Pemaksaan kehendak.

Bordeaux tampak panik seketika saat melihat kepulangan putri pertama Siclandus, dengan didampingi Daniel bersama. Wajah tampan pria keturunan Masson itu, sangat menakutkan bagi Gabriel, saat berhadapan dengan laki laki yang berdiri tegap dihadapannya.

"Apa yang kamu lakukan selama di Marseille? Dimana Solenne? Kenapa kamu tidak membawanya kembali ke kediaman kita?" Siclandus membentak sang putri, karena perbuatan yang sangat memalukan.

Luisa menatap kearah Siclandus, agar tidak terlalu keras pada putri mereka.

"Pangeran, Gabriel bersedia untuk menikah denganku. Solenne dan Gabriel, setidaknya memiliki wajah yang hampir mirip. Saya ingin menikahinya segera, sebelum seseorang merebut kembali seperti Solenne."

Daniel seperti tengah meratapi kisah cintanya, yang kandas oleh seorang pria yang telah menghajar wajah tampannya.

Sontak Siclandus tidak terima pernyataan Daniel, saat mendengar putri ke-duanya dibawa oleh seorang pria.

"Cari pria yang membawa putriku. Bawa dia kehadapanku, dan habisi keluarganya," Siclandus memberi perintah kepada para Petrus dan Joshua yang lebih dulu sudah kembali ke Bordeaux.

Petrus membisikkan sesuatu ketelinga Siclandus, membuat sang pangeran terduduk dengan wajah memerah.

"Apakah dia putra Pierre Boulanger? Oooogh Luisa, putri bungsu ku jatuh hati pada anak pembuat roti di Marseille," Siclandus semakin merutuki dirinya sendiri.

Gabriel sedikit terkejut mendengar nama Pierre Boulanger pemilik toko roti.

Gadis itu berusaha mengingat tentang pesanan sekolah mereka, beberapa waktu lalu, saat berhadapan dengan pria paruh baya itu, mengantarkan pesanan mereka.

"Apakah Thustan Boulanger yang menghabiskan waktu bersama Solenne pagi tadi?" Gabriel mencoba mengingat semua kejadian.

Seketika tangan Siclandus, menarik paksa putri pertamanya, mengurungnya dikamar tanpa jendela yang berada dilantai dua.

"Papi...!"

"Aku akan menerima Daniel, jangan lakukan ini padaku!"

Teriak tangis Gabriel terdengar jelas di istana mereka.

Siclandus membentak keras, membuat putri pertamanya terdiam. Air matanya, mengalir deras, meratapi nasib buruk yang akan dia terima, jika menikah dengan pria arogan seperti Daniel.

Seluruh pengawal dan pelayan berjaga jaga, sesuai perintah Pangeran Siclandus.

"Jangan biarkan dia keluar, hingga pernikahannya dengan Daniel terlaksana. Atur semua dengan cepat. Aku tidak ingin kehilangan calon menantu, yang merupakan seorang bangsawan," Siclandus menatap lekat wajah pengawal dan pelayan bergantian.

"Baik Pangeran," tunduk mereka bersamaan memberi hormat.

Siclandus berlalu, menuju kamarnya, meraih handphone miliknya, menghubungi Pierre melalui pesan, mengundang sahabat lamanya untuk datang ke istana kerajaan mereka.

"Aku yakin, ini akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir, bagi putranya untuk terus bersama dengan Solenne. Tidak seorangpun, yang akan tahu, bagaimana aku akan bertindak," Siclandus bergumam dalam hati, membayangkan kehancuran perasaan putra sahabatnya Pierre Boulanger.

.

.

Di tengah kota Marseille Prancis, sudah hampir satu minggu putri ke-dua Siclandus, berada dikediaman Pierre Boulanger.

Pierre menerima pesan dari Siclandus, tentu disambut baik oleh pria paruh baya itu. Bergegas dia naik kelantai atas untuk memberi kabar kepada putra kesayangan. Namun, kamar Thustan terkunci.

Anelle menatap kearah suami tercinta, "semenjak gadis itu berada disini, putramu semakin sering menghabiskan waktu bersamanya."

Pierre tertawa, "apa kamu merasa cemburu? Melihat mereka selalu berdua sayang?"

Anelle menatap kesal kearah Pierre, "justru lebih baik putraku berada dirumah, jadi aku merasa aman. Tidak terancam karena dunianya lebih berbahaya."

Pierre tersenyum senang, setidaknya mereka melihat rona bahagia diwajah putranya.

"Aku menerima undangan dari sahabatku, bagaimana kita menghadiri acara pernikahan putri kesayangannya?"

Pierre memperlihatkan pesan pada Anelle.

"Hmm, apakah kita akan pergi bersama Thustan dan Solenne? Aku yakin mereka hanya membiarkan kita untuk menemui sahabatmu," Anelle mengangguk, berlalu meninggalkan Pierre menuju kamar mereka.

Tentu pria paruh baya itu menyusul sang istri, namun seketika,

Duuaaar... duuaaar...

Sebuah ledakan terdengar sangat dahsyat dari kamar Pierre dan Anelle.

_________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!