"Benarkah? kenapa saat aku ke pasar tidak pernah melihat orang menggunakan kartu seperti ini?" tanya Aidah heran.
Pelayan yang bernama Ranti itu pun menepuk jidatnya mendengar perkataan majikannya. "Itu karena di pasar harus menggunakan uang tunai Nyonya, kartu seperti itu bisa Nyonya gunakan di supermarket, Alfa, atau di mall-mall Nya" sahut Ranti menjelaskan.
"Mulai sekarang Nyonya tidak usah ke pasar lagi, biar art yang bekerja di bagian belanja yang akan membeli kebutuhan Mansion Nya, Nyonya bisa pergi ke mall dan belli apapun yang Nyonya inginkan dengan kartu limited edition itu Nya" sahut Ranti lagi menjelaskan.
Aidah terdiam mendengarkan penjelasan dari pembantunya. Batin Aidah pun mulai bertanya-tanya lagi, 'Dari mana Mas Andrew dapat uang sebanyak ini? sampai-sampai aku bisa membeli apa pun yang aku mau?' batin Aidah sambil menatap kartu ditangannya.
"Nyonya?"
"Eh iya" Aidah tersadar dari lamunannya tadi.
"Nyonya mau pergi sekarang ke mall nya pergi belanja sesuatu gitu?" tanya Ranti.
"Eh enggak usah dulu, aku mau bicarakan masalah ini ke Mas Andrew dulu" ucap Aidah.
"Ah baiklah, kalau begitu aku kebelakang dulu Nya lanjutkan pekerjaan" pamit Ranti.
"Baiklah, maaf ya jadi ganggu kamu kerja" ucap Aidah merasa tidak enak.
"Eh tidak apa-apa Nya, justru Ranti senang bisa bicara sama Nyonya. Biasanya kan majikan tidak mau bicara dengan art nya hehe" ucap polos Ranti.
Aidah terkekeh pelan mendengar ucapan Ranti, "Kalau sama aku, kamu santai aja. Yaudah sana gih lanjutkan" ucap Aidah lembut.
"Baik Nya, kalau begitu Ranti permisi kebelakang dulu"
"Iya" balas Aidah dengan senyum ramahnya.
Ranti pun ke belakang untuk melaksanakan tugasnya yang masih ada belum selesai, karena keasyikan bicara dengan Aidah tadi.
Sedangkan Aidah kembali menatap kartu black card yang ada ditangannya. "Hah dari mana sebenarnya kamu dapat uang ini Mas? sudahlah sebaiknya aku tanyakan saja, jika dia sudah pulang kerja" Aidah menghela nafas, lalu kembali ke kamarnya untuk menaruh black card tersebut.
********
Sore hari
Brumm brumm (Suara mobil)
Aidah yang mendengar suara mobil suaminya pun segera keluar untuk menyambut sang suami.
"Mas tumben cepat pulangnya?" tanya Aidah sambil mengambil tas yang di pegang suaminya, dan salim kepada suaminya.
Andrew pun membalas dengan mengecup pucuk kepala istrinya, "Iya sayang, tidak banyak kerjaan jadi Mas pulang cepat".
Aidah mengangguk mengerti mendengar balasan suaminya. "Mas mau makan atau mandi dulu?" tanya Aidah.
"Mas mandi dulu aja deh gerah soalnya."
"Baiklah, ayo Aidah siapin" ajak Aidah sambil memeluk serta menarik pelan tangan suaminya.
Setelah Andrew membersihkan tubuh, mereka pun makan bersama. Setelah makan bersama, Aidah membawa suaminya ke kamar karena ingin menanyakan perihal kartu black card tadi yang diberikan kepadanya.
Kamar
"Mas Aidah mau tanya masalah black card tadi."
"Ah iya, Mas juga mau ngomong masalah black card itu, tapi kamu aja dulu sayang yang bilang" ucap Andrew mengizinkan Aidah yang berbicara duluan.
Aidah pun mengambil black card yang tadi di simpannya lalu memperlihatkan kehadapan suaminya. "Mas tadi Ranti bilang, black card ini bisa digunakan untuk belanja apa pun kecuali di pasar. Kenapa Mas bisa punya kartu seperti ini Mas? ini pasti mahal banget loh biayanya karena aku juga pernah dengar satu kali Bella ngomong masalah ini dulu ingin punya kartu seperti ini, pasti ini sangat mahal Mas. Mas dapat uang dari mana coba? aku nggak apa-apa kok kalau belli di pasar lagian aku juga dari dulu tidak terbiasa ke Mall Mas, jadi seharusnya Mas tidak usah boros-boros begini" protes Aidah yang merasa kurang setuju suaminya menggunakan kartu seperti ini karena menurut Aidah ini pemborosan, bukankah Aidah sudah bilang menerima suaminya apa adanya. Aidah pun tak masalah jika harus belanja apa pun di pasar saja, karena menurut Aidah harga barang-barang di pasar lebih murah dan tentunya Aidah juga sudah terbiasa dengan pasar bukan seperti Mall yang Aidah datangi hanya satu kali saja waktu dulu.
Andrew yang mendengar ucapan istrinya pun hanya bisa menghela nafasnya lalu berkata, "Sayang lihat Mas" Andrew pun menarik lembut wajah istrinya agar menghadap ke arahnya.
"Ini semua Mas lakukan karena Mas ingin yang terbaik untuk kamu, masalah dari mana biayanya kamu tidak perlu fikirin Mas yang akan urus masalah itu dan kamu tenang saja sayang Mas tidak akan demi uang berbuat yang tidak seharusnya. Sekarang kamu cukup menghabiskan memanjakan diri kamu sendiri, karena Mas tau selama kamu di sana pasti kamu belum pernah kan memanjakan diri kamu sendiri, tapi mulai sekarang Mas mau kamu memanjakan diri kamu sendiri tapi jangan sampai lupa dengan peran kamu sebagai istri Mas" ucap Andrew sembari mengelus pipi serta menghapus air mata yang sudah keluar setetes dari mata istrinya.
"Hiks hiks tapi Aidah nggak enak mendapatkan uang sebanyak ini Mas hiks."
"Shutt kenapa merasa tidak enak hmm? bukankah semua uangnya suami milik istri juga? aku kerja untuk siapa sayang? aku kerja itu untuk kamu untuk kita untuk anak-anak kita kelak, jadi semua uangnya Mas itu juga uang kamu kenapa harus merasa sungkan? kita itu suami istri sayang" ucap Andrew lembut sambil menghapus air mata di wajah istrinya.
Aidah menatap suaminya haru, tidak tau lagi apa yang harus Aidah katakan tapi Aidah sangat bersyukur bisa mendapatkan suami seperti Andrew.
"Makasih Mas hiks" Aidah memeluk suaminya dengan haru.
Andrew pun membalas memeluk istrinya serta mengelus-elus punggung istrinya agar tenang.
"Mas mau setiap satu hari pokoknya kamu harus menghabiskan uang Mas sebanyak 100 jt minimalnya!" ucap Andrew tegas. Karena menurut Andrew kalau Andrew tidak tegas maka istrinya pasti masih irit saja dengan uangnya, tidak ingin memanjakan dirinya sendiri.
"Besok Mas suruh salah satu pembantu di Mansion dan pak supir antarin kamu ke Mall, Mas mau kalau Mas buka besok hp Mas uang tertera yang keluar itu 100 jt atau lebih dari 100 jt tidak boleh kurang dari 100 jt" ucap Andrew.
"Hah? Mas tidak salah itu banyak banget Mas" protes Aidah tidak terima.
"Istri harus menurut sama suami, kamu taukan itu sayang?" ucap Andrew berusaha membujuk agar istrinya mau.
"Iya sih Mas, tapi-" ucapan Aidah langsung dipotong oleh suaminya.
"Mas tidak mau tau kamu harus menghabiskan sebanyak itu setiap harinya, lagian Mas bekerja untuk kamu sayang kalau bukan kamu yang habiskan uang Mas siapa lagi?"
"Yaudah kalau gitu kita berbagi saja untuk orang yang membutuhkan Mas!" sahut Aidah mengusulkan.
"Kalau masalah itu kamu tenang saja sayang, ada uang khusus yang Mas kumpulkan untuk itu. Tapi uang untuk di black card itu untuk kamu semuanya! untuk kamu memanjakan diri belanja apa pun yang kamu mau" ucap Andrew menjelaskan. Andrew tidak mengatakan agar Aidah membeli yang dibutuhkan saja, karena Andrew tau istrinya pasti akan membeli apa pun yang dibutuhkannya saja.
"Hah baiklah, Aidah ikut perkataan Mas saja" ucap Aidah pasrah. 'Kapan kamu mau jujur sama Aidah Mas, dari mana sebenarnya uang sebanyak itu?' batin Aidah. Tapi Aidah tetap sabar dan tidak bertanya karena kalau suaminya belum ingin jujur, maka berarti itu belum waktu yang tepat, Aidah hanya menunggu waktu yang tepat itu saat suaminya jujur kepadanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Praised94
Hem.... beda... setiap hari maximum 100rb, karena jiwa mismis melekat
2023-11-04
1
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-10-23
1
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
oh my God .. 100jutaa lhooo perharii ughhhhh mauuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
2023-10-06
0