Di senja hari, Leo keluar menuju taman istana yang berada tepat di timur istana. Taman itu dahulu dibuat atas gagasan Yukari. Sebuah taman indah dimana berbagai macam jenis bunga tertanam disitu. Setelah kematian Yukari, marquis Aiden memeperluas area taman dan memakamkan Yukari di tengah taman. Makam Yukari dikelilingi oleh berbagai macam bunga dari berbagai tempat.
Leo berkeliling mencari makam sang ibu, tak lama ada seorang prajurit yang menunjukkan dimana letak makamnya yang berada di tengah taman. Leo berlari menuju tengah taman, ia melihat batu nisan bertuliskan nama ibunya. Nisan itu dilingkari berbagai macam tanaman berbunga yang indah dan mulai berguguran.
Leo menjatuhkan diri di hadapan makam ibunya. Ia memeluk batu nisan sang ibu sambil meneteskan air mata.
" Akhirnya kita bertemu bunda. Maafkan aku yang tak ikut mengantarkan bunda ke peristirahatan terakhir. "
Leo menceritakan semua kisah hidupnya kepada batu nisan itu. Dalam hati yang hancur melihat makam ibunya, Leo berusaha membayangkan bahwa ibunya masih berada disampingnya sembari terus bercerita. Ia bercanda, tertawa, dan sesekali menangis saat bercerita.
Hingga malam tiba, Leo masih terus bercerita walaupun Boris dan beberapa pasukan sudah mencoba mengajak Leo untuk masuk ke istana karena suhu malam hari sangat dingin. Tapi Leo tak menggubrisnya, ia terus bercerita kepada makam sang ibu.
Malam semakin larut, suara Leo yang bercerita terus terdengar di taman. Bahkan sampai terdengar ke kamar marquis Aiden. Saat menengok jendela, marquis Aiden tak kuasa menahan tangis melihat anaknya yang sangat merindukan Yukari. Ia merasakan betapa menderita dan kesepianya Leo karena saat ia pergi ke Taiyoria, hanya Yukari yang terus mendukungnya dan terus berada disampingnya. Tepat tengah malam, Leo mengakhiri ceritanya. Ia berpamit di makam sang ibu dan berjanji akan kembali lagi besok.
Leo memasuki Istana dengan hati hampa dan sepi sebagaimana yang selalu ia rasakan di Taiyoria setelah kepergian Yukari. Dia berjalan menuju kamar sambil memasang wajah penuh kekosongan karena rasa sepi di hati. Ketika sampai pintu kamar, Melina menarik baju Leo dari belakang yang membuat Leo sedikit terkejut.
" Kakak! " sapa Melina dengan sangat lirih.
Leo membalik badan, lalu mengusap kepala Melina, " Ini sudah larut malam, kenapa kamu belum tidur? "
" Apa boleh aku tidur dengan kakak malam ini? "
Mendengar permintaan sang adik, awalnya Leo ingin menolak tapi ia teringat sore tadi saat ia melihat tangan Melina yang gemetar. Dia tersenyum dan memegang pundak Melina, " Baiklah, mari ke kamarku. "
Setelah memasuki kamar, Leo langsung mengunci kamarnya.
" Melina, tidurlah di ranjangku. Biar aku tidur di kursi sa–, " belum selesai Leo bicara, Melina langsung memeluk Leo dalam kondisi badan gemetar.
" Me-melina? Ada apa sebenarnya? Mengapa seluruh badanmu gemetar? "
" Kakak, aku takut! " Melina menangis dipelukan Leo.
Leo mengusap punggung Melina untuk menenangkanya, " Apa yang kamu takutkan? Tidak ada yang akan melukaimu di istana ini. "
" Aku sudah merahasiakan ini sejak lama karena aku tau hanya kak Leo yang bisa menolongku. Aku terus berdoa kepada dewi Grecia dan Cilia agar kakak segera pulang. Aku bersyukur kedua dewi mengabulkan doaku, "
" Tu-tunggu Melina, apa yang terjadi. Ceritakan padaku, "
" Kakak, aku tak ingin diobati oleh pendeta Deusia itu lagi! "
" Pendeta Deusia? Apa yang dia lakukan pada adikku? "gumam Leo lirih.
" Pendeta itu dipekerjakan ayah untuk menyegel kekuatan kegelapanku setiap bulan, " sambung Melina.
Memang Sihir elemen kegelapan yang tak bisa dikuasai adalah sebuah penyakit bagi pemiliknya. Karena itu, setiap bulan jika tak disegel, kekuatan itu bisa meluap dan membunuh pemiliknya. Sihir suci penyegelan adalah satu-satunya sihir penyegel yang ada di dunia. Sihir ini adalah sihir non elemen yang langka karena untuk mendapatkanya, mereka harus mendapat restu langsung dari dewi Grecia atau Cilia. Karena itu, para pengguna sihir ini kebanyakan dari kalangan pendeta dan jumlah mereka tergolong sedikit.
" Sihir penyegel ya? Lalu apa yang membuatmu takut? Bukankah sihir itu tak menyakitkan? "
" Kakak, pendeta itu setiap mengobatiku selalu melecehkanku, "
Jawaban Melina sontak membuat Leo langsung merepalkan kedua tangan dan matanya menyorot tajam.
" Apa!? Siapa yang berani menyetubuhimu!? "
" Tidak kak, dia tak sampai menyetubuhiku. Hanya saja dia selalu meraba pahaku dan sesekali menjilatinya. Ia mengatakan bahwa itu adalah ritual penyegelan. Aku awalnya mempercayai saja, tetapi beberapa bulan ini saat kondisi ayah melemah, ia mulai berani meraba lebih dalam dan beberapa kali mencoba menidurkanku dengan obat penidur yang ia campurkan pada minuman, "
Leo melepaskan pelukan Melina lalu berlutut dan memegang kedua tangan adiknya, " Melina mengapa kamu tak langsung mengadukan pada ayah atau kakak Thalia? Aku tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, tetapi kenapa kamu justru hanya diam sampai sekarang? "
" Hubungan keluarga kita dengan kerajaan Deusia sudah buruk kak. Aku tak ingin memberitahu ayah karena dia pasti murka dan aku takut ayah justru akan menginvasi kerajaan Deusia. Dan jika aku mengadu ke kakak Thalia, dia justru akan melakukan tindakan yang lebih kacau dari ayah. Karena itu aku menunggu kakak Leo karena aku yakin kakak Leo pasti bisa membantuku, "
Leo menghela nafas mencoba menahan dirinya walaupun ia sangat geram dan ingin menghukum pendeta yang berani melecehkan adiknya itu. " Lalu, kapan dia akan mengobati–, "
...Tok! tok! tok!...
perkataan Leo tiba-tiba disela oleh ketukkan pintu kamarnya.
" Siapa itu? " tanya Leo
" Saya adalah pendeta Deusia yang ingin mengobati nona Melina tuan, " ucap seseorang dari luar kamar.
Melina langsung memeluk Leo lagi dari belakang. Badanya tak henti gemetar karena saking takut akan kedatangan pendeta itu. Leo melepaskan pelukan Melina lago dan ia berbalik ke belakang,
" Melina tenang saja. Biarkan dia mengobatimu untuk terakhir kali ini, kakak punya rencana. Percayalah pada kakak. "
Melina menganggukkan kepala dan duduk di ranjang Leo. Sedangkan Leo membukakan pintu kamarnya dan terlihatlah seorang pria berambut ikal memakai jubah hitam berlambang matahari berdiri dibalik pintu.
" Oooh, jadi anda tuan Leonard yang dibicarakan para penduduk itu. Sangat beruntung sekali saya dapat bertemu dengan anda malam ini, " ucap ramah pendeta itu sembari membungkukkan badan.
" Apa kau ingin mengobati adikku? "
" Ya tuan, karena ini akhir bulan, saya harus menyegel kekuatan kegelapan nona Melina lagi. Kalau boleh, saya ingin mengajak nona Melina untuk ke kamarnya, "
" Tidak perlu. Bukankah lebih baik kau mengobatinya di kamarku? Adikku ingin tidur denganku malam ini, "
" Oooh begitukah? Baiklah tuan, kalau begitu saya akan mengobati nona disini. Tetapi, saya mohon maaf karena sihir suci penyegelan membutuhkan kosentrasi tinggi dan mohon maaf sekali, tuan Leonard harus menunggu diluar kamar demi keberhasilan penyegelan ini, "
Leo menengok Melina beberapa saat, " Baiklah, aku akan menunggu diluar. "
Ucapan Leo mengejutkan Melina. Diiringi raut wajah penuh ketakutan, Melina menggelengkan kepala seolah tak mau ditinggal Leo. Ia mulai berprasangka buruk bahwa Leo tak menyayanginya. Gadis itu pun pasrah dan sangat kecewa kepada sang kakak.
Pendeta itu tersenyum kecil lalu memasuki kamar beberapa langkah, " Bolehkan saya kunci kamar anda tuan? Saya tak ingin ada yang mengganggu pengobatan ini? "
" Silahkan. " jawab Leo santai.
***
Pendeta menghampiri Melina di ranjang dan berkata, " Nona Melina berbaringlah. Mari kita mulai penyegelanya. "
Dengan raut wajah pasrah, Melina berbaring di ranjang. Pendeta mulai menyentuh kedua kaki Melina dan kedua tangan Melina. Tanpa disadari Melina, pendeta itu sebenarnya telah menggunakan sihir pelumpuh di kedua tangan dan kakinya.
Pendeta juga menyodorkan air minum yang ia bawa sebelumnya kepada Melina, " Nona minumlah ini untuk memperlancar proses penyegelan. "
Melina tanpa rasa curiga langsung memimumnya. Setelah meminum air itu, Melina mulai tak kuasa menahan rasa kantuk. Dia menyadari bahwa minuman itu sudah diberi obat tidur, tetapi obat tidur kali ini berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Karena jika obat tidur yang sebelumnya, Melina masih bisa menahan kantuk, kali ini gadit berambut merah pendek itu benar-benar tak bisa menahanya. Dan tanpa sepatah kata, Melina akhirnya tertidur pulas.
" Hihihi...! Tidurlah yang nyenyak nona. Biarkan aku menikmati tubuhmu malam ini, " bisik pendeta diiringi tawa kecil penuh nafsu.
Pendeta itu perlahan membuka lebar kedua kaki Melina dan mulai meraba pahanya. Ia juga menjilati kedua kaki Melina lalu menjilat hingga paha. Sesekali mengendus bagian dalam Melina.
" Hhmmp! Haaah! Bau nona Melina memang sangat enak. Aku tak sabar menikmatinya. Untung saja putra marquis Aiden itu bisa kubodohi. Malam ini aku bisa memiliki nona Melina seutuhnya hihihi! " gumam pendeta sambil terus mengendus-endus bagian bawah Melina.
Ia kembali menjilati kaki hingga paha Melina hingga saat ia hendak melepas ****** ***** Melina, sebuah tangan tiba-tiba mencengkram leher pendeta itu dari belakang. Dengan wajah terkejut, pendeta itu langsung menengok kebelakang. Dan siapa sangka, Leo sudah berada dibelakangnya dengan memasang wajah penuh amarah.
" Ba-bagaimana bisa kau berada dibelakang!? " teriak panik pendeta yang beberapa saat melirik ke arah pintu kamar yang masih terkunci rapat.
" Jadi seperti ini yang kalu lakukan pada adikku? " desis Leo dengan raut wajah murka. Ia mulai mencengkram baju pendeta dan mengangkat tubuhnya dari ranjang. Pendeta itu ketakukan bukan main. Ia mulai menangis dan tiba-tiba mengompol.
" Setelah mencoba menodai adikku, sekarang kau berani buang air di kamarku? Apakah semua pendeta Deusia semenjijikkan dirimu? " ucap Leo menggertakkan gigi beberapa kali.
" Ma-maafkan saya tuan! Saya khilaf, saya dikuasai hawa nafsu! Maafkan saya! " rengek pendeta itu.
Leo melepaskan cengkramanya dan pendeta jatuh tersungkur di genangan air seninya sendiri. Ia langsung bersujud dihadapan Leo merengek memohon ampun.
" Sudah berapakali kau melakukan ini? "
" Sa-saya hanya sekali ini tuan? "
...Sriiiing...!...
Leo mencabut pedangnya lalu menodongkan ke leher pendeta, " Jangan coba-coba berbohong padaku. Melina sudah mengatakanya bahwa kau sering meraba pahanya dan beberapa bulan terakhir berani menggunakan obat tidur. "
" Ta-tapi obat yang saya tuangkan tak berhasil menidurkan nona Melina. Da-dan saya tak sampai menyetubuhinya tuan, "
Leo semakin geram, ia mulai menempelkan bilah pedang yang dingin itu ke leher pendeta hingga lehernya keluar darah karena sedikit tergores. " Kau sudah berani menyentuh tubuh suci adikku, dan masih mencoba mengelak? Dasar pendeta Deusia bejat! "
Amarah mulai meracuni pikiran Leo. Ia mengangkat pedangnya dan hendak memenggal kepala pendeta.
" He-hentikan ka-kak! " Melina tiba-tiba terbangun dan mencoba bangkit walau rasa kantuk berat terus ia rasakan. " Ji-jika kakak membunuhnya atau melukainya, itu bisa memperburuk hubungan keluarga kita dengan Deusia, "
" Be-benar kata nona Melina. Jika tuan sampai melukaiku atau membunuhku, sudah pasti pendeta suci Deusia tak akan tinggal diam, " pendeta mencoba membela diri setelah mendengar perkataan Melina.
Leo langsung menghentikan tindakan. Ia membuang pedangnya dan berkata, " Pergilah! Jangan pernah kau tunjukkan wajahmu itu lagi di depanku! Jika aku melihatmu lagi dilain waktu, maka aku tak segan menghabisimu! "
Dengan rasa takut melihat tatapan Leo, pendeta itu lari terbirit-birit keluar dari kamar dan istana Valdia.
" Ka-kak apakah aku sudah tidak suci? " rintih Melina menundukkan kepala.
Leo tak menjawab, ia pergi ke kamar mandi dan mengambil seember air serta handuk kecil. Lalu ia mendekati Melina yang mulai menangis karena ia menduga kesucianya telah direnggut sang pendeta.
" Kamu tetap suci, kakak berhasil mencegah pendeta itu sesaat setelah kamu tidur, " Leo membasahi handuk itu dan membilas paha serta kaki Melina.
Melina merasa lega dan sedikit tersipu malu karena pahanya dibersihkan oleh Leo. " Bagaimana kakak bisa masuk kesini? Padahal pendeta sudah mengunci kamar kakak dan kakak berada diluar. "
" Yang keluar adalah bayanganku dari sihir angin. Sejak awal aku ada disini dan menggunakan sihir pelebur jiwa, "
Sihir pelebur jiwa adalah sihir elemen angin tingkat kaisar dimana pengguna dapat menghilangkan tubuhnya dan meleburkanya menjadi udara. Sihir ini dapat bertahan selama energi sihir pengguna belum habis. Sedangkan sihir bayangan adalah sihir ilusi non elemen yang bisa menciptakan clone penggunanya. Sihir ini juga hanya dapat dikuasai jika sudah di ranah kaisar.
" Aku pikir kakak meninggalkanku dan membiarkan pendeta itu menyetubuhiku, "
Leo menaruh handuknya ke ember dan mendekati Melina lalu mengusap kepalanya. " Mana mungkin aku menyerahkan tubuh suci adikku ke orang bejat seperti dia, "
" Lalu siapa yang akan menggantikanya untuk mengobatiku? Batas waktuku tersisa 10 hari lagi, "
" Kamu tenang saja, kakak akan mencari penggantinya dan kali ini bukan orang yang bejat seperti dia lagi. Sekarang tidurlah, "
Melina menarik tubuh Leo dan mengajaknya berbaring bersama.
" Melina!? " kejut Leo.
" Aku ingin tidur di pelukan kakak malam ini. Anggap saja sebagai rasa terimakasihku untuk kakak. Kuyakin kakak disana tidak pernah tidur dengan seorang gadis bukan? " bisik Melina sambil tertawa kecil.
Wajah Leo memerah, ia tersipu malu oleh bisikan mesra adiknya sendiri. " Ti-tidur saja dulu, aku harus membersihkan bekas air kencing si pendeta itu di lantai. " jawab Leo gugup. Ia kembali berdiri dan membersihkan bekas air kencing pendeta.
Melina hanya tertawa kecil melihat ekspresi sang kakak. Selain itu ia lega karena sekarang ada orang yang benar-benar bisa melindunginya.
^^^To be Continue.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Egaega
Lolololo 😂 Leo
2022-07-24
2