuman secara diam-diam akhirnya terpaksa melakukan hukuman di halaman istana dan disaksikan para keluarga korban penculikan.

Puluhan pelaku yang sudah ditelanjangi dibariskan berderet-deret dengan tangan dan kaki terikat di sebuah tiang yang sudah disiapkan. Mereka semua mendapatkan hukuman 100 cambukan dan hukuman pemotongan alat kelamin.

Tepat saat tengah hari, hukuman dimulai. Di teriknya matahari siang, jeritan, tangisan, maupun erangan terdengar silih berganti di istana. Para pelaku benar-benar mendapatkan siksaan yang ganas oleh para eksekutor. Mereka dicambuki hingga berdarah-darah ditambah alat kelamin mereka yang dipotong secara sadar. Jelas mereka merasakan rasa sakit yang amat luar biasa dan itu sebanding dengan perbuatan mereka.  Korban dan juga keluarganya bahkan diizinkan untuk ikut mencambuk demi balas dendam mereka.

Hukuman itu selesai saat matahari tenggelam. Para pelaku langsung diobati oleh para tabib tetapi tak sedikit dari pelaku yang mati karena kehabisan darah. Sisa-sisa para pelaku langsung diangkut dengan kereta kuda lalu dibawa menuju penjara Isihogo. Ya, setelah mendapatkan hukuman di Valdia, mereka akan mendapatkan hukuman lagi di penjara itu.

Ini adalah kali pertamanya kemarquisan Valdia melakukan eksekusi hukuman yang kejam. Kemarquisan Valdia memiliki hukum tersendiri bagi para pelaku pemerkosaan dan penculikan. Hal ini tak terlepas dari usulan Thalia demi keamanan kaum wanita di Valdia. Marquis Aiden sendiri menyutujui usulannya karena dengan hukuman yang kejam untuk pelaku pemerkosaan dan penculikan bisa dapat membuat mereka jera dan yang hendak melakukanya mengurungkan niat.

Berita tentang kasus penculikan yang telah terselesaikan langsung tersebar ke seluruh wilayah Valdia. Mereka sangat bahagia dan sangat mendukung hukuman kejam bagi para pelaku walaupun ada protes dari  para menteri kerajaan Gerelia. Terungkapnya kasus ini sekaligus menaikan lagi kepercayaan penduduk pada kemarquisan.

^^^To be Continue.^^^

Terpopuler

Comments

Reza Acherman

Reza Acherman

wah wah ada pemerkosaan juga

2022-06-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!