Anelle yang mendengar sayup sayup suara Herald saat berbisik dengan putranya sedikit penasaran, memiliki pikiran sendiri, "chip, apakah putraku menyimpan sebuah chip?" Tidak mampu bertanya, dengan putranya.
Thustan menikmati hidangan yang dipersiapkan Anelle saat berada dikediaman mereka, seketika ingatan pria gagah itu terkenang soal gadis cantik Solenne.
"Kenapa dia sangat ketakutan? Apakah dia memang seorang pewaris kerajaan? Aku harus mendapatkan informasi tentang gadis itu, dimana saat ini dia tinggal? Aku yakin dia tinggal tidak jauh dari rumah sakit Marseille."
Thustan turun kelantai bawah, mengambil perlengkapan, menuju kantornya yang tidak begitu jauh dari toko roti Pierre.
"Thustan!" panggil Anelle saat melihat putra kesayangannya berlalu dengan tergesa-gesa.
Pierre menghampiri istrinya, "kemana dia? Bukankah putramu dikasih waktu libur seminggu?"
Anelle menaikkan kedua bahunya, "pasti dia tidak membereskan meja makan. Kebiasaannya sama sepertimu, Pierre!"
Pierre menepuk bokong Anelle yang berlalu dengan racauan seperti biasa.
Sementara Thustan telah sampai di ruang kantor miliknya, mencari sebuah informasi tentang kerajaan masa lalu yang masih tersisa hingga saat ini.
"Kerajaan Bordeaux, yang dipimpin seorang Pangeran Siclandus. Hmm, ini sangat menarik." Thustan mencari informasi, seketika melihat foto dua orang wanita muda.
Solenne, putri ke-dua Siclandus dan Luisa, dari Kerajaan Bordeaux, berusia 22 tahun. Telah meninggalkan kerajaan keluarga sejak dua bulan lalu. Menjadi tunangan salah satu pria bernama Daniel putra pengusaha Dean Thomas Kind.
Seketika Thustan menatap lekat wajah Solenne dan Daniel dari dekat, "sepertinya aku pernah melihat wajah mereka berdua, tapi dimana?"
Pria tegap itu berkali kali melihat data diri tentang Keluarga Siclandus yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang sangat penting bagi Bordeaux.
"Berarti Solenne adalah keturunan Kerajaan Bordeaux, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia harus jujur padaku. Kenapa aku merasakan sesuatu saat melihatnya. Seperti mendapatkan chemistry sejak pertama kali bertemu."
Thustan mencetak beberapa lembar wajah keluarga Solenne, agar dia bisa membawa bukti itu dihadapan gadis itu.
Thustan kembali mengalihkan perhatiannya pada sosok seorang wanita yang sangat cantik. Putri pertama Siclandus dan Luisa, bernama Gabriel, berusia 24 tahun, berwajah bangsawan, bahkan lebih menawan dari Solenne.
"Dia belum bertunangan, dimana gadis ini? Aku seperti pernah melihatnya. Apakah aku pernah hidup bersama mereka? Tapi kapan," seketika Thustan mengerenyitkan keningnya, mengingat semua kejadian yang pernah dia alami sebelum koma.
Thustan bergegas meninggalkan kantor, menuju rumah sakit mencari keberadaan Solenne.
"Aku yakin, gadis itu masih berada dirumah sakit," Thustan berjalan dengan tergesa gesa.
Bhuuuug,
Gadis cantik dihadapan Thustan terjatuh ditorotoar.
Bergegas pria tampan itu membantu gadis yang dia tabrak, "maaf Nona, apa kamu baik baik saja?"
Gadis cantik itu menatap wajah Thustan, seperti sedang mengingat sesuatu, "maaf, siapa anda? apakah Anda orang kerajaan Canbrai?"
Sontak Thustan menatap lekat wajah gadis dihadapannya, "hmm, mungkin anda salah orang Nona. Aku hanya anak pemilik roti diseberang sana. Kebetulan ingin bertemu temanku."
"Hmm, maaf. Saya salah orang Tuan," Thustan menolong gadis cantik itu berdiri.
"Tuan, siapa nama anda?"
Thustan tersenyum menunduk hormat, "Thustan Boulanger, aku seorang prajurit militer Prancis, yang tengah berlibur di Marseille. Anda, siapa nama...?"
"Hmm ya, perkenalkan saya Gabriel. Senang berkenalan denganmu Tuan Thustan?" Gadis itu menatap dengan senyuman terindah.
Thustan kembali seperti kembali ke masa lalu, saat mendengar nama Gabriel, "baiklah Nona, saya permisi."
Gabriel menunduk hormat, begitu juga dengan Thustan.
Sepanjang perjalanan pria tampan itu tampak dipermainkan oleh masa lalu dan masa sekarang, "kenapa dia mengetahui semua tentang aku? apakah dia juga mengalami hal yang sama sepertiku?"
Bergegas Thustan memasuki pintu utama rumah sakit, terlihat Solenne tengah berjalan pelan mendekat kearahnya.
Mereka saling menatap, tapi enggan untuk menyapa lebih dulu.
Thustan sebagai seorang pria yang gentle, berusaha menyapa gadis itu dengan sangat lembut tidak seperti biasa.
"Hai," sapa Thustan.
Solenne terhenti, menatap wajah pria yang sudah berada disampingnya dengan sangat baik.
"Me?" Tunjuk Solenne pada diri sendiri.
Thustan mengangguk, "ya, you!"
Solenne semakin tidak mengerti, "ada yang bisa saya bantu Tuan Thustan Boulanger?"
Thustan mengangguk, "bagaimana kalau kita duduk disuatu tempat, sambil menikmati segelas coctail?"
Solenne tersenyum sumringah, "ya-ya-ya, why not!"
Thustan mengulurkan tangannya, Solenne justru enggan menyambut tangan kekar, yang pernah mendorong tubuhnya dengan sangat keras.
"Baik, kita jalan menuju cafe diseberang sana," tunjuk Thustan pada cafe yang berada tidak jauh dari rumah sakit.
Mereka berdua hanya diam membisu sepanjang perjalanan, tanpa ada mau berbicara lebih dulu.
"Kenapa aku tampak bodoh saat berada dihadapan gadis ini?" Thustan merutuki dirinya sendiri.
Solenne dengan sangat santai, dibalut jaket hangat berbulu tebal dengan syal merah membalut lehernya.
Mereka memasuki sebuah cafe, memilih duduk lebih privasi untuk menjauhi dari orang orang yang sudah beberapa hari terakhir mengikuti langkahnya.
"Apakah mereka masih mengganggumu, Nona?"
Thustan mempersilahkan Solenne untuk duduk disampingnya.
"Ya, tapi mereka hanya mencari saat pagi. Kedua pria itu sangat mengetahui jadwal dinas
ku. Saat anda sudah keluar, aku lebih sering berada ditempat kemarin."
Thustan mengangguk mengerti, dia mengeluarkan berkas yang baru dia cetak, meletakkan diatas meja, sambil menatap kearah Solenne.
"Siapa anda? Apakah anda putri dari Siclandus yang memiliki kekuasaan di Bordeaux?" Thustan langsung membahas tanpa mau berbasa-basi.
Mata teduh Solenne seketika berubah. Tatapannya penuh amarah kearah pria tegap yang sangat menggangu privasinya.
"Ada apa dengan anda Tuan? Apa saya sangat menggangu?" bentak Solenne.
Thustan terdiam, tangannya meraih punggung tangan Solenne yang berada diatas meja, "bisa menggunakan Aku, dari pada Saya? Agar kita terasa lebih dekat, tidak ada permusuhan antara kita."
Solenne mendengus kesal, membuang pandangannya kearah lain, tidak ingin menatap pria yang selalu membuatnya sakit hati.
"Apa untungnya kamu mencari indentitas saya?" Solenne menggeser tangannya.
Thustan melepaskan genggamannya, tidak ingin berdebat dengan wanita yang ternyata adalah seorang putri.
"Benarkah kamu sudah bertunangan? Kenapa kamu melarikan diri dari kerajaan? Apakah pria ini tidak memperlakukanmu dengan baik? Sehingga kamu rela menyamar sebagai perawat, dan melupakan sesuatu," Thustan tersenyum.
"Apa...?"
Solenne masih menatap kesal kearah Thustan.
"Kenapa Anda tidak mengganti nama Anda menjadi Elma, Theana atau Marisa," goda Thustan.
"Maaf Tuan, apalah arti sebuah nama? Toh banyak yang memiliki nama yang sama di dunia ini," Solenne masih menatap kesal.
"Hmmm," Thustan tertawa.
Tidak seperti biasanya, Thustan mau seramah ini dengan seorang gadis. Dia terus menggoda gadis yang duduk disampingnya, dengan segala canda dan tawa.
Tanpa canggung mereka saling bertukar nomor, agar bisa menjalin komunikasi lebih dekat lagi.
Perlahan Thustan menatap lekat wajah cantik alami Solenne, perasaan yang awal benci berubah saat melihat tatapan gadis bermata biru itu.
Perlahan keduanya saling mendekat, wajah tampan dan cantik saling menatap, seketika tak kuasa bibir kedua insan itu untuk saling mendecap. Mata indah saling tertutup rapat, menikmati ciuman pertama kali yang mampu melahirkan sebuah hasrat.
_________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pemenang YAWW 9 😴🤕
agak agak sereeeem. 😬😳
2022-05-15
1