Mengirim data

Para pengawal Bordeaux tiba di Marseille saat dini hari. Cuaca dingin sangat menggangu pernafasan salah seorang pengawal bernama Joshua. Bergegas mereka membawa Joshua kesalah satu rumah sakit yang berada di kota Marseille.

Saat tiba diruangan unit gawat darurat, salah satu dokter spesialis bagian dalam, menghampiri Joshua tengah bersusah payah mengatur nafasnya yang semakin terasa sesak.

"Suster, tolong berikan obat yang biasa," Patrick meminta Solenne bergegas membantu pasien yang tengah iya tangani.

Seketika mata Solenne melihat Joshua dan Petrus ada dihadapannya. Dia menundukkan kepalanya, agar tidak terlihat oleh kedua pengawal Kerajaan Bordeaux, "sedang apa mereka disini, apakah mereka akan memaksaku untuk kembali pulang?"

Bergegas Solenne meninggalkan ruangan unit gawat darurat kembali ke lantai dua, tidak menghiraukan panggilan Dokter Patrick.

Sayangnya, Petrus sempat melihat wajah suster yang sangat mirip dengan Solenne. Pria bertubuh tinggi itu, bergerak cepat mengikuti langkah putri kerajaan mereka, "dimana dia, apakah Solenne bekerja disini?"

Matanya terus mencari wanita, lebih mirip putri kedua Siclandus, "kemana dia?"

Petrus kembali ke ruang gawat darurat, menemani Joshua, tengah mendapatkan tindakan untuk membantu melegakan pernafasannya.

Joshua setengah sadar, setelah menerima suntikan khusus yang diberikan Dokter Patrick.

"Bagaimana keadaan teman saya, Dokter?" Petrus kembali menatap kearah Patrick.

"Teman anda ternyata memiliki riwayat sangat serius dengan pernafasannya. Silahkan bawa dia berobat ke Paris, disana akan ada alat khusus untuk menyedot cairan yang menghambat saluran paru parunya," Patrick berlalu meninggalkan Petrus, tanpa mau mendengar pertanyaan lagi, karena harus mengurus kepulangan Thustan.

Patrick mencari keberadaan Solenne, sedikit penasaran karena menghindari kedua pria yang berada di unit gawat darurat, "kenapa Solenne seperti ketakutan?"

Bhuuuug,

Patrick menabrak Solenne, tengah bersembunyi, "ada apa dengan kamu?"

Solenne benar benar ketakutan, wanita semampai itu tidak mampu berkata-kata, wajah cantiknya terlihat pucat.

"Solenne?" Patrick menarik tangan gadis itu, membawanya masuk kesebuah ruangan.

Thustan terlonjak kaget, saat melihat dua orang masuk dengan tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, "Dokter!"

Mereka saling menatap, melihat tubuh kekar Thustan tanpa sehelai benangpun.

"Aaagh!" Solenne menutup kedua bola mata dengan kedua tangan, wajah cantik itu seketika merona malu.

Thustan menutup dengan cepat bagian seharusnya tertutup sejak tadi, dihadapan Patrick, "ada apa kalian masuk keruangan saya, tanpa mengetuk?"

Patrick melirik kearah Solenne, meyakinkan wanita itu kembali normal, setelah Thustan mengenakan pakaiannya dengan sigap, "dia sudah menggunakan pakaian."

Solenne mengangguk, wajahnya yang panas, seketika kembali normal, "ada yang mengikuti saya, Tuan. Makanya Dokter membawa saya masuk keruangan anda. Maafkan kami."

Thustan bergegas membuka pintu kamar ruangannya, melihat kiri dan kanan, mencari keberadaan orang yang dimaksud. Dia melihat seorang pria tegap tengah berjalan mendekatinya.

Thustan berbisik, "apakah pria itu menggunakan baju kaos berwarna hitam?"

"Ya, Tuan," Solenne menjawab dengan cepat, memilih bersembunyi didalam kamar mandi.

Sementara Patrick, berdiri dibelakang pintu ruangan Thustan.

Thustan menyapa pria asing semakin mendekat, "apa anda melihat seorang wanita paruh baya disini, Tuan?"

Petrus menatap kearah Thustan, "hmm, saya tidak melihatnya. Justru saya sedang mencari seorang suster diarea sini, Tuan."

"Hmm, saya sedang mencari keberadaan Ibu saya," Thustan tersenyum menatap Petrus.

Petrus hanya menggerakkan bahunya, berlalu meninggalkan lantai dua, dalam pengawasan Thustan.

Prajurit militer Prancis itu semakin penasaran, mencari keberadaan Solenne yang tengah bersembunyi didalam kamar mandi. Tatapan mata Thustan sangat tajam kearah gadis cantik yang sangat menarik perhatiannya semenjak berada di rumah sakit.

"Siapa anda? Apakah anda sedang melakukan penyamaran?" Thustan mendekati Solenne, mengulurkan tangannya untuk keluar dari kamar mandi.

Wajah cantik Solenne menunduk hormat pada Thustan, "terimakasih Tuan. Anda telah menyelamatkan saya."

Gadis itu berusaha keluar dari ruang perawatan Thustan, tapi lengannya ditahan dengan sangat keras, "hmm, maaf Tuan. Anda menyakiti saya!"

Thustan melepaskan genggamannya, melirik kearah Patrick yang masih melihat keanehan kearah dua insan itu, "maaf."

Solenne menunduk membuka tuas pintu kamar, menyesiasati situasi, bergegas meninggalkan kamar itu dengan wajah ketakutan.

Thustan yang memperhatikan gerak-gerik Solenne, bergegas mengikuti langkah gadis itu, meninggalkan Patrick sendirian didalam kamar seperti seorang saksi.

"Kenapa aku jadi seperti ini melihat mereka?" Patrick memilih meninggalkan ruang perawatan kembali turun kebawah, menjalani kegiatannya.

Sementara Thustan masih mengikuti langkah kaki Solenne, yang bersembunyi di pantry, tengah menghubungi seseorang.

Pria gagah itu, mengetahui bahasa yang digunakan Solenne, "dia menggunakan bahasa kerajaan. Siapa dia? apakah dia keturunan salah satu kerajaan yang masih tersisa dinegara ini?"

Thustan terus menempelkan cuping telinganya, dari balik pintu toilet, tempat Solenne bersembunyi.

Braaak,

Bhuug,

Seketika kedua bola mata mereka saling bertemu, tatapan penuh penasaran terlihat jelas diwajah tampan Thustan.

Pintu yang dia jadikan tempat bersandar rubuh karena engsel pintu sudah rusak.

"Tuan!" Solenne terkejut meringkuk dicloset.

Thustan bangkit dari tempat dia terjatuh. Wajah tampannya seketika memerah menahan malu.

"Apakah anda mengikuti saya?" Solenne sedikit berteriak.

Bergegas Thustan menutup bibir mungil gadis itu dengan satu tangannya, "ssst... bisakah kamu diam?"

Bola mata Solenne semakin membulat menahan nafasnya, saat mendengar suara seorang pria dari arah luar toilet.

"Apa yang anda lakukan disini?" Solenne melepaskan tangan Thustan yang masih menutup mulutnya.

Keduanya menarik nafas panjang, Thustan menatap wajah Solenne, tatapan mata mereka saling menyapa, namun bibir enggan berucap.

Sheeeer,

Solenne menunduk, tidak mau menantang tatapan mata elang milik prajurit militer Prancis, sangat menarik hatinya. Pelan dia menelan ludah, kembali menatap kearah handphone miliknya.

Thustan mendekati wajah Solenne, "apa kamu seorang putri Kerajaan?"

Solenne semakin terkejut, berusaha mengelak atas pertanyaan pria yang semakin mendekat, "apa kamu mendengar semua percakapan saya?"

Thustan mengangguk, dia benar benar mendengar gadis itu berbicara dengan seseorang yang tidak dia ketahui, "apakah pria tadi sangat mengenalmu?"

Thustan memilih duduk diatas pintu toilet yang roboh, tanpa mau memperbaikinya.

"Maaf Tuan. Saya permisi," Solenne berdiri dari duduknya, ingin segera meninggalkan Thustan, karena tidak ingin menjawab semua pertanyaan orang asing yang tidak dia kenal.

Thustan menahan lengan Solenne, "dengar, saya telah menyelamatkan anda, Nona. Apakah saya sangat menakutkan?"

Solenne menarik lengannya, "ya, anda tidak pernah baik pada saya, Tuan. Apa anda lupa, beberapa waktu lalu?"

Thustan terdiam, membiarkan wanita cantik itu berlalu, ada perasaan mengganggu dihatinya, "apa aku pernah bertemu dengannya? Kenapa dia sangat menarik perhatianku."

Thustan hanya berbicara sendiri, meninggalkan toilet tempat persembunyian Solenne, jika tengah beristirahat dari lelahnya pekerjaan.

Thustan melangkah lebih cepat, menuju ruangannya, hari ini terakhir dia berada dirumah sakit, kondisi semakin membaik, bekas luka yang tidak terbalut perban, karena sentuhan gadis bernama Solenne.

Anelle dan Pierre sudah berada didalam kamar, ditemani Herald, sejak tadi menunggu prajuritnya.

Thustan tersenyum saat melihat keberadaan Jenderal bintang dua itu, "izin Komandan, saya akan kembali kekediaman keluarga untuk beberapa hari. Saya akan kembali kesatuan minggu depan."

Herald mengangguk setuju, berdiri mendekati Thustan, sedikit berbisik, "saya sudah mengirim beberapa data, chip masih berada dalam tubuhmu. Saya harap kamu melaporkan, jika sudah selesai dengan keluarga."

Thustan mengangguk mengerti, memberi hormat, sebelum pria tegas itu meninggalkan ruangan mereka.

Anelle yang mendengar sayup sayup suara Herald saat berbisik dengan putranya sedikit penasaran, memiliki pikiran sendiri, "chip, apakah putraku menyimpan sebuah chip?"

_______

Terpopuler

Comments

Pemenang YAWW 9 😴🤕

Pemenang YAWW 9 😴🤕

ooogh No...🥺

2022-05-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!