Aidah kembali menatap keluarganya, "Sudahlah aku tak ingin berbasa-basi lagi dengan kalian" Aidah berdiri dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya tepat di depan Neneknya. Aidah menaruh sebuah kartu di depan Neneknya, "Didalam kartu ini ada uang 1 M, kalian mau terima atau tidak itu terserah kalian. Tapi yang pasti setelah ini aku tidak ingin kalian datang kesini dan mencari masalah untuk aku ataupun suamiku!!" lanjut Aidah dengan tegas, menatap serius Nenek beserta keluarganya yang lain.
Keluarganya kaget mendengar bahwa di dalam kartu itu ada 1 M.
"Wih kaya juga loh!! udah bisa belli Mansion mewah seperti ini, tapi masih punya 1 M. Dari mana uangnya? jangan-jangan lo curi yah!!" tuduh Bella dengan menatap sinis Aidah.
Aidah terkekeh pelan, lalu membalas tatapan sinis Bella. "Kamu tidak perlu tau, yang penting aku sudah membayar kalian kan! jadi mulai sekarang stop ganggu aku terutama suamiku lagi!!" tegas Aidah.
Bella kembali ingin menuding Aidah, tapi Nenek langsung menahan Bella.
"Cih baiklah, aku terima 1 M ini. Tapi ingat kalau kamu kembali miskin, jangan pernah berani datang ke Mansion Carend!!" tegas Nenek.
Aidah tersenyum getir mendengar itu, "Baiklah, aku juga tidak mau menginjakkan kaki di tempat yang tidak mau menerima aku!" ucap Aidah tak kalah tegas.
"Ayo kita pulang semuanya!!" Nenek berjalan duluan keluar dari Mansion milik Andrew dengan angkuh, tanpa berbalik sedikit pun untuk melihat Aidah yang notabennya juga adalah cucunya.
Semuanya pun keluar, tapi tak lupa sebelum keluar semuanya memandang sinis dan kesal Aidah kecuali Ayah Aidah yang biasa saja tenang. Barulah setelah itu mereka keluar dari Mansion milik Andrew. Sungguh perbuatan mereka tak tahu malu.
Setelah melihat seluruh keluarganya keluar dari Mansion, Aidah berbalik menatap manik mata suaminya lekat dengan mata berkaca-kacanya.
Andrew paham akan hal itu, langsung saja memeluk istrinya lekat, dan penuh kelembutan. "Sudah, semuanya sudah berakhir. Jangan difikirkan semuanya, kamu tau kan aku selalu ada untuk kamu" bisik Andrew lembut di telinga istrinya sembari mengelus punggung istrinya mencoba untuk menenangkan istrinya.
"Hmm" Hanya berupa deheman yang keluar dari mulut Aidah. Aidah memeluk suaminya erat mencoba mencari tempat ternyamannya untuk bersandar, dan mencoba menenangkan hatinya yang tengah dilanda kegundahan akibat kedatangan keluarganya.
Andrew adalah tipikal pria yang peka, saat ini Andrew tau kalau istrinya hanya butuh sebuah pelukan hangat darinya. Andrew membiarkan itu. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka saat ini. Tapi itu tak lama, sebab telfon Andrew tiba-tiba berdering.
Drrrtt drrtt (Suara telfon)
Andrew mendengar suara telfon itu, tapi diam-diam Andrew memasukkan tangannya di kantong celananya yang terdapat telfonnya yang sedang berdering. Tanpa berfikir panjang Andrew mematikan telfon itu, karena Andrew tidak ingin istrinya terganggu oleh nada dering telfonnya.
Aidah melihat semua itu, membuat Aidah tambah terharu akan kasih sayang dan kelembutan yang diberikan suaminya kepadanya. Aidah pun melepaskan pelukannya dan menatap suaminya. "Siapa itu Mas? Mas angkat saja dulu, siapa tahu itu pesan penting!" ujar Aidah. Karena Aidah tau saat ini suaminya bukan lagi si pengangguran seperti dulu, tapi kini suaminya adalah bos di sebuah perusahaan besar pasti suaminya ini sibuk dan telfon tadi pasti penting untuk suaminya. Apalagi suaminya juga pulang ke Mansion cepat karena mengkhawatirkan dirinya, padahal jadwal pulang suaminya seharusnya masih ada beberapa jam lagi.
"Bagi Mas kamu yang paling penting sayang" ujar Andrew dengan senyum manisnya menatap istrinya.
"Ish gombal!! sudahlah sebaiknya Mas angkat saja dulu, pasti itu telfon penting karena Mas pulang cepat hari ini" ucap Aidah.
"Baiklah sesuai dengan perkataan istri manisku ini" Andrew mengambil telfon di kantong celana hitamnya itu. Andrew kaget melihat siapa yang menelfonnya.
'Tumben?' batin Andrew kaget dan merasa heran.
"Siapa Mas, kok muka Mas kaya kaget gitu?" tanya Aidah heran, sebab melihat ekspresi suaminya saat melihat siapa penelfonnya merasa terkejut.
"Ah ini dari Paman Mas sayang, tunggu ya Mas telfon dulu" Andrew pun menelpon orang yang telah menelfonnya barusan.
Panggilan pertama langsung di angkat oleh orang yang di sebrang sana.
"BERANINYA KAMU MEMATIKAN TELFONKU B*JINGAN KECIL!!" Teriak orang dari sebrang sana dengan kesal dan dengan nada dinginnya.
Andrew yang diteriaki hanya memasang wajah datarnya, "Ada apa Paman?" tanya Andrew.
"Ckck dasar tidak berubah!! sudahlah Paman hanya mau memberi tahu bahwa besok Paman akan kembali ke Indonesia. Kamu harus jemput Paman di bandara besok bersama istri kamu itu, kalau saja kamu tidak datang kamu akan tau akibatnya b*jingan kecil!!" ancam orang yang disebrang telfon yang ternyata adalah Paman Andrew.
"Hmm baiklah" Andrew langsung mematikan sepihak telfonnya.
"Kenapa Mas?" tanya Aidah khawatir, sebab tadi sempat mendengar sedikit teriakan dari Paman Andrew.
"Besok Paman Mas mau pulang ke Indonesia dan menyuruh kita untuk menjemput dia ke Bandara" ujar Andrew memberitahu.
"Eh, Paman Mas mau datang kesini? apa yang harus Aidah persiapkan Mas?" tanya Aidah khawatir, karena baru pertama kalinya dia akan bertemu dengan keluarga suaminya.
"Tidak usah persiapkan apa-apa sayang, cukup kamu ikut sama Mas jemput mereka, mereka pasti juga sudah senang!"
"Tapi-" ucapan Aidah langsung dipotong oleh Andrew.
"Udah nggak ada tapi-tapian sayang, Mas udah bilangkan nggak apa-apa asalkan kamu ikut mereka pasti juga akan senang" potong Andrew dengan memberikan pengertian ke istrinya dengan lembut.
"Hah baiklah, Aidah ikut kata Mas saja" Aidah tersenyum pasrah, karena sudah pasti dia tidak bisa melawan perkataan suami terbaiknya ini.
*****
Sedangkan disisi lain, di sebuah Mansion yang sangat mewah bak istana. Di dalam ruangan yang bernuansa gelap, tapi itu tak nampak seram sebab nuansanya yang sangat elegan dan semua barang-barang di dalamnya tertata dengan rapinya. Seorang pria tengah menggerutu kesal ke ponselnya yang tengah memperlihatkan layar utama handphone.
"Ck s*alan anak ini, huh dasar tidak berubah aku belum selesai bicara juga langsung main matiin aja!!" maki seorang pria yang ternyata adalah Paman Andrew ke ponselnya akibat kesal dengan ponakannya itu yang langsung main matikan saja seenaknya telfonnya.
Ceklek
"Ada apa Mas? kok menggerutu-menggerutu ke handphone gitu?" tanya seorang wanita yang sudah berumur namun tampak masih sangat cantik menawan. Perempuan itu baru saja masuk dan melihat suaminya menggerutu sendiri ke handphone Yangs Edang di genggamnya. Yah perempuan itu adalah istri dari Paman Andrew yang otomatis adalah Tante Andrew.
"Huh ini loh sayang, ponakan kamu itu si b*jingan kecil itu berani banget matiin panggilan aku secara sepihak ke sekian kalinya. Ck hanya dia tuh selain kamu yang berani berbuat seperti ini ke aku!!" kesal Paman Andrew yang bernama Enathan William
Tante Andrew yang bernama Eriana Cerlin Lewis itu terkekeh mendengar gerutu suaminya, "Kaya kamu nggak kenal sifat Andrew saja sayang! udah ayo minum kopinya dulu selagi hangat" ujar Eriana sembari menaruh secangkir gelas kopi yang masih hangat di meja suaminya.
"Hah iya, makasih sayang" ucap Enathan tersenyum kecil menatap istrinya. Enathan pun mengambil secangkir kopi yang telah dibuatkan istrinya untuknya lalu menyesapnya penuh nikmat, agar meredakan kekesalannya ke keponakan yang selalu dipanggilnya sejak kecil itu dengan panggilan b*jingan kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih
2023-11-04
1
Harman LokeST
maaaaaaaaaaaaannnnnnnnnntttaaaaaaaaaaaaaaaaaaaapppppppppppp
2023-10-23
0
Wirda Lubis
lanjut
2022-11-22
0