Thustan melepaskan semua kekesalannya pada pria yang merebut paksa gadisnya, dari apartemen. Kedua pria tampan itu benar benar beradu otot dipinggir jalan, saat pengawal Daniel mencari keberadaan Gabriel kedalam sekolah.
Wajah mereka berdua babak belur, saat Gabriel keluar dari lingkungan sekolah, mendekati kedua pria yang menjadi pusat perhatiannya dari kejauhan.
"Berhenti....!"
"Berhenti...!" teriak Gabriel melerai keduanya.
Thustan menatap lekat wajah Gabriel, begitu juga dengan Daniel dan para pengawal.
"Dia mencuri gadisku!" Thustan meminta pembelaan dari Gabriel.
Gabriel menatap lekat kearah Daniel, "dimana Solenne! Dimana adikku..!"
Terdengar suara ketukan dari dalam bagasi mobil milik Daniel oleh Gabriel.
"Buka pintu bagasi ini, atau aku akan melaporkanmu kepada pihak tertinggi kerajaan!" Gabriel mengancam.
Sontak Daniel mendengus kesal, melakukan semua perintah Gabriel. Meminta para pengawal untuk melepaskan tunangannya.
Bagasi mobil terbuka lebar, Thustan membantu gadisnya untuk segera keluar dari mobil milik pria keturunan bangsawan itu.
Solenne memeluk Thustan.
Namun Daniel menarik tangan tunangannya dengan sangat kasar.
Plaaaak,
Tangan kekar Thustan mendarat tepat dikepala Daniel, membuat tubuh pria itu goyang seketika.
"Pantas saja Solenne menolak untuk menjadi bagian dari kehidupan mu, Tuan. Kau tidak lebih dari seorang pecundang. Jika kau ingin bermain denganku! Aku tunggu..! Permisi."
Thustan membawa Solenne, sementara Gabriel mengancam mereka agar tidak mengejar adiknya.
"Aku akan ikut denganmu! Aku bersedia menikah denganmu!" Gabriel mengabaikan keselamatan diri sendiri, demi menyelamatkan adik satu-satunya.
Tentu disambut tawa oleh Daniel, "baik, aku sangat menyukai wanita dewasa sepertimu, Nona. Setidaknya kau lebih baik daripada Solenne."
Tawa Daniel masih menatap tajam kearah Thustan dan Solenne.
Daniel menarik kasar tangan Gabriel, agar memasuki mobilnya, sementara pria picik itu, meminta pengawal untuk menghabisi Thustan dengan cara berbeda.
Mereka berpisah, menuju Bordeaux, kediaman Siclandus.
.
.
Thustan membawa Solenne kekediaman keluarganya, untuk melindungi gadis itu dari ancaman diluar sana, yang sewaktu waktu dapat mengancam keselamatan sang putri ke-dua.
Anelle dan Pierre terlonjak kaget, saat melihat putranya membawa seorang wanita kerumah mereka.
Dilantai atas kediaman keluarga harmonis ini, tampak seperti kebingungan, saat mendengar penjelasan dari putranya, mengenai status Solenne.
"Apakah kita akan ikut terancam? Jika dia tinggal bersama kita disini?" Anelle sedikit ragu untuk menerima kehadiran Solenne.
"Aku akan mengurus semuanya. Bagaimanapun dia akan tenang jika berada disini bersama kita, Mi. Aku harap, Mami mau menerima dia untuk sementara waktu," Thustan seraya memohon.
Anelle menarik nafas dalam, mengangguk setuju, menatap kearah Pierre.
"Bagaimana denganmu sayang? Apakah kamu tidak keberatan gadis itu tinggal bersama kita disini? Aku hanya khawatir, saat kamu aktif dinas, justru akan mengancam keselamatan kami disini," Anelle mengungkapkan kekhawatirannya, diangguki setuju oleh Pierre.
Thustan sangat mengerti bagaimana kedua orang tuanya, dia hanya berusaha meyakinkan, bahwa semua baik baik saja.
Akhirnya, Anelle dan Pierre mengangguk setuju, setidaknya bisa menemani saat putra kesayangan pergi meninggalkan mereka dalam jangka waktu cukup lama.
Solenne yang masih berada didalam kamar Thustan, tidak ingin merusak suasana keluarga terlihat ragu menerima kehadirannya karena dia merupakan seorang putri Kerajaan Bordeaux.
Seketika Pierre mengingat sesuatu, saat mendengar nama Siclandus disebut oleh putranya.
"Apakah dia memiliki kebun anggur disana? Mereka adalah pemasok terbesar anggur terbaik untuk Eropa dan negara lainnya. Dia adalah sahabat lama yang tidak pernah bertemu, semenjak dia meninggalkan Marseille. Justru aku tidak mengetahui tentangnya," cerita Pierre meyakinkan putranya.
Thustan sedikit berbisik, "aku tidak tahu siapa mereka, Pi. Tapi sepertinya aku pernah mendengar tentang mereka, hanya saja, aku sulit mengingatnya."
Anelle mengangguk mengerti, semenjak putranya tersadar dari koma, dia justru mengalami perubahan aneh. Sifat arogan, justru berubah menjadi lembut, dan mau lebih terbuka pada keluarga.
"Apakah kamu pernah hidup bersama mereka, Nak?" Anelle bertanya penuh selidik.
"Entahlah, Mi. Aku merasakan sesuatu yang berbeda saat berhadapan dengan mereka. Suatu hari nanti, aku pasti bisa menemukan apa sebenarnya yang terjadi," Thustan tersenyum, memilih berlalu meninggalkan kedua orang tuanya, menuju kamar menemui Solenne.
Saat memasuki kamar, mereka saling bertatapan, Solenne tampak tenang, saat berhadapan dengan Thustan.
"Maafkan aku, jika telah merusak kebahagiaan keluargamu, baby," tunduk Solenne.
Thustan duduk disamping gadis cantiknya, menggenggam erat jemari lembut putri ke-dua Siclandus.
"Aku akan berusaha melindungi mu, honey, dengan cara yang aku punya. Setidaknya kamu akan aman saat bersama ku," Thustan meyakinkan kembali gadisnya.
Solenne mengangguk, dia tersipu malu. Wajah cantik itu seketika memerah menahan malu.
"Aku khawatir dengan keselamatan Gabriel, baby. Bagaimana, jika dia dibawa kembali ke Bordeaux? Papi pasti akan kembali mengikatnya dengan sangat kejam, pernikahan yang terpaksa atas perintah orang tua Daniel. Dia itu picik, Baby. Mereka tidak akan pernah melepaskan mu!" cerita Solenne.
Tentu Thustan kembali berfikir keras, sementara dia tidak akan lama berada di Marseille.
"Ini akan mengancam kedua orang tuaku!"
_________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments