Cuaca dingin, suasana Kerajaan Canbrai masih berduka, beberapa mayat bergelimpangan dilapangan istana, setelah menerima hukuman mati dari kaisar muda Thustan.
"Tuan, apakah kita akan menyelenggarakan upacara pemakaman Paduka Raja Frithestan, dengan menerima tamu seperti biasa?" pengawal mendekati Gounelle.
Gounelle melihat sekeliling, memastikan bahwa kaisar tidak berada disekitar dia, "ya, buka pintu masuk gerbang utama, biarkan Kerajaan lain mengikuti upacara pemakaman Paduka Raja."
Pengawal menunduk, memberi perintah pada pengawal lainnya, membawa mayat empat orang mati tersiksa ke tempat pembuangan.
Abel mendekati Gounelle, "aku khawatir, ada yang membuka mulut pada kerajaan lain atas kekejaman Thustan pada rakyatnya. Kita akan dituntut dan dihakimi oleh mereka."
Gounelle menarik nafas panjang, "pastikan semua rakyat kerajaan Canbrai tidak menjalin komunikasi dengan tamu lainnya. Beritahukan pada seluruh pengawal, agar menjaga ketat seluruh istana. Beri jarak, karena kita akan mengadakan upacara pemakaman terakhir."
Abel menunduk hormat, berlalu meninggalkan Gounelle tengah berpikir keras.
Benar saja, tiga jam berselang, pintu utama kerajaan Canbrai terbuka lebar untuk para kerabat kerajaan lain. Mereka mendengar kematian Paduka Raja Frithestan sangat mendadak, bahkan banyak yang berfikir Kaisar muda Thustan yang menyebabkan kematian pada sang Raja.
Mata Pangeran Masson sedikit liar saat memasuki gerbang utama kerajaan Canbrai. Dia mencari keberadaan Daniel dan Gabriel, ditiap tiap sudut rakyat kerajaan Canbrai.
"Dimana Gabriel?" Masson bergumam dalam hati.
Seluruh pengawal Kerajaan Bordeaux, mengawal sang pangeran untuk memasuki istana yang terletak tidak begitu jauh dari gerbang utama. Istana luas, berdiri kokoh dengan pilar utama berukirkan lambang kerajaan Canbrai, sangat baik dalam kepemimpinan Paduka Raja Frithestan.
"Cari Gabriel dan Daniel, jangan sampai ada yang mengetahui rencana kita," Masson berbisik pada Duffon orang kepercayaannya.
Duffon menunduk hormat, "baik pangeran."
Masson memasuki istana, melihat peti mati belum tertutup rapat, melakukan ritualnya sebagai pengikut Katolik. Tidak terasa, air mata kesedihan mengalir dari sudut mata elangnya.
"Aku menghormatimu Paduka Raja Frithestan, semoga kamu tenang bersama Bapa di sorga kerajaan yang kekal atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin," Masson menyalipkan telunjuk dikening, kedua bahu dan berakhir dibibir.
Masson mundur, mencari kaisar muda Thustan yang tidak ada diarea peti mati paduka raja, "kemana dia, apakah dia ikut mati, karena tidak mampu memimpin kerajaan sebesar Canbrai?" matanya semakin liar, mencari Daniel orang kepercayaan Thustan.
Masson duduk disebuah kursi yang telah disediakan beberapa pelayan, mengambil secangkir teh madu. Dia melihat beberapa kerajaan tetangga dari selatan ikut hadir pada acara pemakaman Paduka Raja Frithestan.
Gounelle bergegas mendekati Masson. Diabad itu yang mampu menjalankan bisnis kerajaan dengan sangat baik adalah Kerajaan Bordeaux dalam pimpinan Pangeran Masson. Pria berwajah bengis, tapi hatinya selembut kapas, bahkan tidak mampu menyakiti rakyat sendiri.
"Selamat datang Pangeran," Gounelle memberikan penghormatan kepada Masson.
Masson menunduk hormat, "kemana Kaisar muda Thustan?"
Gounelle mendekati Masson sedikit berbisik, "King, sedang bersiap siap, Pangeran."
Masson mengangguk, begitu banyak pertanyaan dikepalanya. Sedikit penasaran, karena kerajaan Canbrai terlihat seperti kerajaan mati, tanpa kehangatan seperti biasa.
"Apa yang diderita Paduka Raja Frithestan?" Masson bertanya pada Gounelle, menatap lekat mata orang kepercayaan kerajaan Canbrai.
"Serangan jantung Pangeran. Kami sangat berduka karena kehilangan Paduka Raja yang mendadak," Gounelle mengalihkan pandangannya pada Daniel dan Thustan yang menghampiri para tamu dari kerajaan lain.
Seluruh pengawal dan kerajaan abad itu berkumpul bersama untuk melaksanakan upacara pemakaman Paduka Raja Frithestan. Kaisar muda Thustan sebagai pewaris tahta kerajaan sangat terpukul karena kehilangan ayah tercinta.
Wajah tampan, namun sendu sangat berbalik dari kekejaman yang dia toreh pada rakyat kerajaan Canbrai selama ini. Mereka melakukan ritual seperti biasa, mendoakan sesuai arahan Pasteur Kerajaan Canbrai. Para penguasa kerajaan dari arah selatan turut hadir, merasa kehilangan Paduka Raja yang sangat baik menurut mereka.
Thustan meletakkan bunga terakhir diatas makam Paduka Raja Frithestan, mengalihkan pandangannya kearah Gounelle dan Abel.
"Cari keberadaan Gabriel, aku yakin seseorang membantunya untuk keluar dari Canbrai," Thustan berbisik ketelinga Gounelle dapat didengar oleh Abel.
Daniel masih menunduk mengekori Thustan dari belakang, "King, kita akan mengadakan rapat dengan Pangeran Masson. Apakah beliau sudah bertemu dengan anda?"
Kaisar muda membalikkan tubuhnya menatap lekat wajah Daniel, "aku akan bertemu dengannya, jika semua kerajaan lain meninggalkan istana. Kau mengerti?"
Daniel menunduk hormat, dia sangat memahami bagaimana privasi Kaisar, "baik King."
Thustan menaiki punggung Roki, kuda kesayangannya untuk kembali kekerajaan, "kemana gadis itu, apakah dia melarikan diri. Siapa yang membiarkannya keluar dari istana?" gerutu kaisar dalam hati saat melewati persimpangan jalan menuju istana.
Ada sedikit kecemasan pada wajahnya, kekuatan saat ini berada ditangan sendiri. Bahkan dia harus mengatur strategi, agar kerajaan lain tidak mengetahui perbuatan buruk yang dia lakukan pada rakyat sendiri.
Pangeran Masson mendekati Daniel, membisikkan sesuatu ditelinga orang kepercayaan Canbrai, "dimana Gabriel, apakah dia terperangkap di istana kalian?"
Daniel menelan salivanya, berusaha tenang walau dia sedang berdusta, "maaf Pangeran, Gabriel melarikan diri."
"Bajiangan kalian, apakah King menangkap basah orang ku?" Masson mundur, mencari keberadaan Gabriel dengan caranya.
Meninggalkan pemakaman lebih dulu, tanpa pengawalan Kerajaan Bordeaux.
Tentu Gounelle mengetahui ketakutan Daniel, terlihat sangat jelas dari raut wajahnya, "apakah dia menyembunyikan sesuatu dari kita?" tangan kanan kedua itu berbisik ketelinga Abel.
Abel hanya mengangkat kedua bahunya, menaiki kuda, meninggalkan pemakaman, tanpa memikirkan Daniel ataupun Masson. Baginya kerajaan Canbrai saat ini tengah terancam karena kecerobohan kaisar muda.
***
Suasana genting dikerajaan Canbrai, terlihat jelas saat pengawal Kerajaan Bordeaux mengepung seluruh istana, setelah beberapa hari pemakaman Paduka Raja Frithestan. Thustan mencari keberadaan Daniel, yang menghilang dari kerajaan.
Rakyat kerajaan Canbrai semakin kelaparan, karena kehilangan banyak bahan pangan, yang direbut paksa oleh Daniel melalui pengawal Kerajaan Bordeaux.
Braaaak,
"Dimana Daniel, kenapa rakyat ku menjadi seperti sekarang. Apa yang kalian lakukan dibelakangku?" teriak Kaisar Thustan pada Gounelle dan Abel.
Wajah pucat keduanya tampak jelas, karena menahan lapar beberapa hari. Bahan pangan yang biasanya berlimpah, kini tidak mereka dapatkan. Semua tampak lesu karena kurangnya asupan nutrisi bagi tubuh mereka.
"Jawab!" Thustan berteriak tepat diwajah Gounelle.
Gounelle menantang Thustan sang kaisar muda yang tampak bodoh saat ini, "apa yang anda lakukan pada kami, itulah jawabannya King!"
Tentu Thustan tidak tinggal diam karena ucapan Gounelle padanya.
Plaaaak,
Tangan kekar Thustan mendarat tepat dikepala Gounelle tanpa rasa kasihan.
Braaak,
Gounelle terpental jauh dari kursi istana, kursi kebanggaan pada masa bersama Paduka Raja Frithestan, "aku akan mengabarkan pada seluruh kerajaan diluar sana, semua kekejaman anda, King!"
Thustan semakin tersulut emosi, tapi apa daya. Tangan kekar yang akan menghabisi Gounelle, ditahan langsung oleh Pangeran Masson. Sangat cepat Pangeran Masson berhasil memenggal kepala Kaisar muda Thustan, sebelum dia menghabisi orang orang kepercayaan Kerajaan Canbrai.
Bhuuuug,
Tubuh Thustan tergeletak dilantai, bersimbah darah dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
"Habisi semua, jangan ada yang tersisa. Aku tidak ingin mereka hidup," perintah Masson memasukkan pedang panjang yang berlumuran darah.
Gounelle dan Abel dipancung ditiang gantungan, agar tidak meninggalkan bekas pada masa kerajaan Canbrai.
Daniel sang pengkhianat menggantung dirinya sendiri di pohon sycamore, sebuah pohon besar nan tinggi yang tumbuh dengan subur diarea istana kerajaan Canbrai.
Kerajaan Bordeaux berhasil menghancurkan seluruh kerajaan Canbrai atas perintah seluruh kerajaan pada abad itu. Kekejaman sang kaisar muda Thustan menjadi akhir segalanya bagi kerajaan Canbrai yang tidak memiliki pengalaman dalam mempertahankan perekonomian kerajaan sendiri.
Pangeran Masson berhasil meraih adi kuasa menjadi kerajaan terbaik, mampu bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama dengan caranya, menjual bahan pangan kepada kerajaan yang tertindas oleh kerajaan Canbrai.
___________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pemenang YAWW 9 😴🤕
tidaaaaaaaaak
2022-05-25
1