Malam di kota Marseille Prancis menjadi saksi, bagi dua insan dewasa saling mendecap mesra, mencapai nikmat, keindahan syurga dunia. Keringat mengucur deras, pada tubuh yang tengah menggeliat hebat, saat keduanya saling memburu nikmat. Tidak ada kata yang keluar dari bibir indah itu, hanya mampu menyapa melalui desssahan indah yang sangat bergairah.
Pria tampan bertubuh atletis, dengan aroma maskulin, masih enggan melepas dekapannya pada gadis selembut Solenne. Nafas panjang mengusap lembut bagian kenyal yang dirindukan. Jemari saling menyatu dalam genggaman, menanti sang fajar menembus nirwana sang pujangga malam.
Wanita lembut bak penari saling menggenggam, bahkan tak kuasa menahan yang seketika akan mendapatkan keindahan rona memerah. Saat pertama saling menyapa, tanpa mau mendengar rintihan yang seketika terdengar indah.
Pria itu penuh kelembutan melepaskan genggaman, menatap sendu mata teduh yang berada dibawah tubuhnya, seketika melllumat bibir tipis nan ranum dengan aroma wangi mawar menjadi candu baginya.
"Maafkan aku," pria itu mengecup punggung telanjang Solenne.
Gadis itu kembali mendekap, sesuatu yang tak biasa dia rasakan, hanya mampu menikmati keindahan malam dari tubuh pria Thustan Boulanger.
"Maaf untuk apa hmmm....?" Solenne tersenyum mengecup bibir basah Thustan.
Thustan mendekap tubuh Solenne, menciumi cerug leher yang sangat khas baginya.
"Apa kamu menyukai ini?" Thustan kembali mengecup wajah cantik dihadapannya.
Solenne tersipu malu, "ini yang pertama, aku sangat menyukaimu, jadilah pria terbaikku, jangan pernah berhenti berjuang untuk ku."
Thustan mengangguk, membawa gadis itu dalam pelukannya, membuat keduanya semakin terlelap. Pertemuan singkat memberikan sinyal yang luar biasa bagi keduanya, menghabiskan malam panjang bersama dikediaman Solenne.
***
Pagi membuka mata, Solenne bergegas membersihkan diri, namun tak mampu menahan rasa perih teramat sangat dibawah sana.
"Auuugh, huuuufgh, hmmm," seketika rintihannya, membuat Thustan terjaga.
"Kamu kenapa?" Thustan mendekati gadisnya.
"Hmm, sedikit sakit," peluk Solenne pada Thustan.
Bergegas pria tampan itu, menggendong gadisnya menuju kamar mandi, membantu Solenne untuk membersihkan diri.
"Bukankah, lebih baik kita melakukannya agar terbiasa dan menjadi lebih dekat?" goda Thustan saat melihat keindahan yang sangat sempurna dimatanya.
"Apa kamu menginginkan aku lagi?" Solenne sedikit tersipu.
Perlahan pria itu memeluk erat tubuh gadisnya, kembali menatap, memberikan sesuatu yang semakin menjadi candu dalam merengkuh yang akan menjadi biasa.
Tangan halus yang menopang didinding, dengan hangatnya sesuatu yang semakin melesat hebat dibawah sana, memberikan sesuatu yang berbeda. Mereka saling menyapa, tanpa mau bibir berucap mengapa.
Lebih dari dua jam keduanya masih berada dalam suasana penuh gairah, semakin lama bibir mereka enggan untuk menyatakan berpisah.
"Hmm, apa yang kita lakukan?" Solenne tertawa manja menepuk dada Thustan menatap penuh cinta.
Thustan memposisikan menatap gadisnya, "apakah Daniel pernah bertemu denganmu? Siapa dia? Apakah dia sama denganmu keturunan bangsawan atau pemilik kerajaan yang berkuasa?"
"Daniel tunangan ku pilihan Papi, dia adalah penerus kekayaan Keluarga Kind, aku tidak bersedia, makanya pindah ke Merseille. Lebih baik jangan menyebut namanya, karena bagiku dia hanya seorang pria sombong, yang tidak memiliki perasaan demi uang," cerita Solenne.
Thustan kembali menutup matanya, mendekap tubuh langsing gadis cantik yang masih berada dalam dekapan.
Tok tok tok,
"Solenne!" terdengar suara Gabriel dari balik pintu.
"Ya, wait!"
Bergegas Solenne membuka pintu walau sedikit merasa kurang nyaman, dibagian bawah yang kini tertutup oleh g-string atas permintaan Thustan padanya.
Solenne memperlihatkan wajahnya, membuka sedikit pintu tanpa memberi ruang untuk Gabriel, agar tidak mengetahui apa yang baru saja dia lakukan.
"Hmm," Solenne sedikit tersipu.
"Apa kamu sedang berkencan dan tidak masuk kerja hari ini?" Gabriel menyelidiki adik bungsunya.
"Jangan terlalu ingin tahu, melanggar hukum!" Solenne menggoda Gabriel.
Gabriel tertawa, "baiklah, aku sudah mempersiapkan sarapan pagi. Jangan lupa, jika kamu tidak bekerja, tetap berjaga-jaga. Aku berangkat, bye!"
Solenne hanya mengangguk, melihat kepergian Gabriel, hingga menutup pintu utama apartemen mereka.
Solenne melirik Thustan masih terlelap, bergegas dia menuju dapur, mempersiapkan sarapan pagi untuk pria tampan itu, setelah percintaan hebat mereka yang panjang.
Saat gadis itu tengah mempersiapkan sarapan untuk dibawa kekamar, seketika tangan lembut itu perlahan mendekapnya dari arah belakang.
"Aaaah," teriak Solenne membalikkan tubuhnya menatap kearah Thustan.
Namun pria itu seolah-olah tidak ingin berhenti, menikmati keindahan syurga gadis berparas cantik nan lembut, seketika mampu membius seorang Thustan.
Solenne justru meraih secangkir kopi yang berada dibelakangnya, memberikan kepada pria dihadapannya.
"Sarapan dulu, nanti kita lanjut lagi," goda Solenne pada puncak hidung Thustan.
Thustan, menerima baik kopi buatan wanita yang ada di dekapan, menikmati setiap tegukan, bahkan menatap penuh perasaan.
Solenne sedikit menjaga jarak, agar bisa duduk dan sarapan bersama di meja dapur minimalis apartemen putri kerajaan Bordeaux.
"Boleh aku memanggil kamu beib?" Solenne bertanya manja.
Thustan mengangguk setuju, "aku manggil kamu honey?"
Mereka tertawa bahagia, senyuman manis nan akrab, menghangatkan suasana mereka yang memburuk beberapa waktu lalu.
"Kamu sendirian di Merseille, honey?" Thustan bertanya penuh selidik.
"Hmm, aku bersama kakak ku satu satunya, Gabriel, dia menjadi seorang guru sejarah disalah satu sekolah dekat sini," cerita Solenne.
Thustan mengingat kejadian kemaren malam, saat dia menabrak wanita yang bernama Gabriel.
"Apakah dia tinggal bersama mu disini?" Thustan semakin penasaran.
Solenne mengangguk, "ya, kami tinggal diapartemen berdua. Apartemen ini milik Dokter Patrick, dia tidak pernah menempatinya."
Thustan kembali mengangguk, dia menikmati hidangan yang dipersiapkan Solenne, sangat menggugah selera, bahkan mereka semakin dekat.
Ting tong,
Bel apartemen berbunyi, bergegas Thustan bangkit dari duduknya, melihat gadis berparas lemah lembut dalam apartemen semakin berdecak kagum.
"Siapa?" Thustan bertanya pelan.
Solenne tampak kebingungan, setahu gadis itu tidak pernah akan ada tamu yang datang ke kediamannya. Apalagi saat pagi seperti saat ini.
Thustan bergegas menghampiri pintu ruang tamu, mengintip dari lobang penglihat yang kecil berada ditengah pintu, mengsiasati siapa yang berada diluar.
Thustan berbisik pelan, "dua orang pria, satu seperti pria yang mencarimu dirumah sakit, yang satu lagi Dokter Patrick."
Solenne.tampak ketakutan, Thustan menutup bibir mungil gadis itu, meletakkan telunjuknya dibibirnya, meminta untuk tetap tenang.
"Aku akan menyelesaikannya, saat ini kamu bersembunyi, jangan pernah takut. Jika mereka mengancam, aku akan melindungi mu, kamu mengerti honey?" Thustan berbisik.
Solenne mengangguk merasa tenang karena pria yang bersamanya, mampu melindunginya.
Thustan membuka pintu ruang tamu, setelah memastikan, Solenne telah aman bersembunyi disuatu tempat.
Cekreeek,
Wajah Dokter Patrick seketika tampak ketakutan, bibirnya seperti terkunci rapat.
"Hai, dokter! Hmm, kenapa kamu mengganggu ku pagi pagi? Apakah kita sudah janjian?"
Kedua pria itu tampak salah tingkah, Patrick merasa kaget, melihat Thustan berada disana. Sementara pria yang berada dibelakang Patrick, semakin menekan sesuatu, yang bisa diperhatikan oleh pria selaku seorang militer.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"
Thustan semakin membuat keduanya tampak gugup.
_________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pemenang YAWW 9 😴🤕
ooogh my God
2022-05-15
0